Aku Cemburu

Aku Cemburu

Sebelum aku menikah dengan suami sempat kami saling menceritakan orang yang sempat berproses dengan kami masing-masing. Setelah beberapa kali mendengar ceritanya ternyata hati aku agak panas juga dan mengarah kepada perasaan cemburu. setelah beberapa hari merasakannya, saya pikir klo saya biarkan perasaan ini akan berkembang negatif. Aku khawatir sikapku padanya pun akan terbawa negatif. Akhirnya saya memutuskan untuk menyampaikan apa yang saya rasakan tersebut.
“Yudha, saat kamu menceritakan masa lalumu saya kyknya jadi merasa cemburu” ungkapku.
Ternyata pernyataan tersebut memancing keterbukaannya pula “Sama, klo ine cerita proses ine yang lalu saya jadi minder” uangkapnya.
rasanya lega sekali telah menyampaikannya. Sejak saat itu kami tidak prefer saling bertanya maupun menceritakan masa lalu kami.

Bagiku masa lalunya telah berlalu, yang penting apa yang kurasakan dari sikapnya sekarang. Yang aku rasakan dia memiliki rasa sayang dan berkomitmen padaku meski tak pernah ia ucapkan lewat kata-kata. Sikapnya yang lembut dan berhatian dengan menjaga sikap hormat. Keterbukaannya, inisiatifnya memberi kabar, kegesitannya menapaki langkah proses menuju menikah. Sikapnya inilah yang membuatku merasa tentram dari pikiran macam-macam maupun perasaan galau.

Aku Ingin Dipeluk

Bila saya ada uneg-uneg dan belum disampaikan ke suami rasanya di pikiran ini si uneg-uneg selalu melintas, berputar seperti loop. setiap ia melintas tak terasa air mata ini meleleh.

Wlo dalam suasana kesal dan berderai air mata, kadang saya merasa lucu dengan diri saya sendiri. Aku selalu menyembunyikan bahwa diriku ini sedang kesal, tapi aku sebenarnya ingin diketahui sedang kesal. aku ini cewek banget hihihihihi

Aku tahu solusinya aku harus menyampaikan uneg-uneg ini. Aku paham klo pria tidaklah peka dan ia memang “tidak akan tahu masalahnya” atau “harus berbuat apa” bila kita tidak menyampaikan. Rasanya ada pertarungan dalam diri ini, antara keinginan (kayaknya bawaan sebagai perempuan :D) agar “suami mencari tahu sendiri” dengan konsekuensi kondisi ini akan lama berakhir dan aku terkungkung dalam emosi negatif dan bisa berkembang menjadi sensitif. Atau “aku menyampaikan” karena begitulah mekanismenya dengan pria lalu masalah selesai.

Suatu malam akhirnya ketahuan bahwa aku sedang menangis. Seperti biasa suami akan memelukku dan mengusap-ngusap punggungku bila aku menangis. Ia tanya ada apa-apa. “gak ada apa-apa” jawabku dengan muka sembab. Rasanya geli ke diri sendiri juga, wanita wanita….” wlo ada apa-apa” tetap bilangnya “gak ada apa apa”. Memang saat wanita mengatakan “tidak ada apa-apa” bukan berarti memang tidak apa-apa” lihat sikapnya, intonasinya, mimiknya, dsb.

Sambil terus memelukku Ia berkata “maafkan aku bila ada salah ya ayhank”. Beberapa kali suamiku bertanya lagi ada apa, dan aku masih menjawab “tidak knapa2”. akupun mencoba berpikir lebih logis dan menahan perasaan “ine, klo kamu ga bilang nanti masalah ga akan beres, kamu akan terus berkutat dalam emosi negatif”. hmmm…

Butuh waktu beberapa lama untuk berkompromi dengan diriku sendiri dan menguatkan diri. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bilang. Sambil bibir menyeng-menyeng nangis mengungkapkan asa hati “Papa, kemarin tidur sendiri, ga mau meluk aku.TT” . Suamiku senyum-senyum dan nyengir-nyengir, “iya, kemarin kan mau berencana bangun dini hari (memang kebiasaan suamiku klo mau bangun dini hari tidur di tempat kerja, karpet, dll). Masih dengan bibir menyeng dan suara seperti anak kecil “… Aku ingin dipelukan papa dulu klo mo bobo 😦 “. “Iya…” Suami senyam senyum akhirnya tahu masalahnya “Sini-sini aku peluk”.

fiuhhhhhh rasanya lega banget sudah menyampaikan. Tangispun langsung berhenti. Tapi aku sambil tutup muka terutama mata yang bengkak karena kelamaan nangis, malu nangis-nangis karena sebenarnya ingin dipeluk aj. Bagiku ga sekedar “AJA” tapi pelukan ini penting, Setelah sesi tsb aku pun bisa stabil dan bersikap biasa lagi.

@ine_Fath

Resensi Buku Catatan Sang Mantan Jomblo

Judul Buku    : Catatan Sang Mantan Jomblo, Menjemput Jodoh Idaman

Pengarang     : Fathonah Fitrianti

Tebal Buku    : viii + 109 halaman

Harga Buku   : Rp. 28.800,-

Penerbit        : PT Elex Media Komputindo

Tahun Terbit  : 2014

 

1. Peresensi Rinda Vita

sumber : http://media.kompasiana.com/buku/2015/03/28/csmj-memantaskan-diri-bertemu-jodoh-idaman-733708.html

CSMJ: Memantaskan Diri Bertemu Jodoh Idaman

 

“’Cause all of me/Loves all of you/Love your curves and all your edges/All your perfect imperfections/Give your all to me/I’ll give my all to you”

John Legend – All of Me

Sinopsis

Jodoh idaman seringkali tak jauh dari wajah yang rupawan, menawan, dan jutawan. Sosok idaman adakalanya yang pandai merayu hingga mendayu-dayu. Tapi sayangnya, di dunia nyata tak ada makhluk yang sempurna. Katanya, cintalah yang membuat kita semua sempurna.

Fathonah Fitrianti dengan ringan dan lugas menuliskan pengalamannya dalam menghadapi berbagai penolakan. Pengalamannya menjomblo membawa pelajaran yang menurutnya layak untuk disebarluaskan. Tentang bagaimana mengenali jodoh idaman, paradigma dan sikap yang harus kita bangun, hingga proses yang harus dijalani menuju pernikahan.

Penulis buku ini bukan psikolog, juga bukan konsultan pernikahan. Tapi dia merasa harus menyampaikan hikmah berdasarkan pengalaman pribadi, pengamatan terhadap fenomena, dan pemahaman dari berbagai sumber. Harapannya semua orang bisa membangun kehidupan pernikahan yang tentram dan bahagia.

Isi

Buku yang sangat tipis dan habis dibaca dalam sekali duduk ini terdiri atas 15 bab. Bab pertama tentang pengertian menikah, dilanjutkan dengan proses menuju pernikahan, tip mengenali calon pasangan, biaya pernikahan, hingga patah hati dan penantian jodoh dibahas di sini. Bukan hanya bagi seorang jomblo, buku ini bahkan cocok bagi semua kalangan. Dengan contoh implementasi dan kasus yang nyata tentu banyak pelajaran di dalamnya.

Banyak buku tentang persiapan pernikahan bertaburan. Tapi tidak banyak yang ditulis berdasaran pengalaman pribadi dengan bahasa yang tidak menggurui. Ine, sapaan akrab penulis, benar-benar menuangkan pengalaman pribadinya dengan bahasa yang ringan dan terkesan dekat dengan pembaca. Hal ini membuat pembaca seperti mendengarkan cerita dari sahabatnya tentang nasehat pernikahan. Seperti lazimnya dua sahabat yang sedang bercerita, ada saja lontaran kata-kata yang ‘aneh’ dan menghibur.

“… bukan hanya pertemuan insidental yang terkadang menunjukkan penampilan tampak sempurna, melainkan kita akan bersamanya setiap hari, termasuk saat dia kusut, jorok, ngorok, kentut, atau bahkan ngiler.” – hal. 1

Ine banyak memberikan contoh kasus nyata terkait pernikahan. Hal ini memudahkan pembaca untuk memahami maksud dan pemikiran si penulis. Misalnya saja pada Bab Mencari Jodoh Seperti Mencari Rumah (hal. 14). Ine menganalogikan kesulitannya dalam mencari rumah kontrakan bagi keluarga kecilnya dengan pencarian pasangan. Ketika sudah ada kriteria rumah yang pas, ternyata harganya tidak sesuai di kantong. Ada pula kisah orang yang sudah mempersiapkan segala-galanya menjelang pernikahan, ternyata harus kandas di tengah jalan. Analogi ini membuat pembaca mengangguk-angguk dan membenarkan pemikiran si penulis. Artinya, penulis telah berhasil menyampaikan dua hal sekaligus. Ilmu tentang pernikahan dan tip mencari rumah untuk ditinggali. Karena memang, memilih pasangan nyatanya adalah memilih ‘rumah’ dimana kita selalu nyaman, rindu dan ingin kembali.

Selain memberikan contoh-contoh konkret, penulis juga membiarkan pembaca berpikir sendiri penilaian terhadap dirinya. Seperti pada Bab Modal Pria: Mental Penjemput Rezeki. Di sana diberikan beberapa isian dan pertanyaan (Hal. 62-66). Jadi bentuknya seperti kuis (biasanya tentang psikologi) di majalah-majalah. Hanya saja dalam buku ini penulis tidak menyediakan skor untuk setiap pilihan yang diambil oleh pembaca. Penulis tidak memberikan justifikasi terhadap pembaca, tapi memberikan simpulan di belakangnya. Penulis hanya menyimpulkan bahwa mental penjemput rezeki yang ‘nikahin-able’ seharusnya seperti ‘ini’.

Untuk memahami isi buku ini dipermudah dengan ketersediaan diagram alir (hal. 31) dan tabel (hal. 43; 47). Hal ini membuat pembaca lebih mudah memahami tahapan proses dalam menikah. Kelebihan lainnya adalah penulis tahu hal-hal mana saja yang penting untuk ditegaskan kepada pembaca. Dengan adanya beberapa catatan yang dibuat menonjol dan berbeda tentu akan mendapatkan perhatian lebih dari si pembaca. Hal ini selain memudahkan, juga tidak membuat pembaca bosan. Jenis huruf yang berbeda-beda dalam buku ini juga terkesan unik, menarik, dan tidak serius. Sehingga pembaca enjoy dan merasa ‘loh-kok-udah-selesai’ begitu sampai di halaman akhir.

Rasanya 109 halaman untuk sebuah buku yang mengulas tentang pernikahan memang terlalu singkat. Pun dengan contoh-contoh kasus yang memang sering terjadi di masyarakat. Namun ada baiknya jika buku ini tidak terlalu to good to be true, menurut pendapat saya. Katanya menikah itu mudah. Toh nanti ada rejekinya. Toh setelah menikah rejeki semakin bertambah. Hal ini benar adanya karena memang terjadi kepada penulis. Tapi ada baiknya dijelaskan juga jatuh-bangunnya seperti apa. Darimana bisa tiba-tiba dapat uang untuk biaya pernikahan tanpa berhutang (hal. 105). Bagaimana jika tidak cukup hanya tujuh juta? Lalu bagaimana jika kasusnya adalah orangtua yang tak ingin hanya sekedar akad nikah? Bagaimana cara mengomunikasikannya dengan keluarga?

Kenyataannya biaya dan tagihan-tagihan setelah pernikahan itu tidak sedikit. Biaya kontrakan atau cicilan rumah, biaya kesehatan, pemeriksaan kesehatan sebelum hamil, hingga persiapan melahirkan. Khawatirnya, ada pembaca yang salah kaprah dan berkeyakinan bahwa rejeki setelah pernikahan itu pasti dipermudah. Hal ini menyebabkan tidak sedikitnya pasangan yang masih menggantungkan hidup kepada orangtua. Kurangnya pemahaman kesehatan dan ketidakmampuan ekonomi alih-alih menghadirkan kebahagiaan, justru membawa petaka.

Ada baiknya hal-hal tersebut dijelaskan pada buku selanjutnya. Ine mempunyai gaya bahasa yang asyik dalam bercerita. Meski beberapa kalimat terlalu panjang. Saya yakin walau penulis menyampaikan tip dan ‘teknik’ menghadapi hidup dengan materi yang sedikit berbobot tidak akan terkesan sebagai bacaan yang berat. So, saya menunggu buku selanjutnya yang easy-to-read juga.  Secara keseluruhan, buku ini layak dibaca semua kalangan dan diaplikasikan dalam kehidupan. Cocok sebagai teman dalam memantaskan dan memperbaiki kualitas diri dalam meraih cinta sejati.

 

2. Peresensi : Euis Nur Hasanah

sumber : http://media.kompasiana.com/buku/2015/03/30/catatan-sang-mantan-jomblo-734226.html

Banyak yang bilang, menjadi jomblo itu nasib. Tak sedikit pula yang bilang, menjadi jomblo itu pilihan. Apapun alasannya, jika berbicara tentang yang namanya jodoh idaman, setiap orang tentu memiliki harapan ke arah sana, terkhusus bagi yang masih single. Bicara jodoh, tak lagi sekadar tentang pacar/kekasih yang pandai menggombal di malam minggu. Bukan pula sekadar partner yang nyambung diajak nongkrong, becanda, atau si dia yang pesonanya bisa membuat hati berbunga-bunga dan bikin galau kalau lama tak jumpa. Bahasan tentang jodoh tentunya sudah lebih mendalam & serius dibanding itu. Sudah bukan wilayahnya cinta monyet atau sekadar main-main sayang-sayangan lagi. Jodoh, yakni pasangan yang menjadi suami/isteri, adalah seseorang yang menyandang predikat belahan jiwa, soulmate, sebab disini cinta sudah tak cukup sekadar kata, melainkan diiringi komitmen & tanggung jawab menjalani suka-duka kehidupan bersama-sama. Gerbang menuju penyatuan 2 insan menjadi satu bernama “pernikahan” menjadi hal yang sakral adanya, melibatkan perjanjian yang berat, dalam Islam dikenal dengan mitsaqon gholidzho.

Bagi sebagian orang, proses menemukan pasangan yang tepat untuk membangun mahligai rumah tangga memerlukan perjalanan yang terkadang panjang dan berliku. Pernikahan itu sendiri, seringnya dibayangkan yang manis-manisnya saja seumpama honeymoon, terutama oleh para muda yang masih single. Jodoh idaman pun seringnya dibayangkan yang ideal sempurna bak pangeran/puteri di negeri dongeng. But, hey, wake up! Realitas dalam pernikahan tak sesimpel manis-manis orang pacaran. Yang manis-manis romantis hanyalah satu dari sekian aspek pernikahan. Pula, yang baik-baik dari pasangan (kelebihannya) sih pastinya tak perlu persiapan apapun untuk menyambutnya. Tapi, bagaimana dengan kekurangannya? Menikahi seseorang sudah barang tentu perlu siap menerima sepaket, baik kelebihan maupun kekurangannya. Belum menyebut banyak hal lain yang perlu dipersiapkan matang dalam berumahtangga. Persiapan dari sisi ekonomi hanyalah suatu contoh yang tak bisa pula diabaikan. Iya, modal cinta saja belum cukup. Itulah sebabnya persiapan menikah tak hanya perlu mengedepankan emosional, tetapi harus juga membuat pertimbangan rasional.

Begitulah bab pertama membuka bahasaan buku Catatan Sang Mantan Jomblo yang ditulis oleh Fathonah Fitrianti. Sejak awal, pembaca sudah diingatkan tentang “Menikah Itu…”, seolah membangunkan mimpi romantis yang terlalu mengawang-awang untuk kembali berpijak di bumi realitas yang nyatanya memerlukan banyak pertimbangan logis. Seandainya seseorang berkata, “would you marry me?” dan mengajak menikah, apa yang harus dilakukan? Tentunya tak cukup cuma deg-degan dan perasaan melambung, kan? Dan tak juga sembarangan berkata iya atau tidak, sebab keputusan sebesar pernikahan perlu dipertimbangkan masak-masak agar cita-cita rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah bisa tergapai. Tentunya, mempertimbangkan bahwa pasangan kita bakal menjadi soulmate sepanjang hayat di dunia dan sangat berperan untuk meraih pula kebahagiaan akhirat. Karena banyak hal yang harus dipersiapkan itu, maka proses menuju pernikahan merupakan proses pendidikan alami untuk mendewasakan diri, sebagaimana dikupas di bab 2 buku ini.

Menginjak bab 3 dan seterusnya, barulah buku ini membahas mengenai serba-serbi mencari jodoh, menemukan calon yang tepat yang tentu tak sesederhana asalkan baik dan sholeh, melainkan perlu lebih spesifik dari itu, mengingat banyak hal yang menjadi faktor kompatibilitas (kecocokan) yang dapat turut meminimalkan konflik tak terselesaikan di masa mendatang. Buku ini mengajak pembaca melihat realitas tantangan yang biasa dihadapi dalam rangka berproses menuju pernikahan, menilik berbagai kemungkinan pilihan plus resiko dan konsekuensinya. Ini diawali dengan mengenali diri sendiri, sehingga kita akan mengenal juga kriteria spesifik seperti apa yang diharapkan ada pada calon pasangan. Intinya, tahapan krusial proses menikah setelah mengenali diri dan calon pasangan menurut buku ini ialah mengenal keluarga masing-masing, musyawarah, istikharah, lalu serahkan keputusan kepada Allah.

Apa saja yang perlu dipersiapkan dan diperhitungkan, pembaca diajak menganalisa dan memutuskan dengan bijak. Uraian masing-masing poin diperjelas dengan gambaran contoh kasus. Salah satu hal yang saya suka dari buku ini yaitu sembari menjabarkan dengan gamblang melalui contoh-contoh konkret, pembaca dibiarkan leluasa memilih dan memutuskan sendiri mana yang lebih baik/tepat di antara opsi yang ditawarkan. Dengan demikian, meski sedari awal sudah ada framing melalui argumentasi yang disodorkan, pesan yang diselipkan menjadi tidak terlalu menggurui.

Demikianlah buku Catatan Sang Mantan Jomblo ini hadir menyemarakkan khazanah perbukuan bertema menjemput pernikahan yang berkah. Disusun atas pengalaman, observasi, dan pemahaman dari berbagai sumber, penulis buku ini berbagi banyak hal seputar persiapan dan catatan penting tentang proses menemukan jodoh idaman. Dituturkan dengan gaya tulisan yang ringan, buku ini menguraikan serba-serbi proses menuju komitmen pernikahan yang tepat menyasar kegalauan kebanyakan para jomblo dan mereka yang sedang menapaki jalur menuju menikah. Setiap bahasannya diuraikan dengan jelas, to the point, dan kentara diangkat dari kacamata seorang jomblo yang sudah lulus dari status jomblonya. Tak heran, sebab memang ditulis oleh Sang Mantan Jomblo yang pernah mengalami berbagai sindrom galau, beberapa kali penolakan, baik itu menolak maupun ditolak.

Banyak buku bertema sejenis. Ada yang mengupasnya dari segi hukum, tata cara dan adab menurut syara’, hingga teknis persiapan pernikahan. Yang berbeda dari buku ini ialah bahasannya yang lebih ke arah kesiapan mental (psikologis) dan paradigma (pemikiran), meski disinggung juga tentang kesiapan ekonomi. Bahasanya yang mudah dicerna serta tata lay out penulisan yang enak dibaca menjadi kelebihan buku ini. Dari segi konten, penulisnya tampak memberi ruang yang terbuka bagi pembaca untuk mengembangkan sendiri analisis dan alternatif pilihannya akan setiap poin yang dibahas. Dengan sendirinya pesan-pesan yang diselipkan dalam menghadapi berbagai perbedaan karakter diri/pasangan secara bijak jadi terasa tidak dipaksakan. Adapun kekurangan yang terasa mengganjal meski minor antara lain penggunaan kata “Alkisah” mengawali setiap kali contoh kasus dirasa jadi agak mengganggu. Akan lebih baik jika contoh kisah tersebut divariasikan teknik narasi penceritaannya. Hal lainnya, secara subjektif saya kurang nyaman dengan peralihan gaya tutur yang tiba-tiba berubah, terutama karena di awal-awal memakai narasi yang serius & efektif, tiba-tiba pada halaman 12 menjadi cair jadi berasa aneh.

Ada 15 bab dalam buku ini. Di dalamnya bisa pembaca temukan pula bahasan pertanyaan/pernyataan galau yang biasa hinggap di hati penanti jodoh, seperti: haruskah ada cinta dulu? Sehatkah cintaku padanya? Mau nembak nikah??? Semuanya dibahas tanpa jawaban galau, melainkan dianalisa secara logis sehingga ketemu pilihan solusinya. Apapun keputusan yang diambil, kembali ke pilihan dan menjadi tanggung jawab masing-masing. Yang paling penting pesan dari buku ini, jodoh terbaik hanya Allah yang tahu. Kita manusia hanya berencana, memaksimalkan ikhtiar dan doa, kemudian bertawakkal. Setiap kegagalan proses diambil pelajaran dan hikmahnya, bukannya melulu patah hati dan susah move on. Membaca buku ini mengingatkan akan kata-kata “akan indah pada waktunya”, apalagi setelah sampai pada bagian akhir yang mengisahkan pengalaman penulisnya menjalani proses jatuh-bangun menemukan jodoh. Buku ini ditutup dengan kisah yang sama dari sudut pandang suami penulis, diambil dari catatan di blognya berjudul “Ketika Pagi itu Datang”.

“Pernikahan itu bukan masalah cepat atau lambat. Pernikahan juga bukan masalah pilihan yang tepat atau salah. Pernikahan itu seperti menunggu pagi. Dia akan terwujud dalam kadar yang tepat. Tepat disini melingkupi banyak aspek, mulai dari aspek waktu, tempat, pekerjaan, pasangan, hingga umur dan tingkat kedewasaan.” – Ketika Pagi itu Datang… (Catatan Sang Mantan Jomblo, hlm.107)

 

3. Peresensi       : Dra. Dedeh Mas’udah, M.Ag

 BUKU REFERENSI MELEPAS LAJANG

Buku ini sangat baik dibaca oleh pria/wanita yang akan melepas masa lajangnya, agar mendapat gambaran tentang apa yang sebaiknya dilakukannya saat menjelang dan sesudah pernikahan berlangsung.

Resapi isi buku ini, kemudian aplikasikan di dalam rangka menjemput jodoh idaman agar tidak salah langkah.

Untuk mencari jodoh yang baik dan sesuai kriteria, tidak cukup dengan mempelajari agama. Buku ini lebih spesifik lagi dalam mengarahkan, tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika mengadakan approach terhadap calon pasangan dan keluarganya dan apa-apa yang mesti dilakukan setelah pernikahan itu dilangsungkan.

Buku ini menuntun kita mengenali sosok yang pas dan selaras dengan kita. Kita jadi tidak gegabah dalam membuat suatu keputusan meski usia sudah semakin tua atau sudah merasa wajib menikah secara biologis.

Faktor ketidakmapanan sang pria secara ekonomi sering menjadi hambatan dalam memutuskan menikah. Jika faktor ini yang  menjadi hambatan, buku ini sangat layak untuk dibaca.

 

 

Kumpulan status FB tentang pernikahan

Meski dlm pandangan kita pasangan kita salah tetaplah fokus evaluasi diri

Evaluasi perilaku atau apa yg telah kita lakukan pada pasangan, Bisa jadi kita ikut andil sampai masalah itu terjadi

Evaluasi cara komunikasi n sikap kita pada pasangan. Cara mengkomunikasi yg tidak tepat memang tidak efektif bahkan bisa jadi mempeburuk masalah

– Fathonah Fitrianti –

29 Desember 2014

 

Dalam pernikahan, tidak melakukan hal yang kontraproduktif sama pentingnya dengan melakukan hal yang membangun cinta

– Fathonah Fitrianti –

22 Desember 2014

 

Saat kita kecewa dan marah dengan pasangan kita Ubahlah rasa kecewa dan marah kita menjadi do’a tulus untuk kebaikannya. Jangan sanpai rasa kecewa dan marah kita menjadi penghalang berkahNya sedangkan yang kita harapkan kebaikan dan perbaikan.-Fathonah Fitrianti

22 Desember 2014

 

keunikan pria. Wlo dia yang salah, pendekatan mengkomunikasikan masalah pada pria bukan dengan menegaskan dialah masalahnya melainkan dengan pendekatan dia sebagai pemberi solusi dari masalah tersebut
 #salah satu poin yang saya tangkap dari buku Men Are From Mars Women Are From Venus
14 Desember 2014
Ketika pria menceritakan prestasi, kebutuhan emosi mereka ialah di apresiasi dan dipuji. Apresiasi dan pujilah meski andai kita tahu realnya tak sehebat yang ia ceritakan.
-Fathonah Fitrianti –
#edisi tips sederhana komunikasi suami istri 🙂
8 Desember 2014
klo kamu ingin membantu org terlepas dari emosi hatinya. Tak peduli siapa yg salah ttp akui perasaannya bahwa dia terluka/sedih/atau marah.
pembelaan diri saat itu apalagi defence kita hanya membuat ia merasa tidak dimengerti perasaannya.
-Fathonah Fitrianti-
14 Oktober 2014
Saat kamu mencukupi kebutuhan dan kebahagiaan pasanganmu, sebenarnya secara tidak langsung kamu sedang mencukupi kebutuhan dan kebahagiaan kamu sendiri.
Orang yang berbahagia akan punya energi untuk membahagiakan orang lain
-Fathonah Fitrianti-
8 Oktober 2014

Jangan mengukur kasih sayang pria hanya dari inisiatifnya karena mereka terkadang lebih paham apa yang kita perlukan dan inginkan dari permintaan kita.

Menguji inisiatif pria hanya akan melelahkan hatimu
Tak perlu menunggu pria berinisiatif,
tapi kitalah yang perlu berinisiatif meminta

– Fathonah Fitrianti-

7 oktober 2014

 

Saat kita dan pasangan saling memperlakukan dgn penuh cinta
Akan tercipta keluarga yg penuh kehangatan
Kita bahagia, pasangan bahagia
Org bahagia akan lebih mudah memberi cinta
Anak pun jd merasakan kehangatan cinta
Anak pun tahu bagaimana cara mencintai

Cinta yg kita berikan akan kembali pada kita
Cinta yg kita berikan akan menjadi kebaikan yg mengalir ke generasi kita berikutnya

– Fathonah Fitrianti –

2 Oktober 2014

Bila pasangan kita merespon dengan emosi bisa jadi ada yg salah dgn cara kita mengkomunikasikan

-Fathonah Fitrianti-

5 September 2014

 

Salah satu konsep dalam tasawuf, pernikahan itu dipandang proses untuk mengubah diri.
Ubahlah diri kita maka pasangan kita akan berubah, bukan sebaliknya. Jika fokus kita mengubah pasangan, yang muncul adalah egonya.
Pasangan kita adalah refleksi dari diri kita. Ketika pasangan ada masalah bisa jadi itu pertanda dalam diri kita ada yg perlu diubah.

-Yudha P. Sunandar-

 

Mencintai seorang wanita karena Tuhan, justru mempertegas tanggung-jawab untuk menyejahterakannya.

– Mario Teguh –

 

Alkisah A dan B, istri yg sedang kesal pada suaminya. Inilah yg A dan B katakan pd suaminya.
A : papa jahat, papa tidak peduli padaku. Papa hanya sibuk terus dgn kerjaan papa
B : papa besok jalan2 yuk. Aku kan pingin sesekali bisa jalan berdua  tanpa diganggu pekerjaan masing2.

Menurut para suami, mana yg lebih berkenan di hati?

-Fathonah Fitrianti- #tips komunikasi suami istri

 

Arahan dari suamiku, Yudha P Sunandar: gunakanlah bahasa yang netral jangan gunakan bahasa yang negatif maupun terkesan menghakimi.

“Anak sy Susah makan” ganti dengan “anak sy belum berselera makan”

“Kabur” ganti dengan “lari atau pergi ke ….”

“Merusak kebun” ganti dengan hal spesifik yang dia lakukan, mis ” menggali tanah”

“Membanting-banting” ganti dengan hal spesifik yang dia lakukan mis. “melempar”

Semoga anak kami tumbuh dgn citra diri positif dan kebiasaan menggunakan bahasa yg baik

#arahan yang lembut dari suami tanpa marah dan tanpa menyalahkan

28 Agustus 2014

 

Klo ada suami kyk gini keren juga:

“Ma, Mama tidak perlu bekerja. Biar papa menjadi jalan rezeki keluarga ini, mama, anak kita. Papa akan berusaha lebih keras dan cerdas. Mamah tidak usah khawatir. Mama boleh beraktualisai di luar. Tapi ttp fokus asuh dan didik buah hati kita.
Biarkan buah hati kita dapat sentuhan, kasih sayang, perhatian, didikan langsung dari org tercintanya, mama dan papa”

15 Agustus 2014

 

Bersabar adalah tetap merasa marah,
tapi tidak menggunakan kemarahan
untuk merendahkan diri
dan merusak hubungan dengan orang lain.

Sabarlah.

Bersabar itu banyak kebaikannya.

Mario Teguh

Wanita itu suka dengan lelaki PENYAYANG, tapi bukan yang POSESIF.
Wanita itu suka dengan lelaki yang TEGAS, tapi bukan yang KASAR.
Wanita itu suka dengan lelaki yang punya PRINSIP, tapi bukan yang OTORITER.
Wanita itu suka dengan lelaki yang mampu MELINDUNGI, tapi bukan yang OVERPROTECTIVE
Wanita itu suka dengan lelaki yang bisa MEMBIMBING, tapi bukan yang sok MENGATUR.
Wanita itu suka dengan lelaki yang ringan tangan MENOLONG. Tapi bukan yang ringan tangan MEMUKUL.
Wanita itu suka dengan lelaki yang punya KHARISMA. Tapi bukan yang suka TEBAR PESONA.

-Setia Furqon Kholid-

 

Salah satu kelebihan yang kutemukan dari suami ialah cara suamiq ( Yudha P Sunandar) memperlakukanku dengan kelembutan dan senantiasa mendengarkan dan responsive.

Hal itu membuat masalah psikologisku yang selalu merasa takut, tak percaya diri, ribet, rese, dan terlalu serius dan diambil hati menjadi jarang muncul.

Aku merasa bisa nyaman, tentram, stabil, bersikap wajar dan normal bersamanya.
Aku merasa bisa tumbuh dengan sehat dan berkembang.

Alhamdulillah

9 Agustus 2014

 

Keterampilan Komunikasi Suami Istri yang Perlu Dibangun

Saling berbahasa mesra itu perlu dalam pernikahan. Namun, ada keterampilan komunikasi yang justru lebih penting untuk menjaga kelanggengan, kestabilan, kekokohan, ketentraman, dan keharmonisan keluarga.
Berikut, 4 keterampilan komunikasi yang perlu dibangun dalam pernikahan:

1. Cara komunikasi sesuai kebutuhan emosi pria/wanita

Yang menyakitkan bagi wanita: saat perasaan dan kebutuhannya diremehkan, tidak dipedulikan, dan tidak dianggap penting

Yang menyakitkan bagi pria: saat dirinya tidak dibutuhkan, kemampuannya diremehkan, dan pemberiannya tidak dihargai

2. menghindari bahasa negatif

Macam bahasa negatif yang perlu dihindari :
– menyalahkan
– menuduh
– menghakimi
– mengancam
– fokus “KAMU” misalnya mengatakan “kamu jahat”, bukannya mengatakan “aku terluka saat tadi kamu meninggikan suara”
– mengomel
– marah-marah (beda lho antara marah dengan marah-marah)

3. menggunakan bahasa positif

bahasa positif adalah:
– bahasa yang tetap membuat kita maupun lawan bicara memandang masalah dari sudut pandang yang positif. Apapun peristiwanya, ia menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang membawa kebaikan baginya.
– Bahasa yang membuat perasaan lawan bicara tetap positif sehingga ia tidak bersikap defensif maupun menyerang balik.
– Bahasa positif ialah bahasa yang membuat kita maupun lawan bicara tetap positif, solutif, dan produktif dalam menyikapi suatu masalah.

4. Bagaimana mengkomunikasikan masalah

komunikasikan masalah ketika emosi kita sudah lebih stabil dan kita tetap bisa menggunakan bahasa yang penuh hormat dan cinta. Hindari bahasa negatif dan gunakan bahasa positif dalam menyampaikan masalah.
Seringkali yang membuat/memperbesar bukan masalah itu sendiri melainkan cara kita menyampaikan. Cara yang kasar hanya akan menutup hati pasangan dan justru ikut memancing ego dan emosinya.

Selamat mencoba,
selamat berbahagia

Harga Diri Suami

Hal yang paling sensitif bagi pria adalah hal yang menyangkut harga dirinya. Sebagai istri kita perlu menghormati dan menjaga agar tidak melukai harga diri suami. Ini bbrp hal yg perlu istri lakukan:

– menghormati dan mengakui otoritas Suami sbg pemimpin keluarga. Hindari sikap mendominasi. Ciri mendominasi antara lain membuat keputusan tanpa melibatkan pandangan dan persetujuan suami. ia merasa keputusan dan pendapatnya yg terbaik tapi ia mengabaikan perasaan suaminya. Bahkan merendahkan pandangan suaminya. Bukan berarti istri tidak boleh menyampaikan aspirasinya, Ajukan masukan dan pertimbangan pada suami lalu mintalah pandangan dan kputusan yg menurutnya baik. Berdiskusilah bukan memaksakan pendapat.
Hindari sikap membantah saat ia memberi arahan kebaikan. Ketaatan merupakan salah satu wujud pengakuan otoritas.

– mengakui, mempercayai, dan tidak merendahkan kemampuannya.
Hal2 yg terkait kemampuan termasuk hal sensitif bagi pria. Kita bisa memberi masukan dan nasihat pada suami tapi sesekali saja, maksudnya jaga intensitasnya jangan sampai terkesan mengatur2. Suami tidak akan suka bila diperlakukan spt anak kecil. Berilah ia kepercayaan dan ruang , kelaluasaan memutuskan u mencapai sesuatu dengan cara yang ia pilih. Cukup beri support yakini niatnya baik, bahwa ia tahu yg perlu ia lakukan dan akan belajar sendiri dari keslahannya.
Saat ia gagal merupakan saat yg sensitif, jgn tegaskan lagi kgagalannya apalagi ditambah dengan ceramah panjang dan omelan. Peluklah ia dan besarkan hatinya. Hindari perkataan semacam berikut:
“Masa gitu aja ga bisa”
“Tuh kan salah lagi”

– hargai usaha, pendapat, dan pemberiannya.
Saat suami menyampaikan pandangan dengarkanlah dan hargailah bukan langsung dipatahkan meski kita merasa pandangan kita benar atau hebat. Istri bisa menyampaikan pandangannya namun hindari kesan mematahkan pandangan suami. Saling berbagi pandangan dan berdiskusi sambil minum teh tentu nyaman. Bukan menang dalam berpendapat melainkan salin mengambil kebaikan dari pandangan masing2.
Ketika suami gagal, hargailah usahanya, besarkan hatinya. Saat ia berhasil apresiasilah. Termasuk ketika ia salah dalam membelikan sesuatu yg kita minta atau hal smacamnya. Hargai niatnya membantu, hargai usahanya, maafkanlah, beri sikap penuh penerimaan dan cinta.
Terimalah pemberiannya, nafkahnya dgn ucapan terimakasih, senyuman. Saat kurang cukup sampaikan apa yg kita perlukan hindari banyak mengeluh maupun banyak mengomel. Energi pria berasal dari perasaan cinta dan keberhasilan mencapai sesuatu. Jagalah cintanya, hargai dan apresiasi usahanya.

– layani kebutuhannya. Memberikan pelayanan yg penuh cinta pada suami berbeda dgn pelayan suami. Istri adalah pelabuhan yang nyaman bagi suami, tempat ia mengecas lagi enerhinya, melepas gundahnya. Inilah salah satu amalan dan ladang pahala istri. Agar energi istri lebih efesien pahami mana hal yg bila dilakukan suami merasa terpuaskan kebutuhannya, mana hal2 yg bisa ditoleransi suami. Contoh sederhananya: suami sy bisa mentoleransi rumah yg tidak rapi. Saat sy hendak membereskan rumah ia lebih senang bila saya memijitinya. Kita bisa prioritaskan melakukan hal yg lebih menyenangkannya. Seperti halnya suami berhak dilayani, istri jg berhak dilayani. Suami hendaknya melakukan hal2 yang bisa membahagiakan istri. Saling pahami kebutuhan masing2 untuk dibahagiakan, kenali bahasa cintanya, kenali yg bisa diyoleransi dan yg tdk bisa ditoleransinya.

Buku Pernikahan ” Menjaga Ketentraman Merajut Kebahagiaan “

Menikah terasa indah, seakan kita dan pasangan akan bisa hidup bahagia selamanya. Namun, tak jarang kita temui kasus perselisihan bahkan perceraian. Mereka yang dulunya saling mencintai jadi saling menyakiti. Mereka yang dulunya membayangkan keindahan dan kebahagiaan pernikahan mendapati berbagai kenyataan yang tak mudah untuk dijalani.

Penyatuan dua insan memang tidak akan terlepas dari yang namanya masalah karena mereka berbeda pemikiran, kebiasaan, dan sifat. Agar bahagia ketika mengarungi samudera pernikahan yang banyak tantangannya, memang memerlukan persiapan. Mempersiapkan diri untuk menikah merupakan langkah pencegahan dari saling menyakiti ketika menjalani pernikahan itu sendiri.

Dalam buku 2 paska menikah ini diulas tips bagi suami maupun istri untuk merawat kententraman dan merajut kebahagiaan. Secara umum isinya hal yang bisa dilakukan untuk membahagiakan pasangan dan hal-hal apa yang justru sebaiknya tidak dilakukan karena efeknya kontraproduktif.

 

Testimoni :

Buku CSMJ: Menjaga Ketentraman Merajut Kebahagiaan berhasil menuturkan dinamika hubungan suami istri dengan baik. Bahasanya sederhana, disertai tabel-tabel contoh dan tips sangat membantu pembaca memahami apa yang perlu dilakukan sebagai suami dan juga istri. In syaa Allah bermanfaat bagi para pembaca. (Arif Rahman Lubis, Founder @TeladanRasul)

“Kita tidak akan dapat sepenuhnya membahagiakan pasangan kita sebelum kita benar-benar mengenalnya. Kita tidak akan benar-benar dapat saling membahagiakan sebelum kita dapat saling memperbaiki dan melengkapi. Buku ini akan membantu hampir 2 per 3 proses mengenal pasangan kita, sehingga kita tidak perlu meluangkan banyak waktu untuk kecewa, menangis, bertengkar apalgi bercerai” (Kiki Barkiah, California, Pendiri Homeschooling Al Kindi Mahardika Batam)

Buku ini berhasil menuangkan rasa pernikahan dengan untaian kata sederhana dan berbagai cerita disertai sedikit bumbu canda. Bahasanya ringan dan mengalir. Isinya menyadarkan kita bahwa ada banyak yang belum kita mengerti dari pasangan kita. (Priyanto Hidayatullah, Pemred Blog Parenting Islami )

Buku ini sungguh menyentuh dalam setiap detailnya dan tidak terkesan mengajari. Bahasanya sederhana, sarat dengan contoh dan pengalaman yang umum dialami suami istri. Tipsnya sangat aplikatif untuk diterapkan dalam mengelola hubungan dengan pasangan dan menjaga pernikahan.  ( Mamik Wijayanti, dosen dan ibu rumah tangga )

Bahasanya sederhana, mudah dicerna, tidak menggurui, dan tidak bikin ngantuk. ( Cheviatin Trijayanti, entrepreneur)

Buku ini menjelaskan tentang dunia pernikahan dengan bahasa yang tidak membuai, tapi realistis dan informatif, apalagi untuk yang belum menikah. Bagaimana informasi tentang perbedaan sifat laki-laki dan perempuan secara psikologis, dan bagaimana meredam konflik dengan pasangan dijelaskan secara jelas dan riil. ( Elya Wardah, MSDM KORSA Salman ITB)

By Ine Dikirimkan di Buku

Sudah Cukup Dewasakah Aku untuk Menikah?

Menikah itu indah namun tidak hanya berisi keindahan. Kunci keindahan pernikahan bukan terletak dari kesiapan kita untuk “pacaran setelah menikah” melainkan kesiapan kita menghadapi tantangan-tantangan dalam pernikahan. Terbayangkah maksudnya??

Salah satu yang perlu disiapkan suami adalah mental untuk menafkahi, yang ditandai dengan kesungguhannya mensejahterakan keluarga. Bayangkan bila mental suami dalam menafkahi sebagai berikut, mana yang membuat cinta terasa senantiasa indah?

a. Suami bersungguh-sungguh mensejahterakan keluarga

b. Suami tidak bersungguh-sungguh menjemput rezeki bahkan cenderung santai padahal esok sesuatu yang bisa dimakan pun tidak ada.

Menikah tidak selalu berisi kecocokan, adakalanya terjadi perbedaan pendapat, perbedaan kebiasaan. Mana sikap berikut yang mampu membuat kebahagiaan pernikahan terjaga? :

a. Mudah marah, berkata kasar, menuduh, menghakimi, dan sikap yang menyakitkan lainnya.

b. Mampu mengendalikan ego, emosi, dan sikap dan fokus pada kemaslahatan bersama.

Menikah berarti akan ada tanggung jawab yang akan kita pikul, ada konsekuensi alami yang harus kita jalani, ada pasangan hidup yang harus kita pertimbangkan perasaaan dan kebahagiaannya, ada perbedaan dan masalah yang perlu kita selesaikan dengan hati tenang dan pikiran jernih, dan ada berbagai keperluan hidup yang perlu dibiayai.  Wal hasil, ketika memikirkan untuk menikah, kita jadi harus mempersiapkan ruhiyah, hati, mental, pemikiran, dan diri kita secara sadar dan bertanggung jawab. Kita pun terdorong untuk mulai serius berpikir dan menata diri menjadi lebih dewasa.

Sikap dewasa ini tidak selalu sebanding dengan usia seseorang. Karena menjadi dewasa merupakan pilihan. Kedewasaan ditandai dengan:

1. kesiapan menerima dan mengambil tanggung jawab. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri, bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil

Setiap pilihan miliki konsekuensi, termasuk menikah. Bukan berarti kondisi belum menikah lebih indah, karena belum menikah pun tentu ada konsekuensinya sendiri misalnya dipenuhi rasa galau kemana “melabuhkan hati” hehehe. Ketika menikah sang pria berati harus siap bertanggung jawab menafkahi, menjadi imam keluarga, menjadi Ayah yang membimbing anak-anaknya, dsb. Sang wanita akan menjadi suami imamnya, merasakan hamil, menjadi ibu yang mengasuh dan membimbing anak-anaknya, dsb. Keindahan pernikahan terasa bila kita maupun pasangan siap bertanggung jawab menghadapi konsekuensi dari pernikahan itu. Menjadi suami/istri dan ayah/ibu yang baik.

Menikah dengan siapa, merupakan pilihan kita. Tidak ada menusia sang sempurna. Ketika kita memutuskan menikah dengan seseorang berarti kita siap menerima dan menyikapi segala kelebihan dan kekuranganya. Pilihan kita adalah tanggung jawab kita yang harus kita hadapi konsekuensinya.

 

2. kesiapan dalam menerima dan menghadapi realitas

Kehidupan tak selalu sesuai yang kita harapkan dan rencanakan itulah realitas kehidupan, termasuk pernikahan.  Setelah menikah kondisi ekonomi keluarga tidak selalu dalam keadaan baik. Tidak selalu sikap pasangan berkenan di hati. Terlebih lagi pada masa-masa awal pernikahan yang umumnya merupakan masa saling menyesuaikan diri. Saat kita tidak bisa menerima realitas ini hati kita akan fokus untuk mengeluh, menyalahkan, dan mengutuki keadaan. Namun, bila kita menerima bahwa inilah realitas yang niscaya terjadi kita akan bisa lebih bersyukur dan fokus untuk menghadapi dan mencari solusi dari suatu keadaan.

 

3. kemampuan mengendalikan ego dan emosi

Terjadinya masalah dalam keluarga adalah keniscayaan. Sikap yang perlu dibangun adalah tidak membesarkan masalah melainkan meredam dan menyelesaikan masalah. Misalnya,  suami lupa tanggal ulang tahun sang istri dan istri marah-marah. Hal ini namanya membesarkan masalah. Sebesar apapun masalahnya, kita haruslah fokus pada solusi dan kemaslahatan bersama. Agar kita tidak memperbesar suatu masalah kita perlu belajar mengendalikan ego dan emosi kita. Karena ego dan emosi inilah yang biasanya memancing kita untuk melakukan hal yang menyakiti sehingga membuat masalah tambah besar dan runyam.

 

4. Kesiapan tidak hanya mementingkan diri sendiri (tidak egois).

Sikap peduli dengan kebahagiaan pasangan perlu ditumbuhkan sehingga sama-sama saling berusaha mencukupi kebutuhan lahir-batin. Suami memiliki kebutuhan lahir batin yang perlu dipenuhi, begitu sang istri. Ketika menikah, kita tidak bisa egois atau hanya mementingkan kebahagiaan dan kepentingan diri.  Justru ketika kita membahagiakan dan mencukupi kebutuhan pasangan kita telah memberinya energi cinta dan bahagia yang mendorongnya untuk mencurahkan cinta untuk membahagiakan kita. Tidak bisa selalu ingin lebih dulu dimengerti. Kadang mengalah dan lebih dulu mengerti, meminta maaf, memahami, membahagiakan, dan berubah, akan jauh lebih membawa kebaikan dalam keluarga.

Jika kita bisa bersikap dewasa maka efeknya akan kembali lagi kepada diri kita. Dengan bersikap dewasa, kita lebih mudah dalam melewati masa penyesuaian di awal pernikahan, kita bisa lebih bijak menghadapi permasalahan rumah tangga, kita lebih bisa menjaga keharmonisan dan keutuhan keluarga. Ketika masa perkenalan, kedewasaan inilah salah satu yang perlu kita amati darinya dan pertimbangkan. Kita bisa menilai kedewasaan calon pasangan dari sikap dan isi perkataan/jawabannya. Kita bisa melihat prinsip hidupnya, caranya menyikapi masalah, kedewasaannya, serta kesiapan  mengarungi samudera kehidupan dalam berumah tangga kelak.

 

Tips Membahagiakan Suami

Ketika suami bahagia dan merasa dicintai ia akan lebih memiliki energi untuk mencurahkan cintanya pada istri. Suamipun menjadi ridha pada istrinya. Perasaan bahagia dan dicintai Inilah yang akan sebaik-baiknya menjaga suami dari berbagai godaan. Berikut beberapa hal yang dapat membuat suami bahagia dan merasa dicintai:

  1. Menghidangkan/menemani makan

Ada suami yang ingin istri yang pandai memasak ada juga yang bisa mentoleransinya. Siapapun yang memasakkan makanan usahakan menemani suami makan atau minimal istrilah yang menghidangkan makanan tersebut pada suami.

  1. Menghidangkan minuman atau cemilan ketika ia bekerja

Terkadang suami mengerjakan pekerjaannya di rumah, saat tersebut bukanlah momen yang tepat untuk mengajaknya ngobrol karena laki-laki sulit untuk fokus pada 2 hal sekaligus. Menghidangkan minuman dan cemilan akan menyenangkan hatinya karena itu menunjukkan dukungan dan perhatian sang istri.

Lakukan hal ini juga saat suami sedang memerlukan waktu untuk menyendiri. Terkadang pria memang memerlukan waktu menyendiri terutama ketika ia sedang mencoba mencari solusi dari masalahnya. Pada momen ini mengajukan banyak pertanyaan atau memaksanya bercerita meski atas nama kita “peduli” akan dapat mengganggunya. Memberinya cemilan atau minuman justru lebih dapat membantunya. Biarkan ia fokus dan tenang.

  1. Berterimakasih atas nafkah yang ia berikan

Ketika suami memberikan uang nafkahnya, ucapkanlah terimakasih dengan penuh senyum tulus berapapun uang yang ia berikan. Iringi dengan pelukan atau kecupan. Ketika uang kurang dan sudah mulai menipis cukup katakan kondisi keuangan yang ada, meminta pada suami berapa yang akan diperlukan, dan sebutkan untuk keperluan apa.

  1. Mengapresiasi prestasinya

Pria membutuhkan rasa memiliki prestasi atau hal yang bisa dibanggakan. Itu akan meningkatkan kepercayaan dirinya. Pujilah suami saat ia mencapai sesuatu. Namun bila ia tidak berhasil, besarkan hatinya. Hargai usahanya dan niat baiknya.

Pria membutuhkan rasa memiliki prestasi atau hal yang dibanggakan

Ketika suami menunjukkan kemampuannya, ini saatnya kita menunjukkan kekaguman bukan menunjukkan kita hebat juga/ tak kalah hebat dengannya.

  1. Berterimakasih/hargai saat ia membantu istri/keluarga

Suami senang bila ia menjadi dan dianggap pahlawan bagi istri dan keluarganya. Ketika melakukan hal-hal yang membantu, hargai dan ucapkanlah terimakasih.

  1. Mengiringi keberangkatan dan kepulangannya dengan senyuman
    Suami senang bila ia merasa menjadi orang yang dibutuhkan dan dirindukan. Saat ia berangkat hantarkanlah dengan senyuman, kecupan, dan do’a dari istri dan anak begitu pula saat ia pulang. Jadikan keluarga sebagai tempat yang dirindukan pula olehnya.

Saat suami berangkat hantarkanlah dengan senyuman dan kecupan dari kita maupun anak, begitu pula ketika suami pulang.
jadikan keluarga tempat kembali yang selalu dirindukan

 

 

  1. Memijitinya

Sepulang bekerja suami merasa lelah dan terkadang sakit kepala. Dukungan dan perhatian istri bisa diwujudkan dalam bentuk pijatan. Memijiti punggung, kepala atau bagian tubuh lainnya akan membuat kondisi tubuh dan perasaannya membaik. Jika kita pernah dipijit di salon apakah itu ketika creambath maupun spa, kita bisa coba pelajari dan terapkan cara memijat dari salon tersebut pada suami kita.

  1. Menjadi teman bercandanya

Romantisme tidak selalu harus diungkapkan melalui kata-kata gombal, ia bisa berupa obrolan ringan atau canda. saling bercanda bisa membangun suasana gembira dan keakraban tersendiri antara suami dengan istri. Suami pun jadi merasa kita istri yang menyenangkan.

  1. Melayaninya

Menikah merupakan sarana menyalurkan kemesraan dan hasrat biologis di jalur yang halal. Hasrat ini merupakan fitrah dan kebutuhan manusia baik laki-laki maupun perempuan. Ketika hasrat itu datang namun tidak tersalurkan maka jiwa menjadi tidak stabil dan untuk mengendalikannya butuh perjuangan yang berat.

Dengan “Melayani” suami, istri membahagiakan dan melegakannya, membantu menenangkan dan menstabilkan jiwanya, dan menjaganya dari godaan dan perbuatan maksiat. “Melayani” suami merupakan kewajiban istri, dan menafkahi batin istri (red-“melayani” istri) merupakan kewajiban suami. Jadi, suami dan istri saling memenuhi kebutuhan ini.

  1. Menaatinya

Salah satu yang menyenangkan suami adalah istri yang taat. Ketika suami memberi nasihat kebaikan, memberikan arahan, menyampaikan harapan istri dengarkan dengan seksama dan berusaha menaatinya. Hindari sikap membantah apalagi bila yang disampaikan suami tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT. Ketika merasa dibantah dan ditolak, suami bisa menjadi emosi dan tidak ridha pada istri.

Bukan berarti istri tidak boleh menyampaikan aspirasinya. Istri bisa menegosiasi, mengajukan keberatan dan ketidak setujuan tanpa memberi pesan penolakan/membantah. Misalnya suami meminta dibuatkan kopi sedangkan istri sedang mencuci piring.

Respon yang memberi pesan penolakan:

“Papa buat saja sendiri, mama sedang sibuk mencuci”

Respon yang menegosiasi tanpa memberi pesan penolakan.

“Baik Pa, mama masih mencuci piring. Tunggu bentar ya…”

 

Tips Cara Membahagiakan Istri

Saat kita mencukupi kebutuhan dan kebahagiaan pasangan, sebenarnya secara tidak langsung kita sedang mencukupi kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri. Ini karena, orang yang berbahagia akan punya energi untuk membahagiakan orang lain.

Membahagiakan istri tidak harus selalu hadiah yang wahh, mewah, dan mahal. Ia bisa dicapai juga dengan melakukan hal-hal yang sederhana. Meski sederhana, hal-hal berikut ini bagi wanita ini manis lhoo..

  1. Mendengarkan

Wanita membicarakan kesuitan-kesulitannya dan berbagi perasaannya untuk membuatnya lebih lega saat demikian terkadang bukan nasihat yang ia perlukan. Ia berharap ditanya bagaimana kabar harinya, perasaannya, dan sebagainya. Hal ini memenuhi kebutuhan emosionalnya untuk didengar, diperhatikan, dan dipedulikan.

Peran suami dalam mendengarkan sangatlah penting dan berarti bagi istri. Dengan didengarkan, istri jadi merasa dicintai dan terjaga kestabilan emosinya. Bagi istri didengarkan berarti:

  • Suami menunjukkan minat, misalnya dengan menanyakan hal terkait apa yang istri ceritakan.
  • Suami menyimak untuk menunjukkannnya bisa dengan respon singkat “oh”, “hmm”, “wahh”, dsb.
  • Suami menunjukkan kepedulian dan berempati terhadap perasaan, kondisi atau kesulitan yang dialami istri, misalnya dengan mengatakan “kamu pasti sangat sedih”, “kasihan, mama capek ya, sini papa pijit”. Hindari menganggap enteng, maupun meremehkan perasaan atau apa yang istri alami.
  • Ketika istri mengungkapkan rasa kecewa, marah, dan sedih suami mendengarkan tanpa bersikap defensif melainkan menghormati dan mencoba memahami perasaan istri. Ini kondisi sensitif.

 

  1. Menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap kondisi istri

Suami perlu menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap kondisi istri. Misalnya menanyakan apakah istri sudah makan atau belum. merawat istri ketika sedang sakit, menemani ketika berobat, memeriksakan kandungan, dan ketika melahirkan. Ketika sedang terpisah jauh, suami senantiasa menanyakan kabar istri. Suami perlu menunjukkan bahwa ia senantiasa ingat, peduli, dan menjaga komunikasi dengan istri.

Kepedulian juga ditunjukkan dengan membantu pekerjaan rumah dan merawat anak. Pekerjaan rumah seakan sebuah pekerjaan yang tiada habisnya untuk diselesaikan. Apalagi ketika memiliki bayi, jangankan pekerjaan rumah, seringkali istri tidak memiliki waktu untuk mengurus diri sendiri.

Ketika dibantu, istri jadi merasa dipedulikan dan disayangi. Hal ini menjadi energi bagi sang istri untuk bisa mencurahkan tenaga dan kasih sayangnya pada sang bayi, mengurangi baby blues syndrome, dan melancarkan produksi ASI.

  1. Bersungguh-sunguh dalam menafkahi dan mensejahterakan keluarga

Suami menunjukkan kesungguhannya untuk mensejahterakan dan memenuhi kebutuhan istri. Istri bisa mentolelir besarnya pendapatan suami, bahkan mungkin akan turut membantunya. Yang ia harapkan ialah kesungguhan suami dalam menafkahi dan mensejahterakannya. Nafkah ini tak hanya nafkah lahir, namun juga nafkah batin. Misalnya, istri ingin sekali bisa jalan-jalan bersama, bisa jadi jalan-jalan ialah salah satu kebutuhan batin istri. Ketika suami bersungguh-sungguh, istri jadi merasa dipedulikan dan dicintai.

  1. Memeluk dan sentuhan sayang lainnya

Wanita makhluk lembut yang senang dengan sentuhan kasih sayang. Saat ia sedih, pelukan akan membantu menentramkannya. Sentuhan kemesraan dari suami membuat istri merasa dicintai.

 

  1. Peduli dengan kebutuhannya

Salah satu hal yang sangat membuat istri sedih ialah ketika suami selalu lupa akan kebutuhannya atau permintaannya. Ketika istri sedang kesulitan atau kelelahan dan suami tidak peka untuk membantu istri merasa tidak dipedulikan dan tidak dicintai. Ketika kebutuhan istri tidak dimasukkan dalam daftar prioritas, atau bahkan tidak dimasukkan dalam agenda hal yang akan suami penuhi, rasanya sangat menyakitkan hati. Istri jadi merasa harus mengemis dukungan suami. Hal ini membuat istri merasa tidak dipedulikan, tidak dianggap penting, tidak dihormati, dan tidak merasa dicintai.

Ketika suami peduli dengan kebutuhan dan permintaan istri, memenuhinya untuk membahagiakan istri, maka istri pun jadi merasa dicintai. Apalagi bila suami berinisiatif langsung membantu atau menawarkan bantuan. Istri pun jadi semakin kagum dengan sang suami.

Sebaliknya, bila suami tampak tidak peduli untuk memenuhi permintaan istri, bisa jadi ada yang perlu dievaluasi dari cara istri meminta pada suami.

 

  1. Menjadi imam yang baik

Wanita menginginkan pria yang membimbing dan menjadi imam yang baik bagi keluarganya. Bukan berarti yang tingkat pemahaman dan ibadahnya jauh di atasnya, karena terkadang tingkat pemahaman dan ibadah yang terlalu berbeda jauh berpotensi untuk menimbulkan beban dan kekecewaan. Kondisi yang sekufu (setara) lebih nyaman dan bisa saling menerima.

Saat suami memberi teladan yang baik dalam ibadah dan ketaatan pada Allah. Saat ia bijak dan memiliki filosofi/prinsip hidup yang baik. Saat suami mengingatkan pada kebaikan. Saat itu, istri akan merasa bahagia dan semakin kagum pada suaminya.

7. Memberi hadiah

Hadiah ini bukan berarti harus yang mewah. Hal yang berkesan dan membuat bahagia istri dari hadiah ialah istri merasa diingat oleh suaminya dan usaha suami dalam membahagiakannya. Suami membawa makanan ketika pulang pun bisa membuat istri merasa suami perhatian dan ingat akan dirinya.

Saat Pasangan Menyimpan Uneg-uneg, Inilah yang perlu dilakukan

saat pasangan kita menunjukkan tanda-tanda selalu merasa takut, sungkan, sensitif dsb pada kita ini saatnya kita mengevaluasi diri. bisa jadi kita belum menjadi pasangan yang membuatnya nyaman.

Bisa jadi pasangan kita menyimpan uneg-uneg dan emosi negatif. Kita perlu membantunya agar ia nyaman menyampaikan uneg-enug dan emosi negatifnya. Kita bisa mulai dengan menanyakan duluan:

“Papa/mama tadi tampak marah ke mamah, apa tadi kata-kata mama/papa menyinggung papa/mama?”

Kemudian saat ia mulai bercerita dengarkan lah, klo bisa lakukan sambil memeluknya. Ini memang tidak mudah, kita harus menyiapkan hati yang lapang, telinga untuk mendengar, prinsip-prinsip hidup yang baik, pengendalian emosi yang baik. Tangkap inti masalah, ambil inti masukannya, dan abaikan hal lainnya yang muncul karena efek dia sedang emosi.

Bila uneg-uneg dan emosi negatif nya sudah dikeluarkan ia akan bisa stabil dan positif kembali. org utama yang harus berperan justru kita. selalu iringin dengan sikap penerimaan dan cinta.

Jangan sampai ketika pasangan menyimpan uneg-uneg dan emosi negatif ia malah lebih nyaman curhat pada orang lain, dan mendapat penerimaan dan sikap lembut dari orang itu.

Jadikan kita tempat yang nyaman, penuh penerimaan dan cinta pada proses pengeluaran uneg2 dan emosi negatif ini.

Kita ini Pasangan yang “Menyejukkan Hati” atau “Mengesalkan Hati”

“Pasangan yang menyejukkan hati”, istilah ini mungkin sudah familiar di telinga kita atau bahkan menghiasi do’a kita. “menyejukkan hati” ini erat kaitannya dengan bagaimana kita menyikapi dan merespon suatu masalah. Hal ini salah satunya bisa dilihat dari ucapan/bahasa komunikasinya. Pemilihan poin hal yang diangkat, diksi, dan intonasi memberikan rasa tersendiri. Coba perhatikan contoh berikut:

Misalnya kita sedang di luar kota hendak pulang, ketika di stasiun kereta kita baru sadar bahwa kita lupa membawa tiket. Lalu kita mengabari pasangan kita. Kira-kira apa yang kita pikirkan dan rasakan jika pasangan kita mengatakan:

1.  Masak, barang sepenting itu bisa lupa sih

2. Makanya hati-hati, sebelum berangkat cek dulu semua persiapan

3. Oh ya. lalu bagaimana? 😀 (masalah dibawa santai saja)

4. Dah coba dicari di tas, yhank (panggilan sayang)? barangkali nyelip, moga saja ketemu.

Dari opsi perkataan jawaban pasangan kita tersebut:

Mana perkataan yang menyejukkan di hati kita?

Adakah diantara opsi perkataan tersebut yang bisa membuat kita kesal?

Apa perbedaan yang kita rasakan dan pikirkan untuk setiap opsi?

Adakah opsi perkataan jawaban yang membuat kita merasa menyesal telah bercerita atau bahkan kapok untuk bercerita lagi kepada pasangan?

Bisa jadi lupa bawa tiket bisa kita pasrahkan dan tolelir tapi respon pasangan yang mengesalkan yang justru jadi masalah dan memicu konflik.

Biodata Perkenalan (Proposal Ta’aruf), Langkah Awal Menyeimbangkan Pertimbangan Hati dan Rasional

Meski sudah merasakan cinta pada seseorang tetaplah menyertakan akal sehat dalam pertimbangan menjadikannya pasangan hidup kita. Salah satu cara yang bisa digunakan ialah dengan saling bertukar “biodata perkenalan”. Baik kenalan sendiri, dikenalkan teman, ta’aruf via murabbi ada baik tetap saling bertukar biodata perkenalan ini. Yuk berkenalan dengan “makhluk” bernama “biodata perkenalan” ini.

Kita dapat mengenali calon pasangan melalui berbagai sumber, antara lain “biodata perkenalan”, info dari teman dan saudaranya, dan dengan mengobrol langsung. Isi “biodata perkenalan” mirip dengan biodata yang digunakan untuk mencari kerja pada umumnya. Namun, dalam “biodata perkenalan” biasanya ada beberapa info tambahan antara lain:
– karakter, kelebihan, dan kekurangan kita
– kriteria suami/istri yang kita harapkan
– pandangan seputar pernikahan (visi misi, peran suami dan istri dalam rumah tangga, dan sebagainya)
– data dan gambaran tentang keluarga
– penyakit berat yang pernah atau sedang diderita
– penghasilan dan pengeluaran bulanan.

“Biodata perkenalan” sangat berperan dalam mempersingkat proses perkenalan ini. Banyak hal yang perlu kita ketahui dari calon sudah tercantum dalam biodata sehingga yang kita eksplorasi tinggal yang kurangnya saja. Selain itu, “biodata perkenalan” membantu menyampaikan informasi dari calon yang mungkin kita sungkan untuk tanyakan langsung secara lisan karena khawatir menyinggung atau karena alasan lainnya. Misalnya sang wanita sudah lulus S3, dia sungkan menanyakan langsung pada sang pria tingkat pendidikannya karena bila ternyata di bawahnya khawatir jadi menyinggung perasaan atau membuat minder sang pria. Bisa jadi kita juga sungkan menanyakan pekerjaan, penghasilan, dan kondisi kesehatan padahal itu penting untuk diketahui sejak sebelum menikah. “Biodata perkenalan” mencantumkan info tersebut sehingga kita dapat mengetahuinya tanpa perlu menanyakan secara lisan.

Selain itu, “biodata perkenalan” membantu kita untuk tetap berpikir dengan akal sehat. Dari “biodata perkenalan” kita bisa melihat apakah dia sesuai kriteria kita, dan apakah kita sesuai kriteria dia. Apakah kekurangannya bisa kita terima atau tidak.
Misalnya kita berkenalan dengan seseorang yang rupawan wajahnya. Kita dan dia sama-sama tertarik dan ingin berproses ke arah menikah. Lalu kita bertukar “biodata perkenalan” dengannya. Ternyata dirinya tidak sesuai dengan kriteria kita atau kekurangannya di area hal yang tidak dapat kita kompromikan. Meski dia rupawan kita bisa yakin untuk tidak melanjutkan proses lebih jauh dan hanya menjadi teman biasa saja.

Terkadang dengan melihat biodata saja kita bisa mengetahui apa perkenalan ini bisa lanjut ke tahap menuju menikah atau tidak. Sehingga kita bisa langsung hentikan proses kemudian lanjut mencari calon yang lain. Keputusannya jelas dan “gak pake lama”.

Bila setelah melihat biodata kita melihat ada kemungkinan kecocokan kita bisa lanjut ke pertemuan untuk pengenalan lebih lanjut. Kita tanyakan hal yang belum termuat di biodata, mengkonfirmasikan hal yang masih mengganjal, dan menjajaki apa ada kemungkinan dikompromikan sisi kekurangannya yang tidak sreg di hati kita. Sekaligus melihat secara langsung orangnya untuk melihat apakah kita bisa nyaman dan punya potensi untuk bisa tertarik dengannya atau tidak.

Tips-tips lainnya bisa langsung dibaca dibukunya aja ya… “Catatan Sang Mantan Jomblo – Menjemput Jodoh Idaman” 😉

Catatan Sang Mantan Jomblo(1)

Jangan “Tertipu” Gombalan

Jika mendengar kata “tertipu” dalam urusan cinta mungkin kita membayangkan ada wanita ditipu oleh pria. Sebenarnya yang tertipu bisa sang wanita oleh sang pria, bisa sang pria oleh sang wanita, bisa juga yang tertipu adalah kita oleh diri kita sendiri. Ya, bisa jadi tanpa disadari kita sedang menipu diri.

Belum terbayang ya, maksudnya tertipu oleh diri sendiri. Coba simak contoh berikut:

Alkisah seorang pria bernama Andi. Dia sedang pendekatan dengan seseorang wanita bernama Sinta dan ingin mengenal diri Sinta lebih jauh. Andi mulai mengontak Sinta. Hampir setiap hari Andi mengontak Sinta, bahkan bisa sampai 5 jam dalam sehari. Awalnya Andi beradu canda dengan Sinta, lama kelamaan ia menunjukkan perhatian lebih dengan mengingatkan sinta untuk jangan lupa makan. Tampaknya Sinta pun tertarik dan lama kelamaan mereka saling memanggil sayang. Tiap hari obrolan mereka tidak jauh dari saling bercanda, menggombal, mengatakan “hati-hati di jalan” atau “selamat makan”, dan berkata sayang-sayang ria.

Pertanyaannya dengan konten pembicaraan seputar itu benarkan mereka lebih saling mengenal? Apa yang bisa kita kenali dari si dia dari:

  • kata-kata sayang
  • mengatakan “kamu sudah makan belum”
  • saling becanda
  • saling menggombal

Mungkin yang kita tangkap, si dia perhatian, romantis, dan menyenangkan. Bayangan kita tentang si dia bahwa bersamanya akan bisa selalu bahagia dan menyenangkan. Untuk berbahagia tentu semua orang siap. Tapi isi obrolan tadi hanya menunjukkan satu sisi dirinya, bahkan bisa jadi aslinya dia tidak seperhatian itu. Orang yang sedang memancing tentu memberikan umpan agar dapat ikan.

Obrolan tersebut belum menunjukkan kualitas komunikasi kamu dengan si dia. Karena dalam hidup bersama kelak sebagai suami istri yang akan ditemui adalah perbedaan pendapat dan tentu tidak luput dari yang namanya masalah. Setiap orang pasti memiliki kelemahan, termasuk pasangan kita. Karena itu, bila suatu hari kita merasa kesal dengan pasangan itu bisa dikatakan sebuah keniscayaan.

Cobalah perhatikan, bagaimana kalian berkomunikasi ketika sedang

– berdiskusi

– menyampaikan pendapat

– menyampaikan uneg-uneg/perasaaan

– ketika emosi atau ada masalah dengan pasangan

– menceritakan masalah yang sedang diri sendiri alami

– menyampaikan keinginan

 

Dari jawaban-jawaban si dia, kamu bisa tahu

– apakah kamu bisa nyaman untuk terbuka padanya

– prinsip hidupnya

– idealisme dan pemikirannya

– seberapa bijak dan dewasa dia

– seberapa baik dia mengontrol emosinya

– seberapa “nyambung” kalian

– seberapa mantap atau serius dirinya padamu

Bila kita menyimpulkan cocok dan ingin menikah dengan si dia hanya karena nyaman dan nyambung ketika saling bercanda dan menggombal, maka bisa jadi kita sedang menipu diri. Baik sang wanita maupun sang pria sedang menipu dirinya. Jangan sampai tertipu atau terbuai oleh hal-hal yang sifatnya tidak fundamental. Karena dalam berumah tangga, masalah bisa membaik atau memburuk dari bagaimana cara kita mengkomunikasikan masalah bukan dengan menggombal.

Selain perkara di atas. Berikut hal-hal yang perlu juga kita ingat:

  • Kemantapannya memilihmu tidak bisa diukur dari seringnya dia menelpon, mengajak kencan, menggombal, atau memanggil sayang.

Coba kamu bicarakan rencana pernikahan dengannya atau ajak dia menemui orangtua. Lihat bagaimana responnya.

 

  • Orang yang memanggilmu “sayang” belum tentu menganggap kamu kekasihnya. Bisa jadi pula bukan kamu seorang yang ia panggil “sayang”.

Coba kamu perhatikan apakah dia sering menjawab telepon dan sms sembunyi-sembunyi atau tidak.

 

  • Pria yang bertanggung jawab tidak bisa diukur dari dia nraktir kamu nonton atau makan.

Mentraktir itu sifatnya insidental sedangkan setelah menikah harus memenuhi biaya makan sehari-hari, bayar sewa rumah, dll. Siapkah dirinya menafkahi? Kenali mentalnya  dalam menjemput rezeki. Tanyakan rencananya mendapatkan penghasilan.

 

  • Pria penyayang tidak bisa diukur dari banyaknya kata sayang yang dia ucapkan, ataupun seringnya dia mengucapkan selamat makan.

Orang yang penyayang memiliki rasa empati, itikad untuk membantu, itikad untuk memahami, itikad untuk membahagiakan, itikad untuk menjaga perasaan. Sebagai bayangan kondisi yang akan dihadapi setelah menikah simak contoh berikut.

Misalnya istri kelelahan, tiba-tiba bayinya menangis padahal dia belum selesai memasak. Kira-kira apa yang istri rasakan jika?

  1. Suami membantu menggendong anak sementara istri melanjutkan memasak.
  2. Suami membantu memasak sementara istri menggendong anak.
  3. Suami tidak membantu tapi tidak pula menuntut ada makanan meski sudah lapar.
  4. Suami mengatakan “Sayang, mana makanannya? Aku sudah lapar”

Opsi D tampaknya akan terasa menyebalkan bagi sang istri, meski sang suami memanggilnya “sayang” tapi ia mungkin tidak benar-benar merasa disayang karena suaminya tidak membantu atau setidaknya berempati dengan kondisinya.

  • Kecocokan kamu dengan si dia tidak bisa diukur dari berjam-jamnya tahan mengobrol, bercanda, maupun menggombal.

Bisa jadi untuk sebagai teman ngobrol dia orang yang asyik, namun baru sisi itu saja yang baru kita ketahui. Masih ada hal lain yang perlu dieksplore.

Kala LDR/LDM (Long Distance Relationship / Marriage ) menjadi Pilihan, Ini yang Perlu Dilakukan

Setiap pasangan tentu ingin bisa hidup bersama. Namun pada beberapa orang karena alasan pekerjaan atau hal lainnya membuatnya harus tinggal berbeda kota dengan pasangannya tiap jangka waktu tertentu oleh karena itu muncullah istilah Long Distance Marriage.

Bila LDM memang tak terhindarkan, berikut beberapa hal yang perlu kita lakukan:

1. Jadikan diri kita seseorang yang nyaman bagi pasangan kita.
Salah satu faktor yang besar pengaruhnya dalam menjaga pasangan kita adalah diri kita sendiri. Banyak di luar sana orang yang lebih cakep secara fisik, namun org yang bisa membangun kehidupan bersama yang nyaman itu langka. Mungkin hati kita diliputi kekhawatirn bahkan kecurigaan, tetap ingat yg utama menjaga pasangan kita ialah diri kita sendiri, jadikan diri kita org yg layak untuk dia selalu cintai, jaga dan perjuangkan.
Jadikanlah diri kita org yang layak tersebut, bagaimana caranya?

Berikut beberapa hal yang perlu kita bangun

a. Buat pasangan kita selalu merasa dicintai
tunjukkan sikap yang penuh kehangatan, perhatian, dan pengertian. Saat pasangan kita pulang sambut dengan keceriaan, senyuman, dan pelukan. Pasangan kita butuh merasa bahwa dia dirindukan, diinginkan. Saat ada kesempatan untuk bersama selalu alokasikan waktu untuk “pacaran”. ketika komunikasi saat sedang terpisah jarak, poin2nya:
– tenangkan hati pasangan dan tunjukkan perhatian dengan senantiasa inisiatif menanyakan/memberi kabar baik dari sang istri maupun sang suami, baik dari yg ada di rumah atau yang dari sedang bepergiaan. kabarkan posisi sudah sampaimana agar pasangan tenang kita sudah sampai dengan selamat,
– tunjukkan perhatian bukan kecurigaan2: doakan keselamatan, “hati2 di jalan”, “jgn lupa makan”, dsb
– bersikap pengertian dan prasangka baik saat pasangan blm bisa dikontak. Hindari marah “dari tadi kemana aja sih, kok telp aku gak diangkat2”
basicly semakin kita terasa menyebalkan maka semakin lemah pula daya kita untuk menjaga hatinya.

b. bersikap dewasa ketika ada masalah
Adanya masalah dalam pernikahan merupakan keniscayaan. Bersikap dewasa berarti berusaha menyikapi dan menyelesaikan sesuatu dengan hati dan pikiran jernih, fokus pada solusi, dan dengan cara yang baik. Bukan menyelesaikan dengan marah2, bukan mengedepankan ego.
Saat kita dipenuhi emosi kita tenangkan diri kita dulu karena saat emosi kita rawan mengeluarkan pilihan2 kata yg menyakitkan yang berujung membuat masalah jadi buntu bahkan semakin rumit. Kata2 kasar hanya akan menutup hati dan pikirannya.
jernihkan pikiran dan hati kita, sembari memikirkan apa sebenarnya inti masalahnya dan bagaimana menyampaikan masalahnya dengan kata2 yang baik.

c. Jadikan diri kita tempat yang nyaman untuknya terbuka
poinnya: menjadi pendengar yang baik, biarkan ia menyelesaikan ceritanya dan kita dengarkan dengan seksama. Hargai keterbukaan dan kejujurannya. Misalnya ia menceritakan bahwa ia salah membeli tiket yang membuatnya harus mengeluarkan lagi uang untuk membeli tiket. Hargai kejujurannya, bersikap pemaaf, yakini ia akan belajar dari kesalahannya. Sikap penuh omelan, krtikikan, penegasan lagi atas kesalahannya hanya akan membuatnya sungkan untuk terbuka.
saat pasangan kita menunjukkan tanda2 selalu merasa takut, sungkan dsb pada kita ini saatnya kita mengevaluasi diri. bisa jadi kita belum menjadi pasangan yang membuatnya nyaman.Bisa jadi pasangan kita menyimpan uneg2 dan emosi negatif. Kita perlu membantunya agar ia nyaman menyampaikan uneg2 dan emosi negatifnya. Ini memang tidak mudah, kita harus menyiapkan hati yang lapang, telinga untuk mendengar, prinsip2 hidup yang baik, pengendalian emosi yang baik. Bila uneg2 dan emosi negatif nya sudah dikeluarkan ia akan bisa stabil dan positif kembali. org utama yg harus berperan justru kita. selalu iringin dengan sikap penerimaan dan cinta.
jgn sampai ketika pasangan menyimpan uneg2 dan emosi negatif ia malah lebih nyaman curhat pada org lain, dan mendapat penerimaan dan sikap lembut dari org itu.
saya ulangi lagi, jadikan kita tempat yg nyaman, penuh penerimaan dan cinta pada proses pengeluaran uneg2 dan emosi negatif ini.

d. jadi pasangan yang menyenangkan
menjadi seseorang yang enak diajak bercanda merupakan nilai tambahan yang penting. kita perlum bumbu penyegar hidup. Jadikan kita org yang menyenangkan dan menghibur bagi pasangan kita.

e. Bila kita diliputi kecemburuan dan kekhawatiran sampaikan baik2 tanpa marah2, tanpa menjudge, tanpa menuduh.

kuncinya memang ada pada komunikasi. komunikasi yang nyaman, penuh cinta, terbuka, dan menyenangkan. Sebagai ikhtiar kita bangun komunikasi tsb. sisanya jangan lupa selalu berdoa

2. Setiap orang tidak tahu apakah mereka sanggup LDM atau tidak memang setelah menjalaninya. silahkan evaluasi dan pertimbangakan manfaat dan mudharat yang dirasakan dari LDM ini. Jika lebih banyak mudharatnya, silahkan pertimbangakan pilihan kerja lain yg kira2 lebih maslahat bagi rumah tangga ke depannya

Saat Istri Menangis Inilah yang Perlu Suami Lakukan

Seorang suami heran tiba-tiba istrinya murung, cemberut, marah, atau menangis. Seperti cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba jadi hujan deras dengan geledek menyambar-nyambar. Bisa jadi suami tidak sadar telah menyakiti hati istrinya atau ada uneg-uneg yang dipendam kemudian meledak.

Kondisi yang sedang emosional membuat istri susah untuk bisa mencurahkan cinta dan kasih sayangnya bahkan mungkin bicara meracau kesana kemari. Energi cintanya sedang terkuras untuk mengendalikan gejolak emosi dalam dirinya. Hal ini membuat suami merasa tidak nyaman dan bahkan mungkin berusaha menghindar pergi. Padahal, pada saat istri menangis, marah, dan emosi sebenarnya saat itulah ia sedang sangat memerlukan suaminya. Ia akan sangat sedih bila sang suami meninggalkannya di saat ia memerlukannya. Ia sedih bila suaminya menjadi sahabatnya hanya dikala ia penuh cinta dan membahagiakan, namun saat ia terpuruk malah ditinggalkan.

Suami bisa membantu agar istri stabil dan cerah kembali. Bila ini dilakukan, hubungan suami dengan sang istri bisa lebih bahagia dan kokoh. Dalam proses mencerahkan lagi istri ada hal yang perlu dilakukan ada pula hal yang perlu dihindari, karena jika tidak dihindari bisa terjadi badai bahkan sunami hehehe. Perlu diingat, bagi istri hal yang menyakitkan adalah ketika perasaan, kebutuhan, dan kebahagiannya diremehkan, tidak dipedulikan, dan tidak dianggap penting oleh suami.

Mari simak langkah-langkah yang perlu suami lakukan sebagai berikut. Sengaja saya tebalkan kata-kata yang menggambarkan perasaan istri agar kita bisa lebih paham bagaimana kebutuhan perasaan wanita. Pemahaman ini diharapkan membuat kita lebih bisa lebih memaklumi reaksi wanita dan tahu dukungan yang ia butuhkan:

  1. Mau berhenti dari aktivitasnya dan meluangkan waktu

Saat istri sedih hampirilah, suami hendaknya meninggalkan sejenak aktivitas. Siapkan bahu (beugh serasa di film aje hehehehe) untuk istri sandari dan peluklah dia. Bahkan bila istri mengatakan “tinggalkan saja aku”, artinya bukan berarti ingin benar-benar ditinggalkan. Jika suami mengatakan “tinggalkan aku sendiri”, artinya ia memang sedang butuh untuk menyendiri. Dalam hatinya berkata “I need time for my self”. Namun, bila istri mengatakan “tinggalkan aku”, artinya justru sebaliknya. Ia ingin suaminya mengejar dan memeluk dia (makanya enak klo sudah nikah ya hehehe…. Adegan peluk yang penting seperti ini halal dan bahkan jadi pahala bukan dosa). Dalam hatinya berkata “Show that you want and need me”. Istri ingin suaminya menunjukkan bahwa sang suami mencintai dirinya. Bahwa sang suami membutuhkan sang istri dan ingin sang istri tetap berada di sampingnya.

Jika suami mengatakan “tinggalkan aku sendiri”, artinya ia memang sedang butuh untuk menyendiri. Dalam hatinya

I need time for my self

Namun, bila istri mengatakan “tinggalkan aku”, artinya justru sebaliknya. Ia ingin dikejar dan ditenangkan. Dalam hatinya

Show that you want and need me

Pelukan suami membantu menenangkan istri dan lebih menentramkannya. Sekali lagi, ini hanya membantu menenangkan tapi belum bisa menghilangkan emosi negatif maupun menyelesaikan akar masalah.

Hindari untuk “kabur”, ini akan memperlambat penyembuhan kondisi istri bahkan mungkin justru menambah parah. Istri merasa suaminya tidak peduli padanya. Istri merasa dirinya tidak dianggap penting. Hati istri pun jadi makin terluka. Tapi bila suami sampai kabur, istri silahkan introspeksi diri. Misalnya ketika kesal atau sedih, istri seringkali berkata/bersikap kasar yang menyakiti, sehingga suami jadi enggan menghampiri.

  1. Mau mendengarkan

Untuk menstabilkan lagi hati, istri perlu mengungkapkan perasaan dan uneg-unegnya. Istri memerlukan empati dari sang suami untuk proses ini. Mungkin kata-kata yang diucapkan istri agak kacau dan menggunakan diksi (pilihan kata) yang emosional sehingga terkesan menyalahkan. Kesabaran sang suami mendengarkan dengan empati menjadi ladang pahala tersendiri. Dengan mendengarkan kekecewaan, penderitaan, kebutuhan, dan permasalahan istri sesungguhnya suami telah membantu istri untuk melegakan hatinya. Kesabaran istri menjaga lisannya agar tidak kasar selama proses curhat pun menjadi ladang pahala tersendiri.

Suami perlu mendengarkan dan mencoba memahami perasaan istri. Ucapan yang meng”iya”kan apa yang dirasakan istri misalnya dengan mengatakan “Mamah sedih ya”, “Papa dah membuat mamah marah ya” akan memudahkan istri untuk melepaskan rasa sakit hatinya. Ini akan membuat istri merasa perasaan dan kebutuhannya didengar, diakui, dimengerti, dan dipedulikan. Ini bisa mengurangi emosi negatif istri. Untuk menyembuhkannya emosi negatif ini hal utama yang perlu dilakukan tetap menyelesaikan akar masalahnya.

Bila suami tidak mendengarkan curahan hati istri, sang istri akan merasa perasaannya diabaikan dan tidak dianggap penting. Selain itu, yang perlu dihindari suami:

  • menganggap remeh apa yang dirasakan istri. Misalnya mengatakan , “Mama gitu aja kok nangis/marah”
  • bersikap defensif. Misalnya mengatakan, “Aku kan cuman bercanda”
  • menyalahkan balik. Misalnya mengatakan “kan itu gara-gara mama juga”

Perkataan tersebut membuat Istri merasa perasaannya diremehkan, dianggap enteng, diabaikan dan tidak dianggap penting. Istri pun menjadi semakin terluka dan merasa tidak dicintai. Emosi negatifnya semakin menumpuk dan bergejolak di hati.

  1. Mencoba memahami akar masalah

Mungkin suami kaget “tiba-tiba” istrinya menangis, marah, cemberut, dan sebagainya. Ia bingung apa masalahnya. Bisa jadi ini bukan hal yang bersifat tiba-tiba. Coba suami ingat-ingat lagi apa kebutuhan yang diajukan sang istri yang belum sempat suami penuhi. Apa pula yang tidak berkenan di hati istri yang masih suami lakukan.

Terkadang bukannya sang istri susah ditebak. Bisa jadi istri sempat menyampaikan beberapa kali kebutuhan/ permintaannya maupun hal yang tidak berkenan di hatinya, namun suami tidak memberi perhatian. Akhirnya sang istri sungkan untuk menyampaikannya lagi. Ia merasa tidak akan didengar. Ia pun menyimpan uneg-unegnya dalam diam.

Istrinya bingung. Ia merasa ketika menyampaikan uneg-uneg dan kebutuhannya baik-baik terkadang suami kurang menganggap itu penting dan tidak melakukan apa-apa. Ia sedang menanti.

Ketika suami melihat istrinya tetap tersenyum, ia merasa istrinya baik-baik saja dan tidak ada masalah. Diamnya istri bukan berarti tidak ada masalah sama sekali, melainkan sedang bersabar. Ada yang bergejolak dalam pikirannya, apakah tetap bersabar, bersikap apatis, berhenti berharap, atau meledak? Ia mencoba menenangkan diri dan menjernihkan pikirannya lagi. Ada kekecewaan yang menumpuk dihatinya. Ia merasa kebutuhan dan kebahagiaannya diabaikan dan tidak dianggap penting. Ketika ada sesuatu yang memicu, ia pun meledak.

Terkadang bukannya sang istri susah ditebak. Bisa jadi istri sempat menyampaikan beberapa kali permintaannya maupun hal yang tidak berkenan di hatinya, namun suami tidak memberi perhatian. Akhirnya sang istri sungkan untuk menyampaikannya lagi. Ia pun menyimpan uneg-unegnya dalam diam.

 

 

Terkadang istri sungkan atau tidak mengatakan secara spesifik apa yang membuat ia sedih. Agar suami tahu sikap mana yang membuat istrinya sedih, suami bisa menggalinya dengan mengajukan pertanyaan seperti:

“Apakah becanda ku yang tadi keterlaluan?”

“Apakah peristiwa sore tadi yang membuat Mama marah?”

“Apa karena kemarin papa tidak mengantar Mama?”

Terkadang wanita menggunakan kata yang hiperbolis dan generalis Misalnya istri mengatakan, “Papa selalu sibuk terus, tidak pernah mengajak aku jalan. Aku kan ingin, bisa pacaran jalan-jalan berdua dengan papa.” Yang perlu suami lakukan ialah mengabaikan sisi hiperbolis dan generalis kemudian mengambil inti masalah yang hedak disampaikan sang istri. Untuk contoh tadi:

  • kata-kata yang cukup diabaikan: “Papa selalu sibuk”, “papa tidak pernah”
  • kebutuhan istri / inti masalah yang perlu ditangkap: Istri perlu jalan-jalan bersama sang suami.

Ketika suaminya berusaha memahami masalahnya, apa kebutuhan istrinya yang tidak terpuaskan, apa yang telah membuat istrinya tersinggung. Sang istri akan merasa suaminya pengertian, perasaannya dihormati, kebutuhannya dipedulikan. Istri merasa dihargai dan merasa kebahagiannya dianggap penting.

Abaikan perkataan istri yang terkesan hiperbolis, generalis, dan dramatis. Fokuslah menangkap inti masalah yang hendak istri sampaikan

 

Dengan tersampaikan hal yang membuatnya sedih, ini membantu membuat hati istri lega. Semakin tepat dan spesifik istri menyampaikan “apa yang ia rasakan” dan “apa inti masalahnya” maka semakin cepat lepas pula emosi negatifnya. Dengan eksplorasi dari suami, istri terbantu untuk tidak berpikir kesana kemari melain fokus pada apa yang menjadi inti masalah. Meski emosi negatifnya lepas, tapi ini belum sampai menyelesaikan akar masalah. Selama akar masalah belum diselesaikan, emosi negatif ini bisa datang lagi kapan pun. Menyelesaikan akar masalah bisa dibaca di poin 5

Semakin tepat dan spesifik istri menyampaikan “apa yang ia rasakan” dan “apa inti masalahnya” maka semakin cepat lepas pula emosi negatifnya.

  1. Mau meminta maaf/menyatakan penyesalan

Misalnya suami mengatakan. “Hal yang tadi Papa lakukan itu keterlaluan ya, Ma? Maafkan Papa ya Ma, Papa tidak tau itu bisa melukai hati Mama” atau “Papa menyesal sudah membuat Mama sedih”

Ini bukan masalah siapa yang salah. Meminta maaf atau menyatakan rasa menyesal bukan berarti menunjukkan memang suami benar bersalah (bisa jadi suami tidak bersalah) melainkan menunjukkan suami berlapang hati. Dengan meminta maaf, suami menunjukkan kepeduliannya terhadap perasaan sang istri dan bahwa hatinya tidak enak telah membuat sang istri sedih dan terluka. Ini semacam proses pemberian empati. Istri jadi merasa perasaannya diakui, dihormati, dan dipedulikan. Hal ini membantu menetralkan emosi istri yang sedang negatif. Ini membantu melepaskan emosi negatif istri. Namun, selama akar masalah belum diselesaikan, emosi ini bisa terpicu dan muncul lagi.

Ada poin plus yang dirasakan istri pada suami yang mau meminta maaf. Bagi wanita, pria meminta maaf / menyatakan penyesalan bukan berarti dia lemah tapi justru mengagumkan. Pria yang mau meminta maaf berarti dia orang yang berjiwa besar.

Suami yang mau meminta maaf bukan berarti lemah tapi justru mengagumkan.

Itu menunjukkan dia berjiwa besar

 

 

  1. Menyelesaikan akar masalahnya

Tahap 1 sampai 4 berfungsi untuk menenangkan dan melepaskan emosi negatif tapi tidak sampai menyelesaikan masalah. Selama masalah belum diselesaikan emosi ini bisa muncul kembali, menumpuk, dan meledak. Jadi hal utama yang perlu dilakukan ialah menyelesaikan masalahnya. Skema di bawah meringkas gambaran proses penghilangan emosi negatif. Jadi, Hal sejati yang membuat istri merasa bahagia, dipedulikan, dan dianggap penting oleh suami ialah ketika tahap ke-5 ini dilakukan, yaitu suami menyelesaikan akar masalahnya dan memenuhi kebutuhannya.

Pada tahap ke-4 suami Mengeksplor inti masalahnya sehingga suami tahu apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu tidak dilakukan agar istrinya tidak bersedih lagi.

 

Misalnya:

Untuk contoh kasus jalan-jalan

Jalan-jalan bersama bisa jadi Itu bahasa cinta istri. Istri merasa tidak dicintai karena suami tidak memberikan hal yang membahagiakannya (jalan-jalan). Sebagai solusinya, apapun kesibukannya, suami agendakanlah secara rutin waktu khusus berjalan-jalan bersama istri. Jangan hanya jalan-jalan ketika_ atau karena_ istri menangis atau marah.

Niatkan bahwa ini adalah waktu khusus yang suami selalu alokasikan untuk membahagiakan istri. Jika suami jalan-jalan hanya karena takut istri menangis atau marah, istri tetap bisa sedih. Karena istri merasa suami melakukannya dengan terpaksa.

Jika suami memenuhi kebutuhan istri hanya karena takut istri menangis atau marah, istri tetap bisa sedih. Karena istri merasa suami melakukannya dengan terpaksa.

 

 

Untuk contoh kasus becanda:

Suami tidak mengulangi lagi candaan yang tidak berkenan di hati istri maupun pada topik yang sensitif bagi istri.

 

Tabel di bawah meringkas apa yang diuraikan dalam bab ini. Di dalamnya mencakup apa perlu dilakukan dan yang sebaiknya dihindari suami dalam proses mengatasi emosi negatif istri.

Yang perlu dilakukan Yang sebaiknya dihindari
1 Memeluk istri 

 

Membiarkan atau meninggalkan sang istri 
2 –      Mendengarkan dan mencoba memahami perasaan istri.-      Meng”iya”kan apa yang dirasakan istri misalnya dengan mengatakan “Mamah sedih ya”, “Papa dah membuat mamah marah ya”

 

 

–      Tidak mendengarkan-      menganggap remeh apa yang dirasakan istri. Misalnya mengatakan, “Mama gitu aja kok nangis/marah”

–      bersikap defensif. Misalnya mengatakan, “Aku kan cuman bercanda”

–      menyalahkan balik. Misalnya mengatakan “kan itu gara-gara mama juga”

 

Yang perlu dilakukan Yang sebaiknya dihindari
3 –   Mencoba memahami akar masalah dengan mengeksplorasi hal apa yang suami lakukan hingga istrinya terluka.-   Abaikan kata istri yang bersifat hiperbolis dan generalis, fokus menangkap inti masalah yang hendak disampaikannya.

 

–      Merasa permasalahannya hal sepele yang tidak perlu dianggap penting dan merasa reaksi istri berlebihan.-      Bersikap defensif, menyalahkan balik, dan marah.

 

4 –   Suami meminta maaf“Oh hal tadi itu keterlaluan ya. Maaf ya ma, papa tidak tahu itu bisa melukai hati mama”.

–   Menyatakan penyesalan, “Papa menyesal telah membuat mama sedih.

 

–      Merasa tidak bersalah dan menganggap reaksi istri berlebihan. 
5 –   Menyelesaikan akar masalahnya.-   Memenuhi kebutuhan istri.

–   Tidak melakukan hal yang tidak berkenan di hati istri.

 

–      Menganggap istri sudah tenang berarti masalah beres tanpa melakukan apa-apa untuk menyelesaikan akar masalah. 

 

Dengan melakukan tahap 1 sampai dengan 5, hati sang istri pun jadi positif lagi dan merasa disayang. Kondisi ini membuat istri mempunyai energi lagi untuk mencurahkan kehangatan cintanya.

Belajar Proses dan Fenomena ketika Mencari Jodoh dari Proses Mencari Rumah

Beberapa waktu lalu saya bersama suami mencari rumah kontrakan. Maklum, kami pasangan muda yang mencoba hidup mandiri dan ingin lebih leluasa. Pencarian berlangsung sekitar 3 hari, berkelana naik motor bersama anak kami yang usianya baru setahun. Setelah melalui prosesnya sampai menemukan yang pas dan kami “nikahi” rasanya kok mirip ya dengan proses mencari jodoh. Saya coba uraikan beberapa persamaannya. Apa sajakah itu:

1. Kami punya kriteria rumah nyaman

Bagi kami rumah yang nyaman adalah rumah yang cerah, terawat dan tidak menyeramkan. Minimal ada 2 kamar, dengan luas tiap ruang leluasa (tidak sempit), ventilasinya baik, pencahayaan ke dalam rumahnya bagus, air lancar meski kemarau, airnya jernih bisa dipakai masak, tidak banjir, lingkungan sekitar aman bagi anak, dan adanya interaksi tetangga yang baik, untuk mencapai jalan raya masih bisa ditempuh dengan jalan kaki, untuk menuju tempat kami biasa beraktivitas bisa ditempuh dengan naik satu kali angkutan umum. Banyak ya kriterianya hehehe.

Kesadaran kami akan kriteria rumah yang nyaman memandu kami untuk survey ke alternatif area yang bisa memenuhi kriteria tersebut, membuat kami tahu hal-hal apa saja yang perlu ditanyakan, dan membantu kami untuk  mendeteksi mana rumah yang nyaman dan sreg di hati.

Orang yang sedang mencari jodoh pun demikian. Yah tentu orang ingin pasangan hidup yang ia bisa hidup bersamanya dengan nyaman. Jika bisa mengenali kriteria pasangan hidup, ia tahu apa yang perlu ditanyakan pada calon, dan ia bisa lebih mudah mendeteksi mana orang yang akan sreg dan nyaman.

 

2. Jika bertemu calon rumah yang tidak terlalu sreg di hati maka  kami tidak langsung membuking (“mengajak nikah”), bahasa diplomatisnya “kami akan rundingkan dahulu”, kami pun sambil mencari calon rumah yang lain. Siapa tahu menemukan yang lebih baik.

Jika seseorang sudah “mengajak nikah” dia akan menjalani prosesnya sampai jelas akad atau tidak. Selama dalam proses tersebut dia tidak melirik yang lain. Andai hasil akhirnya tidak jadi menikah baru ia akan mencari yang lain. Jika dia belum mengajak nikah apalagi masih melirik yang lain itu berarti dia belum sreg, belum sampai pada tahap “you are the one“. Ia masih “melirik” yang lain barangkali menemukan orang yang lebih baik. Atau ia “membuka hati” saat bertemu orang lain yang juga menarik. Pernahkan kamu menemukan kasus berikut?

Si-X sedang pendekatan pada Y. suatu hari X bertemu Q yang tampak menarik hatinya. Dia menyadari hatinya tertarik dan membuka komunikasi. Lama kelamaan ia nyaman dan perasaan nya makin mendalam, ia merasa Q ini akan menjadi pasangan hidup yang lebih baik dari Y. Ia pun menghentikan pendekatannya pada Y. lalu berproses menuju menikah dengan Q. Ini yang saya maksud ia masih “membuka hati” dengan yang lain.

Memang orang yang sedang melakukan pendekatan bukan berarti hatinya sudah mantap memilih kita. Jangan dulu ke-GR-an hehehe

 

3. Ketika menemukan yang sreg dan secara dana masih bisa masuk. Kami langsung buking. Daripada keduluan dilamar oleh orang lain nih high quality jomblo . Eh … Rumah maksudnya hehehe. Tak lama setelah itu akad pun dilangsungkan.

Ternyata benar, tak berapa lama setelah rumah tersebut kami buking ada orang lain yang mengontak sang pemilik rumah dan mengatakan sudah mengeceng rumah tersebut sejak lama namun belum bertemu dengan sang pemilik. Giliran sudah berhasil mengontak pemilik tenyata rumah tersebut sudah ada yg meminang, yaitu kami.

Yah Begitulah jodoh. Bukan siapa yang duluan atau lebih lama ngeceng tapi siapa yang duluan mengajak nikah dan menikahi, tentu atas izin Allah semua ini bisa terjadi.

Mungkin dia belum siap mental, atau ketidaksiapan lainnya makanya dia tidak mengajak nikah. Tapi jika orang sudah siap mental, dia akan tetap mengusahakan dulu.

Kami mantap ini kontrakan yang akan nyaman kami tinggali dan opsi yang paling baik dari segi harga dan kondisi dibandingkan rumah lainnya yang sempat kami survey. Sebenarnya dana yang kami punya kurang, tapi kami mengusahakan untuk mencari dana untuk mencukupi biaya kontrakan tersebut. Kemantapan kami membuat kami mau mengambil konsekuensi, dan mengikhtiarkan tambahan dananya.

 

4. Pasca akad, hari ketiga tinggal di rumah ini. Ternyata rumah kebanjiran.

Rumah kontrakan kami baru beres direnovasi. Dari pemilik rumah sebelumnya memang kami dapati info bahwa rumah tersebut pernah kebanjiran tapi itu kasuistik karena selokan depan rumah tertutup pasir milik tetangga yang sedang membangun. Kami sendiri saat mendapat rumah ini merasa rumah ini sempurna dan tak menyangka akan kebanjiran. Kami pun mencoba mencari akar masalah penyebab banjir dan mencari solusinya.

 

Jodoh kita meski banyak memiliki kelebihan, banyak kecocokan dengan kriteria kita tapi ia tak luput dari yang namanya kekurangan. Banyak kecocokan bukan berarti tidak ada sama sekali yang tidak cocok. Tapi kita siap dengan kekurangan atau hal yang tidak cocoknya tersebut.

 

Misalnya kelima rumah berikut ini dari semua kriteria hampir sempurna, tapi masing-masing ada kekurangan dan konsekuensinya:

Rumah 1

  • Airnya cukup jernih, bisa dipake mandi tapi tidak dipakai masak. Konsekuensinya harus membeli air bersih untuk masak

Rumah 2

  • Jika hujan sangat besar berpotensi banjir. Konsekuensinya harus memperbaiki saluran atau tiap akan  hujan  harus menyiapkan penahan air.

Rumah 3

  • Jauh dari jalan. Konsekuensinya harus memiliki kendaraan pribadi atau siap pulang pergi selalu naik ojeg

Rumah 4

  • Lingkungan Tetangga yang kurang interaksi. Konsekuensinya lingkungan yang kurang nyaman untuk bersosialisasi.

Rumah 5

  • Konsekuensinya susah menaruh barang dan ruang gerak yang terbatas

 

Pertanyaannya rumah mana yang kekurangannya bisa kita tolelir dan konsekuensinya siap kita terima?

 

Begitulah proses mencari jodoh. Bermula dari kriteria berlanjut ke pencarian. kemudian meminang saat menemukan yang pas. Tentu tidak ada yang sempurna, yang ada ialah kesiapan menerima yang sempurna atas kelebihan dan kekurangannya.

Buku Catatan Sang Mantan Jomblo

Semua indah pada waktunya itu berlaku bagi mereka yang melayakkan dirinya bagi keindahan

— Mario Teguh

Hanya 3 pekan saya (red-penulis) berproses dengan suami dari mulai saling mengobrol hingga kami menikah. Mungkin ada yang berpikir wahh cepat ya, mudah ya…. sebenarnya baru kali itu proses yang saya rasakan lancar, tanpa ada kikuk, bahkan cepat. Di sana benar-benar terasa pertolongan Allah dan pertolongan Allah itu dijemput dengan ikhtiar untuk melayakkan diri bagi pernikahan itu sendiri. Ikhtiar itu mulai dari move on , mendewasakan diri, belajar berkomunikasi, membangun paradigma, filosofi, dan prinsip hidup yang baik, memperkuat do’a dan kedekatan dengan Yang Maha Kuasa. Saya ingin menikah sejak 5 tahun sebelumnya, namun saya baru setahun sebelumnya mulai membuka diri dan membuat perubahan-perubahan diri ini hingga akhirnya saya bertemu dan bersatu dengan jodoh saya.

Buku ini merupakan hikmah, pelajaran, pengamatan yang saya rangkum dari dinamika proses yang saya rasakan maupun yang saya amati dari proses orang lain. Isinya berupa paradigma dan persiapan mental yang perlu kita bangun dalam menghadapi dunia pernikahan, gambaran mengenai proses menuju menikah, cara memilih pasangan yang bisa hidup selaras dengan kita, bagaimana menyikapi patah hati dan masa penantian jodoh, pandangan mengenai rasa cinta, dan berbagai tips seputar proses menuju menikah. Tabel, flowchart, beberapa kisah saya maupun ilustrasi contoh diharapkan semakin menambah pemahaman pembaca. Harapan saya pembaca bisa meraih pernikahan yang bahagia. Kebahagiaan yang kini saya juga rasakan.

 

Testimoni

“Buku CSMJ: Menjemput Jodoh Idaman bagus. Bahasanya simpel dan mudah dicerna. Penulis mengupas sisi persiapan pernikahan dari sisi yang tak banyak didapati di buku-buku lain. Insya Allah bermanfaat bagi para pembaca.” —Arif Rahman Lubis, Founder @TeladanRasul

“Bagus banget, realistis, dan tidak mengawang-awang.” —Elya Wardah, MSDM Korps Relawan Salman ITB

“Begitu banyak buku yang bercerita tentang hukum, adab, tata cara, dan fi losofi pernikahan, namun sangat jarang buku yang mengupas tentang “tektek-bengek” realitas yang akan dihadapi saat dan setelah menikah. Buku ini benar-benar mengupas hal yang tidak dipikirkan para penulis buku pernikahan lainnya.” —Kiki Barkiah, Pendiri Homeschooling Al Kindi Mahardika Batam

“Bagus dan nyaman dibaca. Disertai contoh-contoh konkret. Setelah baca buku ini seolah-olah kita jadi tahu, what should we do, untuk menuju pernikahan yang barokah.” —Viena Shofi anah, Penggemar Buku

“Sangat membantu memahami proses yang selama ini tidak tersampaikan di buku sejenis.” —Nurlienda Hasanah, Pendidik Gizi

“Buku ini…. Wow… jleb banget (in a good way, hehe…) Alhamdulillah dapat pencerahan, setelah baca kisah-kisah di buku ini dan dapat banyak masukan gimana menjalani proses. Mulai dari proses penantian sampai berlanjut ke proses menuju pernikahan (ehm…).” —Tika Gartika Mustikarani, Karyawan Swasta

“Materinya padat berisi, bahasanya simpel, mudah dimengerti, mudah dipahami, kadang bikin senyum sendiri.” —Melani Narita, Wiraswasta

“Ceritanya memotivasi untuk terus semangat berusaha menjadi pribadi yang baik. Selain itu juga mengajarkan untuk tidak geer kalau ada lawan jenis perhatian dan bagaimana cara memilih calon yang baik.” —Tri Budi Yuan Kuaile, Aktivis dan Penulis

Untuk pemesanan buku, silahkan klik disini

Menuntun VS Menuntut

Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dengan pasangan kita, begitu pula dengan diri kita. Memiliki kekurangan adalah keniscayaan, namun yang penting ialah kita berjiwa pembelajar, mau untuk tmbuh dan senantiasa menjadi lebih baik. Dalam pernikahan memiliki sikap pembelajar dan mau tumbuh lebih baik itu penting. Tentu dalam proses pertumbuhan tersebut kita ingin didampingi/dibimbing dengan cara yang nyaman, begitu pula pasangan kita.

Pada proses pendampingan untuk tumbuh, ada yang menggunakan cara menuntun ada pula yang menggunakan cara menuntut. “Menuntun” dan “menuntut” akan memberi efek yang berbeda. kita bisa menilai sendiri apa yang kita rasakan bila kita “diajak tumbuh” dengan dua macam cara tsb. kira2 apa yg kita rasakan bila pasangan melakukan cara A? juga bayangkan, kira2 apa yg ita rasakan bila pasangan melakukan cara B? agar lebih jelas mari kita llihat ciri2 cara A (menuntut) dan cara B (menuntun):

A. menuntut
– bahasa yang biasa digunakan “harusnya kamu….”, “kok ini bgini sih…, dsb
– tidak sabar dengan proses, ingin langsung menuai hasil
– intensitas mengeluh dan mengomel tinggi
– memaksa, menyuruh-nyuruh, menekan dengan kritik dan tuntutan
– dilakukan dengan amarah, sikap penolakan, ego (pikiran aku akan berubah jika kamu duluan berubah), kasar

B. Menuntun
– langsung memberi tahu tipsnya, memberikan tauladan, berbagi pandangan baik
– bersabar dengan prosesnya, menghargai tiap kemajuan
– bukan fokus menyalahkan, mengeluh menegaskan/menyebutkan kembali kesalahan yang sudah dilakukan
– mengajak, langsung memberikan tipsnya/tauladan, membangun kesadaran
– dilakukan dengan penuh cinta, penerimaan, dan kelembutan

Keterampilan “menuntun” tidak mudah tapi bisa dilatih. Yang kita latih kesabaran kita, pengendalian emosi kita, bagaimana menggunakan bahasa/cara yang tepat. Di sinilah salah satu ladang pahala, di sinilah perjuangannya. Di sinilah akhlak kita disempurnakan.

Pernikahan memang sekolah kehidupan untuk membuat kita lebih baik.

Arti sikap “Penuh Penerimaan”

Dalam buku pernikahan atau psikologi pria dan wanita mungkin kita akan menemukan kalimat semacam “tunjukkan sikap penuh PENERIMAAN pada pasangan”. Ketika kita melakukan suatu kesalahan kita ingin dan butuh merasa tetap diterima dan dicintai. Agar lebih terbayang sikap spt apa “penerimaan” itu, berikut ilustrasinya. dalam ilustrasi ini sy menggunakan contoh kasus anak yang melakukan kesalahan, pada dasarnya org dewasa maupun anak2 sama saja manusia dan ingin diperlakukan sebagai manusia.

Misalnya andi anak usia 3 th terjatuh dan terluka ketika sedang berlari:

a. sikap penuh penerimaan dan cinta
Sang ortu menghampiri dengan lembut berkata, “Andi luka, sakit ya…. sebelah mana lukanya coba tunjukkan ke mama. Iya, klo luka memang kita akan merasakan sakit, Andi sabar ya. Lain kali larinya hati2 ya, yuk kita obati lukanya” Sepanjang ortu memeluk Andi yang sedang sedih ini.

b. Sikap sebaliknya, mengandung penolakan dan amarah
Sang ortu langsung memarahi Andi “Makanya jangan lari2 terus, lihat kamu jadi berdarah. Kamu sih nakal, susah dibilangin. sudah hayo pulang” sang ortu menarik tangan Andi dengan kasar dan memarahinya sepanjang jalan.

Pada contoh kasus di atas mana yang membuat Andi lebih cepat move on, mau memperbaiki diri dan tetap bahkan semakin sayang pada ortunya?

ciri sikap penuh penerimaan dan cinta :
– memaafkan
– empati
– memberi sentuhan sayang
– meyakini ia akan belajar dari kesalahannya
– fokus solusi ke depan

ciri sikap penuh penolakan dan amarah :
– memarahi
– kata-kata yang merendahkan,
“tuh kan lagi2 salah”, “masak gitu aja ga bisa”, “kamu memang payah”, “rasain, makanya……”dsb
– berlaku kasar
– mengomeli
– fokus menyalahkan, mengulang2 mengatakan kesalahannya

Self Emotional Healing Therapy

Pernahkah kita merasa selalu bersikap sensitif, mudah marah, mudah terpancing emosi. Apakah kita merasa “sesak” dan emosi di dada. Apakah pikiran kita selalu dipenuhi pikiran negatif. Apakah hati kita dipenuhi perasaan-perasaan negatif. Raut muka kita pun memancarkan aura negatif, atau tampak muram dan kusut.

Kondisi seperti di atas tidak hanya membuat diri kita tidak nyaman namun bahkan badan kita menjadi sakit, atau kita jadi trauma. Kita sulit untuk move on, karena terkungkung oleh emosi negatif ini.

orang lain di sekitar kita juga menjadi tidak nyaman. Bagi yang telah menikah, bisa jadi pernikahannya turut terganggu, karena sikapnya jadi sensitif. Bagi yang belum menikah bisa jadi ini yang menjadi penghambatnya untuk menikah. Pikiran negatifnya membuat ia kehilangan senyum bahkan membuat org tidak nyaman. Bisa jadi sang calon mundur karena merasa kita punya masalah internal yg belum kita selesaikan. Atau kita yg justru selalu mundur duluan dari suatu proses menuju menikah karena masih mendam trauma.

Emosi negatif ini bisamuncul oleh kejadian sekarang-sekarang, atau yang baru saja terjadi, bisa juga karena peristiwa yang terjadi di masa lampau. Emosi ini bertumpuk dan terpendam di hati. Baiknya, setiap kejadian yang menimbulkan emosi negitf kita segera coba sembuhkan, sehingga tidak menumpuk dan berlarut-larut. Kita bisa kok menterapi diri kita sendiri, walau dalam eberapa kasus kita bisa jadi membutuhkan bantuan fasilitator.

Baca lebih lanjut

Mencari Jodoh Seperti Mencari Rumah

Beberapa waktu lalu kami mencari rumah kontrakan. Setelah melalui prosesnya sampai menemukan yang pas dan kami “nikahi” rasanya kok mirip ya dengan proses mencari jodoh. Apa sajakah itu:

  1. Kami punya kriteria rumah nyaman

Bagi kami rumah yang nyaman adalah rumah yang cerah, terawat dan tidak menyeramkan. Minimal ada 2 kamar, dengan luas tiap ruang leluasa (tidak sempit), ventilasinya baik, pencahayaan ke dalam rumahnya bagus, air lancar meski kemarau, airnya jernih bisa dipakai masak, tidak banjir, lingkungan sekitar aman bagi anak, dan adanya interaksi tetangga yang baik, untuk mencapai jalan raya masih bisa ditempuh dengan jalan kaki, untuk menuju tempat kami biasa beraktivitas bisa ditempuh dengan naik satu kali angkutan umum. Banyak ya kriterianya hehehe.

Kesadaran kami akan kriteria rumah yang nyaman memandu kami untuk survey ke alternatif area yang bisa memenuhi kriteria tersebut, membuat kami tahu hal-hal apa saja yang perlu ditanyakan, dan membantu kami untuk  mendeteksi mana rumah yang nyaman dan sreg di hati.

Orang yang sedang mencari jodoh pun demikian. Yah tentu orang ingin pasangan hidup yang ia bisa hidup bersamanya dengan nyaman. Jika bisa mengenali kriteria pasangan hidup, ia tahu apa yang perlu ditanyakan pada calon, dan ia bisa lebih mudah mendeteksi mana orang yang akan sreg dan nyaman.

 

2. Jika bertemu calon rumah yang tidak terlalu sreg di hati maka  kami tidak langsung membuking (“mengajak nikah”), bahasa diplomatisnya “kami akan rundingkan dahulu”, kami pun sambil mencari calon rumah yang lain. Siapa tahu menemukan yang lebih baik.

Jika seseorang sudah “mengajak nikah” dia akan menjalani prosesnya sampai jelas akad atau tidak. Selama dalam proses tersebut dia tidak melirik yang lain. Andai hasil akhirnya tidak jadi menikah baru ia akan mencari yang lain. Jika dia belum mengajak nikah apalagi masih melirik yang lain itu berarti dia belum sreg, belum sampai pada tahap “you are the one“. Ia masih “melirik” yang lain barangkali menemukan orang yang lebih baik. Atau ia “membuka hati” saat bertemu orang lain yang juga menarik. Pernahkan kamu menemukan kasus berikut?

Si-X sedang pendekatan pada Y. suatu hari X bertemu Q yang tampak menarik hatinya. Dia menyadari hatinya tertarik dan membuka komunikasi. Lama kelamaan ia nyaman dan perasaan nya makin mendalam, ia merasa Q ini akan menjadi pasangan hidup yang lebih baik dari Y. Ia pun menghentikan pendekatannya pada Y. lalu berproses menuju menikah dengan Q. Ini yang saya maksud ia masih “membuka hati” dengan yang lain.

Memang orang yang sedang melakukan pendekatan bukan berarti hatinya sudah mantap memilih kita. Jangan dulu ke-GR-an hehehe

 

Selama si dia belum mengajak nikah jangan terlalu diambil hati sikap dan perkataannya yang mengGEERkan.

Orang yang menunjukkan ketertarikan padamu belum tentu sudah merasa mantap denganmu.

Quote 2 Jangan dulu GEER

 

3. Ketika menemukan yang sreg dan secara dana masih bisa masuk. Kami langsung buking. Daripada keduluan dilamar oleh orang lain nih high quality jomblo . Eh … Rumah maksudnya hehehe. Tak lama setelah itu akad pun dilangsungkan.

 

Ternyata benar,jodoh tak berapa lama setelah rumah tersebut kami buking ada orang lain yang mengontak sang pemilik rumah dan mengatakan sudah mengeceng rumah tersebut sejak lama namun belum bertemu dengan sang pemilik. Giliran sudah berhasil mengontak pemilik tenyata rumah tersebut sudah ada yg meminang, yaitu kami.

 

Yah Begitulah jodoh. Bukan siapa yang duluan atau lebih lama ngeceng tapi siapa yang duluan mengajak nikah dan menikahi, tentu atas izin Allah semua ini bisa terjadi.

Mungkin dia belum siap mental, atau ketidaksiapan lainnya makanya dia tidak mengajak nikah. Tapi jika orang sudah siap mental, dia akan tetap mengusahakan dulu.

Kami mantap ini kontrakan yang akan nyaman kami tinggali dan opsi yang paling baik dari segi harga dan kondisi dibandingkan rumah lainnya yang sempat kami survey. Sebenarnya dana yang kami punya kurang, tapi kami mengusahakan untuk mencari dana untuk mencukupi biaya kontrakan tersebut. Kemantapan kami membuat kami mau mengambil konsekuensi, dan mengikhtiarkan tambahan dananya.

 

4. Pasca akad, hari ketiga tinggal di rumah ini. Ternyata rumah kebanjiran.
Rumah kontrakan kami baru beres direnovasi. Dari pemilik rumah sebelumnya memang kami dapati info bahwa rumah tersebut pernah kebanjiran tapi itu kasuistik karena selokan depan rumah tertutup pasir milik tetangga yang sedang membangun. Kami sendiri saat mendapat rumah ini merasa rumah ini sempurna dan tak menyangka akan kebanjiran. Kami pun mencoba mencari akar masalah penyebab banjir dan mencari solusinya.

 

Jodoh kita meski banyak memiliki kelebihan, banyak kecocokan dengan kriteria kita tapi ia tak luput dari yang namanya kekurangan. Banyak kecocokan bukan berarti tidak ada sama sekali yang tidak cocok. Tapi kita siap dengan kekurangan atau hal yang tidak cocoknya tersebut.

 

Misalnya kelima rumah berikut ini dari semua kriteria hampir sempurna, tapi masing-masing ada kekurangan dan konsekuensinya:

Rumah 1

  • Airnya cukup jernih, bisa dipake mandi tapi tidak dipakai masak. Konsekuensinya harus membeli air bersih untuk masak

Rumah 2

  • Jika hujan sangat besar berpotensi banjir. Konsekuensinya harus memperbaiki saluran atau tiap akan  hujan  harus menyiapkan penahan air.

Rumah 3

  • Jauh dari jalan. Konsekuensinya harus memiliki kendaraan pribadi atau siap pulang pergi selalu naik ojeg

Rumah 4

  • Lingkungan Tetangga yang kurang interaksi. Konsekuensinya lingkungan yang kurang nyaman untuk bersosialisasi.

Rumah 5

  • Konsekuensinya susah menaruh barang dan ruang gerak yang terbatas

 

Pertanyaannya rumah mana yang kekurangannya bisa kita tolelir dan konsekuensinya siap kita terima?

 Jodoh kita meski banyak memiliki kelebihan dan banyak kecocokan dengan kriteria kita tapi ia tak luput dari kekurangan.

Siapkah kita menerima kekurangannya dan menjalani konsekuensi dari kekurangannya tersebut

 

Kekurangan pasangan perlu dikenali sejak sebelum menikah. Jika sudah kita nikahi  saatnya bersyukur dan siap menerima dengan kelebihan dan kekurangannya. Siap menjalani konsekuensinya.

Pilu karena berkali-kali proses namun tak berujung pernikahan itulah yang pernah sang mantan jomblo rasakan. Namun, dari tiap kegagalan ia jadikan pembelajaran. Hingga akhirnya kebahagiaan itu datang. Proses 3 pekan yang berlanjut akad nikah di Masjid Salman ITB.  Pengalamannya membawa pelajaran bagaimana mengenali sosok jodoh yang bisa selaras . Paradigma , mental, dan sikap diri apa yang perlu dibangun agar siap untuk menjalani kehidupan pernikahan. Proses apa yang perlu dijalani ketika kita dipertemukan dengan sang calon. Apa yang bisa menghambat datangnya jodoh. Tips menghadapi patah hati dan masa penantian jodoh juga berbagai tips lainnya pemesanan 085722664373

Pilu karena berkali-kali proses namun tak berujung pernikahan itulah yang pernah sang mantan jomblo rasakan. Namun, dari tiap kegagalan ia jadikan pembelajaran. Hingga akhirnya kebahagiaan itu datang. Proses 3 pekan yang berlanjut akad nikah di Masjid Salman ITB. Pengalamannya membawa pelajaran bagaimana mengenali sosok jodoh yang bisa selaras . Paradigma , mental, dan sikap diri apa yang perlu dibangun agar siap untuk menjalani kehidupan pernikahan. Proses apa yang perlu dijalani ketika kita dipertemukan dengan sang calon. Apa yang bisa menghambat datangnya jodoh. Tips menghadapi patah hati dan masa penantian jodoh juga berbagai tips lainnya pemesanan 085722664373

Pria Juga Sensitif

buku pernikahan. Berisi tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan agar pasangan bahagia, dan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan karena efeknya kontraproduktif

buku pernikahan. Berisi tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan agar pasangan bahagia, dan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan karena efeknya kontraproduktif

Pria juga “sensitif”? Masak sih? Bukannya perempuan aja yang suka sensitif? Tenang-tenang… gini lho ceritanya. Memang pria biasanya cenderung bisa bersikap santai. Namun, seperti halnya wanita, mereka juga punya kesensitifan tersendiri.

Pernahkah kita mendengar obrolan antar pria? Obrolan mereka terkadang seperti sedang berkompetisi, saling menyebutkan prestasi, tidak menyebutkan kelemahan atau kegagalan. Bagi istri yang tahu “dapur”nya sang suami, mungkin tahu mana pernyataan suami yang sesuai, yang hiperbolis, dan mana kelemahan yang ditutupi atau tidak diungkap.

Yah begitulah pria, bagi mereka hal yang membanggakan dan memuaskan ialah ketika berprestasi. Menunjukkan kelemahan atau kegagalan adalah pantangan bagi mereka. Hal terkait prestasi, kelemahan, dan kegagalan merupakan area sensitif mereka. Di area sensitifnya, pria bisa sangat terpuaskan maupun sangat terluka. Bila menyinggung pria di area ini kita biasa menyebutnya dengan “melukai harga diri” dan “membangkitkan ego” pria.

Berikut beberapa hal “sensitif” pria berikut tips bagi istri untuk menyikapinya:

  1. Berprestasi VS gagal

Suami memiliki kepuasan dan kebahagian ketika bisa mencapai targetnya atau berprestasi.   Apresiasilah suami ketika dia berhasil atau ada kemajuan dalam suatu hal. Suami akan makin bahagia saat istrinya memuji dan menghargai pencapaiannya. Suami jadi merasa dicintai.

Suami merasa puas dan bahagia ketika ia berprestasi

Salah satu prestasi suami ialah ketika istri merasa bahagia, istri senang dengan pemberiannya. Jika istri bahagia suami jadi ikut bahagia. Istri tampak bahagia, gembira, sembari memuji dan berterimakasih pada suami akan lebih menegaskan lagi pada suami bahwa apa yang suami lakukan efektif membahagiakan istrinya.

Salah satu kebutuhan emosional suami jadi terpuaskan, yaitu berhasil menyenangkan/membahagiakan istri. Istri yang bahagia biasanya bersikap yang menyenangkan hati suami. Suami pun jadi semakin terdorong dan semangat untuk melakukan hal yang membahagiakan istrinya. Bila istri tampak jutek, menderita dan menuntut dibahagiakan, justru suami tidak terbangkitkan semangatnya.

Jika suami melakukan hal yang tidak berkenan kepada istri, misalnya berteriak dan berkata kasar. Membahagiakan suami bukan berarti diam dan membiarkan dengan judul mengalah. Istri perlu menyampaikan dengan baik (tanpa berkata dan bersikap kasar) bahwa istri merasa tersakiti dengan perlakuan tersebut. Bila dengan menghilangkan kebiasaannya berteriak dan berkata kasar, suami bisa melihat ada perubahan yaitu respon istri jadi menyenangkan dan tampak bahagia. Suamipun jadi semakin paham cara membahagiakan istrinya.

Ketika pria gagal, ini merupakan momen ia mudah terluka. Ia butuh diterima dan dibesarkan hatinya agar merasa dicintai. Misalnya ketika suami salah membelikan pesanan yang diminta istrinya. Bila istri menegaskan kembali kesalahannya apalagi disertai ceramah panjang lebar, suami akan terluka perasaannya. Misalnya istri mengatakan “Ni karena Papa salah beli, kita jadi harus buang waktu dan energi untuk menukarkan barangnya. Harusnya papa bla..bla..bla.. (nasehat panjang)”.

Suami tahu kok dia salah. Suami juga merasakan konsekuensi alaminya. Bila istri memaafkan, suami akan merasa diterima. Suami pun tetap perlu merasakan kepercayaan istri, yaitu percaya suami akan belajar dari kesalahannya, percaya bahwa suami berniat baik ingin membahagiakan istri, percaya bahwa ia mengusahakan yang terbaik. Kepercayaan ini ditunjukkan dengan menghargai apa yang dia lakukan dan tidak mengatakan hal-hal yang membuatnya merasa tidak becus. Penerimaan dan kepercayaan ini akan membuat suami merasa cintai.

Sederhananya istri maafkan dan hargai. Misalnya :

Suami  : “waduh, harusnya beli yang besar ya”

Istri        :“iya pa, gpp. Makasih papa dah bantu mama untuk membelikannya. Maukah papa menukarkan barangnya?”

Suami : “Oke ma”

Istri       : (kecup suami) “makasih papa” J

 

Memang berumah tangga ladang pahalanya besar. Coba bayangkan. Saat kesal, kita mencoba bersabar, pemaaf, dan tetap bersikap baik.

 

Ketika suami mengalami kegagalan,perasaannya mudah terluka.

 

  1. Kekuatan VS Kelemahan

Salah satu kebahagiaan suami ialah ketika kekuatan/ kemampuan/kompetensinya diakui dan dipercaya. Sebaliknya, kemampuannya diragukan, diremehkan, dianggap payah atau tidak becus ia akan merasa terluka. Misalnya, istri mengatakan:

“Papa kenapa beli yang ini? Kan Mama dah bilang belinya yang merk X”

“Tuh kan, Papa lagi-lagi salah”

Tadinya suami merasa tidak enak telah berbuat salah mengecewakan istri, dan berpikir untuk berusaha lebih baik untuk tidak mengecewakannya lagi. Namun, Ketika istri mengatakan hal-hal yang berkesan suami payah dan tidak becus, yang timbul perasaan sakit hati dan dongkol, meski memang dia salah.

Efeknya bisa berkembang ke arah suami tidak mau lagi dimintai tolong. “Daripada dianggap tidak becus mending istri mengerjakannya sendiri” pikir suami. Efek lainnya bisa berkembang ke arah suami tidak nyaman untuk terbuka, karena khawatir diomeli dan dimarahi. Pada dasarnya tidak ada orang senang bila dianggap tidak becus. Suami pun sebaiknya menghindari mengatakan istri “payah”

Suami juga akan merasa kesal bila ia diperlakukan seakan ia tidak tahu apa harus ia lakukan. Ia merasa dianggap sebagai anak kecil. Perhatian, bantuan, dan nasehat sesekali mungkin bisa ia terima, namun bila berlebihan akan mengesalkan dan mematahkan semangatnya.

  1. Dibutuhkan VS tidak dibutuhkan

Suami bahagia bila ia bisa menjadi pahlawan bagi istri dan keluarganya. Ia senang bila ia merasa dibutuhkan. Makanya ada beberapa pria yang tidak prefer dengan wanita yang terlalu mandiri yang saking mandirinya ia seakan tidak membutuhkan bantuan pria.

Membahagiakan suami bukan berarti dengan terus memberi atau menggantikan peran suami. Suami akan lebih bahagia bila ia merasa dibutuhkan. Lalu, ketika ia berusaha mencukupi kebutuhan sang istri, Istrinya bersyukur, menghargai, dan berbahagia.

Istri coba sampaikan kebutuhan. Mintalah tanpa terkesan menuntut. Bila istri tidak menyampaikan apa yang menjadi kebutuhannya, suami tidak tahu bahwa ia dibutuhkan, ia tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan istri. Suami pun jadi semakin pasif.

  1. Ditaati VS ditolak

Sebagai pemimpin bagi keluarga suami ingin ditaati. Ia ingin posisinya dihormati dan dihargai. Ia akan tersinggung bila merasa dikuasai atau diatur. Hal lain yang bisa memicu emosi suami ialah ketika ia merasa ditolak. Misalnya ketika merasa keinginannya ditolak, suami jadi mengancam.

Istri yang taat bukan berarti tunduk dan patuh apapun kata suami. Jika perintah suami melanggar perintah Allah istri bisa menolaknya. Di sisi lain, bukanlah istri yang baik bila menolak permintaan/perintah suami semaunya. Di sini ada sebuah ruang yang bernama komunikasi dan diskusi. Baik suami maupun istri berhak menyampaikan perasaannya, kondisinya, pendapatnya. Ada proses saling mendengarkan. Ada tujuan untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Ada I’tikad untuk saling membahagiakan. Karena baik suami maupun istri adalah manusia. Jadi hal-hal yang bersifat manusiawi akan selalu berlaku padanya. Memimpin dan taat secara manusiawi.

Makna Bersabar dalam Penantian Jodoh

label-promo-suvenir-nikah-di-atas-gantungan-benih-png

Bersabar menanti jodoh apakah berarti duduk berdiam diri menanti ia datang dengan sendirinya ataukah bersabar dalam kesedihan saat proses gagal lagi. Berikut beberapa makna bersabar dalam penantian jodoh:

  • Bersabar untuk tetap berhusnudzan kepada Allah.

Ketika jodoh tak kunjung datang kita dilanda rasa putus asa untuk berharap padaNya. Ketika sang calon menolak/ memutuskan untuk tidak melanjutkan proses kita terpuruk dalam perasaan sedih dan putus asa. Padahal Allah sesuai prasangka hambaNya.

Bersabarlah untuk tetap berhusnudzan padaNya bahwa ketika proses menikah tidak berlanjut memang itu keputusan terbaik dari Allah, terus memohon dan yakin bahwa Allah akan mendatangkan dan mempersatukan dengan orang yang lebih baik dan lebih pas dengan mu.

Meyakini keMahaKuasaanNya,  jika ia berkehendak yang awalnya terasa tidak mungkin menjadi mungkin, baginya mudah membolak balik hati manusia, membolak baik keadaan.

  • Bersabar untuk tetap memperbaiki diri

Tujuan kita menjadi lebih baik bukanlah karena calon kita, melainkan karena kita ingin menjadi hamba Allah yang lebih baik, kita ingin menjadi diri kita yang lebih baik.

Untuk siapakah kita jadi rajin shalat? Jika ternyata proses dengan sang calon berhenti, apakah kita jadi tidak rajin shalat lagi?

 Tujuan kita menjadi lebih baik bukanlah karena calon kita, melainkan karena kita ingin menjadi hamba Allah yang lebih baik, kita ingin menjadi diri kita yang lebih baik.

Beruntunglah bagi mereka yang tetap bersabar mempertahankan perbaikan diri yang telah ia capai dan terus melanjutkannya.

Kesungguhan memperbaiki diri bisa jadi mempercepat datangnya jodoh, karena Allah akan memberikan amanah kepada mereka yang siap. Jika kita menunda mempersiapkan diri, maka jodoh pun akan tertunda. Memperbaiki diri berarti kita menunjukkan pada Allah bahwa kita bersungguh-sungguh dengan keinginan kita untuk menikah. Barang siapa bersungguh-sungguh Allah akan memberikannya jalan dan petunjuk dari arah yang tidak disangka-sangka.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-Ankabut, 29: 69)

(Silahkan baca pula Bab “Penghambat Datangnya Jodoh”)

  • Bersabar untuk tetap berikhtiar mencari.

Ikhtiar mencari jodoh merupakan sunnatullah yang harus kita jalankan. Setiap proses meski hasilnya tidak jadi tetap akan memberi pelajaran yang membawa kebaikan bila kita memaknai dan menyikapinya dengan baik. Perasaan sedih adalah keniscayaan tapi dibalik tiap peristiwa tiada yang sia-sia karena Allah member hikmah indah dibaliknya.

Orang yang kita sukai belum tentu akan jadi jodoh yang baik bagi kita.
Orang yang sedang berproses dengan kita belum tentu akan jadi jodoh kita.
Sempurnakan ikhtiar dan do’a,

hasil akhirnya itulah jawaban dari Nya.
Jawabannya bisa jadi bukan dia jodoh kita namun pembelajaran dari setiap proses tersebut. Bersyukur karena meski Allah belum menghadiahkan seorang jodoh, Ia menjadikan pribadimu lebih indah.

  • Bersabar menjalani prosesnya

Proses menuju menikah ada tahapannya. (silahkan baca Bab “Tahapan Proses Menikah”). Lalui tahapannya dengan baik dan jangan tergesa-gesa memutuskan.  Bukan berarti berkenalan seminggu tergesa-gesa sedangkan kenalan satu tahun mencukupi. Tetapi apakah info yang perlu disampaikan sudah tersampaikan, apakah ganjelan sudah dikonfirmasikan, apakah perbedaan sudah dikompromikan dan mendapat jalan keluar. Jika sudah, apa keputusan berikutnya yang mantap kita ambil. Lanjut proses atau justru berhenti. Jangan sampai kita menerimanya karena galau usia yang sudah semakin menua padahal kita tahu dia tidak cocok dengan kita bahkan akan banyak berpotensi konflik.

Dalam proses persiapan pernikahan perjalanannya tidak selalu mulus. Terkadang ada tantangan dan hambatan dari pihak keluarga atau hal lainnya. Di situ kita bersabar untuk menghadapi, mencari jalan keluar, dan menyelesaikannya.

  • Bersabar menjaga diri dan pasangan.

Menjaga agar prosesnya tetap barokah. Menghindari kata-kata dan perilaku yang hanya mengumbar dan meluap-luapkan perasaan, nafsu, khayalan, dan ekspektasi serta membuyarkan fokus persiapan menikah. Syetan senang menggoda dan menjerumuskan dua insan yang dimabuk cinta.

“Bagus banget, realistis, dan tidak mengawang-awang.” —Elya Wardah, MSDM Korps Relawan Salman ITB “Bagus dan nyaman dibaca. Disertai contoh-contoh konkret. Setelah baca buku ini seolah-olah kita jadi tahu, what should we do, untuk menuju pernikahan yang barokah.” —Viena Shofi anah, Penggemar Buku “Saya senang dengan bahasa teteh yang ringan dan tidak menggurui" _ Ginanjar Eka Arli, Blogger Pemesanan : 085722664373

“Bagus banget, realistis, dan tidak mengawang-awang.”
—Elya Wardah, MSDM Korps Relawan Salman ITB
“Bagus dan nyaman dibaca. Disertai contoh-contoh konkret. Setelah baca buku ini seolah-olah kita jadi tahu, what should we do, untuk menuju pernikahan yang barokah.”
—Viena Shofi anah, Penggemar Buku
“Saya senang dengan bahasa teteh yang ringan dan tidak menggurui” _ Ginanjar Eka Arli, Blogger
Pemesanan : 085722664373

Karena Wanita Ingin Dimengerti

Bagi wanita “cinta” berarti inisiatif memberi. Sedangkan sang pria menunggu sang wanita meminta. Gak nyambung deh hehehe. Biar lebih kenal

makhluk bernama wanita ini dan jadi lebih nyambung “sinyal”nya, yuk simak beberapa hal yang suka wanita lakukan berikut ini.

  1. Meminta bantuan secara tidak langsung.

Saat membutuhkan bantuan terkadang wanita menyampaikan kesulitannya namun tidak secara langsung meminta bantuan. Wanita berpikir pria akan mengerti bahwa mereka sedang butuh bantuan dan berharap pria akan berinisiatif membantu. Bahkan mungkin wanita merasa bahwa pria sudah seharusnya membantu. Misalnya wanita mengatakan “Papa, belanjaan masih di motor. Aku masuk ke rumah duluan sambil gendong dede”

Tips untuk istri: suami terkadang lebih paham bila diminta langsung. Dengan kata lain istri meminta dengan bahasa langsung, misalnya “Pa, tolong ambilkan barang di motor”.
Tips untuk suami: Bila istri menggunakan bahasa tidak langsung seperti di atas, artinya dia berharap suaminya membantu. Suami (inisiatif) membantu, istri pun merasa dicintai.

  1. Mengungkapkan kekesalan tapi tak menyebutkan masalahnya.

Ketika mengungkapkan kekesalannya terkadang wanita menggunakan bahasa yang hiperbolis dan generalis. Kadang wanita berpikir seharusnya pria tahu apa yang membuat ia marah.

 Istri     : “Kamu gak pernah ngertiin aku hiks.. hiks..” T.TSuami : “Aku sudah berbuat salah apa?Istri    : “Tuh kan, kamu memang ga mengerti aku”Suami : -_-“ @@ ??!!#Akhir kisahnya istri dongkol dan suami bingung, bahkan bisa jadi ikutan dongkol juga.

Tips untuk istri: Suami akan lebih paham bila istri menyampaikan apa inti masalahnya, hal spesifik apa yang membuat istri sedih/kesal. Misalnya: “Papa aku kecewa, papa tidak melibatkan pertimbanganku dalam memutuskan itu. Aku merasa pandanganku tidak dianggap penting”, ”Papa, aku merasa sedih karena papa kemarin tidak mau mengantar aku ke undangan”, atau ”Papa, hatiku terluka saat papa bilang ‘ya, coba kamu urus saja sendiri’, aku merasa papa tidak berempati dengan kondisi aku.” Jika masalahnya jelas tersampaikan pria pun mengerti solusi apa yang perlu ia lakukan.

Akan lebih baik bila kita menyampaikan ketika emosi kita sudah reda sehingga kita bisa berpikir dengan kepala dingin dan kata-kata kita lebih dapat terkontrol. Hindari kata-kata menghakimi, membalas, dan menyalahkan, cukup sampaikan hal apa darinya yang membuat kita sedih dan terluka.

Tips untuk suami: Ketika istri mengungkapkan kekesalan, ini saatnya suami memeluk dan mendengarkan curahan hati istri. Jika ingin tahu apa masalahnya, suami bisa pancing dengan pertanyaan : “Apa peristiwa tadi sore yang membuat Mama marah?”. Dengan didengarkan dan dipahami, Istri pun dari kesal jadi tambah cinta.

 

  1. Menguji cinta pria dengan sengaja tidak meminta/ menyampaikan kebutuhannya.

Meski butuh dan ingin bantuan istri sengaja diam saja, menunggu inisiatif sang suami untuk membantu. Istri menganggap bila suami benar-benar mencintainya, sang suami akan berinisiatif menawarkan dan memberi apa yang ia butuhkan tanpa harus diminta. Istri berpikir suami akan berinisiatif atau mengerti meski tak diberitahu. Sedangkan suami tak tahu bahwa istrinya berpikir demikian.

Terkadang istri berpikir suami akan berinisiatif atau mengerti meski tak diberitahu. Sedangkan suami tak tahu bahwa istrinya berpikir demikian.

Tips untuk istri: Suami tidak akan paham bahwa dirinya sedang diuji. Suami bahkan mungkin justru sedang menunggu istri meminta, karena suami lebih paham apa yang harus ia lakukan berdasarkan apa yang istrinya pinta. Jadi daripada menguji dan menunggu, sebaiknya istri menyampaikan apa yang ia kehendaki.

Tips untuk suami: Suami cobalah perhatikan dan pahami apa yang menjadi kebutuhan istri. Inisiatif memberi apa yang dibutuhkan istri tanpa diminta akan membuatnya merasa dicintai. Misalnya ketika istri tampak lelah, suami inisiatif membantu pekerjaan rumah. Ketika istri melirik batagor (salah satu jenis makanan cemilah khas Bandung), meski istri tidak meminta (padahal dalam hatinya dia mau) suami inisiatif membelikan hehehe.

buku pernikahan. Berisi tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan agar pasangan bahagia, dan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan karena efeknya kontraproduktif pemensanan 085722664373

buku pernikahan. Berisi tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan agar pasangan bahagia, dan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan karena efeknya kontraproduktif.  Pemensanan 085722664373

Ketika Istri Merasa Sedih/Marah Inilah yang Perlu Suami Lakukan

Adanya konflik dalam pernikahan itu adalah keniscayaan, yah namanya juga penyatuan dua insan yang berbeda pemikiran, kebiasaan, dsb. Begitulah yang kurasakan dalam pernikahanku. Ada sesekali konflik, rasa sedih, kesal atau marah tapi alhamdulillah kami tidak pernah sampai bertengkar. Tips menjaga agar pernikahan tidak diwarnai pertengkaran tidak dibahas ditulisan ini. Kali ini yang saya ingin bahas mengenai tips bagaimana suami perlu menyikapi istri yang sedang menangis atau marah. Setiap kali aku menangis atau marah aku selalu mengamati apa yang kurasakan atas reaksi suami. Banyak hal yang dilakukan suamiku sudah sangat tepat sekali membantuku meredam rasa sedih dan marah, sempat pula ada yang tidak tepat namun itu menambah pemahamanku mengenai hal yang perlu untuk dihindari karena akan memperburuk kondisi.

Tulisan yang saya tulis di Buku Catatan Sang Mantan Jomblo 2 – Paska Nikah – Merajut Kebahagiaan Pernikahan” ini  semoga bisa membantu para pasangan suami istri untuk mengatasi konflik di antara mereka khususnya untuk kasus ketika istri menangis atau marah. Selamat membaca, selamat mencoba, selamat menjaga ketentraman, selamat merajut kebahagiaan. 🙂

Fathonah Fitrianti

 

buku pernikahan. Berisi tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan agar pasangan bahagia, dan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan karena efeknya kontraproduktif pemensanan 085722664373

buku pernikahan. Berisi tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan agar pasangan bahagia, dan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan karena efeknya kontraproduktif pemensanan 085722664373

Seorang suami heran tiba-tiba istrinya murung, cemberut, marah, atau menangis. Seperti cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba jadi hujan deras dengan geledek menyambar-nyambar. Bisa jadi suami tidak sadar telah menyakiti hati istrinya atau ada uneg-uneg yang dipendam kemudian meledak.

Kondisi yang sedang emosional membuat istri susah untuk bisa mencurahkan cinta dan kasih sayangnya bahkan mungkin bicara meracau kesana kemari. Energi cintanya sedang terkuras untuk mengendalikan gejolak emosi dalam dirinya. Hal ini membuat suami merasa tidak nyaman dan bahkan mungkin berusaha menghindar pergi. Padahal, pada saat istri menangis, marah, dan emosi sebenarnya saat itulah ia sedang sangat memerlukan suaminya. Ia akan sangat sedih bila sang suami meninggalkannya di saat ia memerlukannya. Ia sedih bila suaminya menjadi sahabatnya hanya dikala ia penuh cinta dan membahagiakan, namun saat ia terpuruk malah ditinggalkan.

Suami bisa membantu agar istri stabil dan cerah kembali. Bila ini dilakukan, hubungan suami dengan sang istri bisa lebih bahagia dan kokoh. Dalam proses mencerahkan lagi istri ada hal yang perlu dilakukan ada pula hal yang perlu dihindari, karena jika tidak dihindari bisa terjadi badai bahkan sunami hehehe. Perlu diingat, bagi istri hal yang menyakitkan adalah ketika perasaan, kebutuhan, dan kebahagiannya diremehkan, tidak dipedulikan, dan tidak dianggap penting oleh suami.

Mari simak langkah-langkah yang perlu suami lakukan sebagai berikut. Sengaja saya tebalkan kata-kata yang menggambarkan perasaan istri agar kita bisa lebih paham bagaimana kebutuhan perasaan wanita. Pemahaman ini diharapkan membuat kita lebih bisa lebih memaklumi reaksi wanita dan tahu dukungan yang ia butuhkan:

 

1. Mau berhenti dari aktivitasnya dan meluangkan waktu

Saat istri sedih hampirilah, suami hendaknya meninggalkan sejenak aktivitas. Siapkan bahu (beugh serasa di film aje hehehehe) untuk istri sandari dan peluklah dia. Bahkan bila istri mengatakan “tinggalkan saja aku”, artinya bukan berarti ingin benar-benar ditinggalkan. Jika suami mengatakan “tinggalkan aku sendiri”, artinya ia memang sedang butuh untuk menyendiri. Dalam hatinya berkata “I need time for my self”. Namun, bila istri mengatakan “tinggalkan aku”, artinya justru sebaliknya. Ia ingin suaminya mengejar dan memeluk dia (makanya enak klo sudah nikah ya hehehe…. Adegan peluk yang penting seperti ini halal dan bahkan jadi pahala bukan dosa). Dalam hatinya berkata “Show that you want and need me”. Istri ingin suaminya menunjukkan bahwa sang suami mencintai dirinya. Bahwa sang suami membutuhkan sang istri dan ingin sang istri tetap berada di sampingnya.

Jika suami mengatakan “tinggalkan aku sendiri”, artinya ia memang sedang butuh untuk menyendiri. Dalam hatinya

I need time for my self

Namun, bila istri mengatakan “tinggalkan aku”, artinya justru sebaliknya. Ia ingin dikejar dan ditenangkan. Dalam hatinya

Show that you want and need me

Pelukan suami membantu menenangkan istri dan lebih menentramkannya. Sekali lagi, ini hanya membantu menenangkan tapi belum bisa menghilangkan emosi negatif maupun menyelesaikan akar masalah.

Hindari untuk “kabur”, ini akan memperlambat penyembuhan kondisi istri bahkan mungkin justru menambah parah. Istri merasa suaminya tidak peduli padanya. Istri merasa dirinya tidak dianggap penting. Hati istri pun jadi makin terluka. Tapi bila suami sampai kabur, istri silahkan introspeksi diri. Misalnya ketika kesal atau sedih, istri seringkali berkata/bersikap kasar yang menyakiti, sehingga suami jadi enggan menghampiri.
2. Mau mendengarkan

Untuk menstabilkan lagi hati, istri perlu mengungkapkan perasaan dan uneg-unegnya. Istri memerlukan empati dari sang suami untuk proses ini. Mungkin kata-kata yang diucapkan istri agak kacau dan menggunakan diksi (pilihan kata) yang emosional sehingga terkesan menyalahkan. Kesabaran sang suami mendengarkan dengan empati menjadi ladang pahala tersendiri. Dengan mendengarkan kekecewaan, penderitaan, kebutuhan, dan permasalahan istri sesungguhnya suami telah membantu istri untuk melegakan hatinya. Kesabaran istri menjaga lisannya agar tidak kasar selama proses curhat pun menjadi ladang pahala tersendiri.

Suami perlu mendengarkan dan mencoba memahami perasaan istri. Ucapan yang meng”iya”kan apa yang dirasakan istri misalnya dengan mengatakan “Mamah sedih ya”, “Papa dah membuat mamah marah ya” akan memudahkan istri untuk melepaskan rasa sakit hatinya. Ini akan membuat istri merasa perasaan dan kebutuhannya didengar, diakui, dimengerti, dan dipedulikan. Ini bisa mengurangi emosi negatif istri. Untuk menyembuhkannya emosi negatif ini hal utama yang perlu dilakukan tetap menyelesaikan akar masalahnya.

Bila suami tidak mendengarkan curahan hati istri, sang istri akan merasa perasaannya diabaikan dan tidak dianggap penting. Selain itu, yang perlu dihindari suami:

–          menganggap remeh apa yang dirasakan istri. Misalnya mengatakan , “Mama gitu aja kok nangis/marah”

–          bersikap defensif. Misalnya mengatakan, “Aku kan cuman bercanda”

–          menyalahkan balik. Misalnya mengatakan “kan itu gara-gara mama juga”

Perkataan tersebut membuat Istri merasa perasaannya diremehkan, dianggap enteng, diabaikan dan tidak dianggap penting. Istri pun menjadi semakin terluka dan merasa tidak dicintai. Emosi negatifnya semakin menumpuk dan bergejolak di hati.

3. Mencoba memahami akar masalah

Mungkin suami kaget “tiba-tiba” istrinya menangis, marah, cemberut, dan sebagainya. Ia bingung apa masalahnya. Bisa jadi ini bukan hal yang bersifat tiba-tiba. Coba suami ingat-ingat lagi apa kebutuhan yang diajukan sang istri yang belum sempat suami penuhi. Apa pula yang tidak berkenan di hati istri yang masih suami lakukan.

Terkadang bukannya sang istri susah ditebak. Bisa jadi istri sempat menyampaikan beberapa kali kebutuhan/ permintaannya maupun hal yang tidak berkenan di hatinya, namun suami tidak memberi perhatian. Akhirnya sang istri sungkan untuk menyampaikannya lagi. Ia merasa tidak akan didengar. Ia pun menyimpan uneg-unegnya dalam diam.

Istrinya bingung. Ia merasa ketika menyampaikan uneg-uneg dan kebutuhannya baik-baik terkadang suami kurang menganggap itu penting dan tidak melakukan apa-apa. Ia sedang menanti.

Ketika suami melihat istrinya tetap tersenyum, ia merasa istrinya baik-baik saja dan tidak ada masalah. Diamnya istri bukan berarti tidak ada masalah sama sekali, melainkan sedang bersabar. Ada yang bergejolak dalam pikirannya, apakah tetap bersabar, bersikap apatis, berhenti berharap, atau meledak? Ia mencoba menenangkan diri dan menjernihkan pikirannya lagi. Ada kekecewaan yang menumpuk dihatinya. Ia merasa kebutuhan dan kebahagiaannya diabaikan dan tidak dianggap penting. Ketika ada sesuatu yang memicu, ia pun meledak.

 Terkadang bukannya sang istri susah ditebak. Bisa jadi istri sempat menyampaikan beberapa kali permintaannya maupun hal yang tidak berkenan di hatinya, namun suami tidak memberi perhatian. Akhirnya sang istri sungkan untuk menyampaikannya lagi. Ia pun menyimpan uneg-unegnya dalam diam.

Terkadang istri sungkan atau tidak mengatakan secara spesifik apa yang membuat ia sedih. Agar suami tahu sikap mana yang membuat istrinya sedih, suami bisa menggalinya dengan mengajukan pertanyaan seperti:

“Apakah becanda ku yang tadi keterlaluan?”

“Apakah peristiwa sore tadi yang membuat Mama marah?”

“Apa karena kemarin papa tidak mengantar Mama?”

Terkadang wanita menggunakan kata yang hiperbolis dan generalis Misalnya istri mengatakan, “Papa selalu sibuk terus, tidak pernah mengajak aku jalan. Aku kan ingin, bisa pacaran jalan-jalan berdua dengan papa.” Yang perlu suami lakukan ialah mengabaikan sisi hiperbolis dan generalis kemudian mengambil inti masalah yang hedak disampaikan sang istri. Untuk contoh tadi:

–          kata-kata yang cukup diabaikan: “Papa selalu sibuk”, “papa tidak pernah”

–          kebutuhan istri / inti masalah yang perlu ditangkap: Istri perlu jalan-jalan bersama sang suami.

Ketika suaminya berusaha memahami masalahnya, apa kebutuhan istrinya yang tidak terpuaskan, apa yang telah membuat istrinya tersinggung. Sang istri akan merasa suaminya pengertian, perasaannya dihormati, kebutuhannya dipedulikan. Istri merasa dihargai dan merasa kebahagiannya dianggap penting.

 Abaikan perkataan istri yang terkesan hiperbolis, generalis, dan dramatis. Fokuslah menangkap inti masalah yang hendak istri sampaikan

Dengan tersampaikan hal yang membuatnya sedih, ini membantu membuat hati istri lega. Semakin tepat dan spesifik istri menyampaikan “apa yang ia rasakan” dan “apa inti masalahnya” maka semakin cepat lepas pula emosi negatifnya. Dengan eksplorasi dari suami, istri terbantu untuk tidak berpikir kesana kemari melain fokus pada apa yang menjadi inti masalah. Meski emosi negatifnya lepas, tapi ini belum sampai menyelesaikan akar masalah. Selama akar masalah belum diselesaikan, emosi negatif ini bisa datang lagi kapan pun. Menyelesaikan akar masalah bisa dibaca di poin 5

Semakin tepat dan spesifik istri menyampaikan “apa yang ia rasakan” dan “apa inti masalahnya” maka semakin cepat lepas pula emosi negatifnya.

4. Mau meminta maaf/menyatakan penyesalan

Misalnya suami mengatakan. “Hal yang tadi Papa lakukan itu keterlaluan ya, Ma? Maafkan Papa ya Ma, Papa tidak tau itu bisa melukai hati Mama” atau “Papa menyesal sudah membuat Mama sedih”

Ini bukan masalah siapa yang salah. Meminta maaf atau menyatakan rasa menyesal bukan berarti menunjukkan memang suami benar bersalah (bisa jadi suami tidak bersalah) melainkan menunjukkan suami berlapang hati. Dengan meminta maaf, suami menunjukkan kepeduliannya terhadap perasaan sang istri dan bahwa hatinya tidak enak telah membuat sang istri sedih dan terluka. Ini semacam proses pemberian empati. Istri jadi merasa perasaannya diakui, dihormati, dan dipedulikan. Hal ini membantu menetralkan emosi istri yang sedang negatif. Ini membantu melepaskan emosi negatif istri. Namun, selama akar masalah belum diselesaikan, emosi ini bisa terpicu dan muncul lagi.

Ada poin plus yang dirasakan istri pada suami yang mau meminta maaf. Bagi wanita, pria meminta maaf / menyatakan penyesalan bukan berarti dia lemah tapi justru mengagumkan. Pria yang mau meminta maaf berarti dia orang yang berjiwa besar.

Suami yang mau meminta maaf bukan berarti lemah tapi justru mengagumkan.

Itu menunjukkan dia berjiwa besar

 

 

5. Menyelesaikan akar masalahnya

Tahap 1 sampai 4 berfungsi untuk menenangkan dan melepaskan emosi negatif tapi tidak sampai menyelesaikan masalah. Selama masalah belum diselesaikan emosi ini bisa muncul kembali, menumpuk, dan meledak. Jadi hal utama yang perlu dilakukan ialah menyelesaikan masalahnya. Skema di bawah meringkas gambaran proses penghilangan emosi negatif. Jadi, Hal sejati yang membuat istri merasa bahagia, dipedulikan, dan dianggap penting oleh suami ialah ketika tahap ke-5 ini dilakukan, yaitu suami menyelesaikan akar masalahnya dan memenuhi kebutuhannya.

Pada tahap ke-4 suami Mengeksplor inti masalahnya sehingga suami tahu apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu tidak dilakukan agar istrinya tidak bersedih lagi.

 

Misalnya:

Untuk contoh kasus jalan-jalan

Jalan-jalan bersama bisa jadi Itu bahasa cinta istri. Istri merasa tidak dicintai karena suami tidak memberikan hal yang membahagiakannya (jalan-jalan). Sebagai solusinya, apapun kesibukannya, suami agendakanlah secara rutin waktu khusus berjalan-jalan bersama istri. Jangan hanya jalan-jalan ketika_ atau karena_ istri menangis atau marah.

Niatkan bahwa ini adalah waktu khusus yang suami selalu alokasikan untuk membahagiakan istri. Jika suami jalan-jalan hanya karena takut istri menangis atau marah, istri tetap bisa sedih. Karena istri merasa suami melakukannya dengan terpaksa.

 Jika suami memenuhi kebutuhan istri hanya karena takut istri menangis atau marah, istri tetap bisa sedih. Karena istri merasa suami melakukannya dengan terpaksa.

 

Untuk contoh kasus becanda:

Suami tidak mengulangi lagi candaan yang tidak berkenan di hati istri maupun pada topik yang sensitif bagi istri.

 

Tabel di bawah meringkas apa yang diuraikan dalam bab ini. Di dalamnya mencakup apa perlu dilakukan dan yang sebaiknya dihindari suami dalam proses mengatasi emosi negatif istri.

Yang perlu dilakukan Yang sebaiknya dihindari
1 Memeluk istri Membiarkan atau meninggalkan sang istri
2 –      Mendengarkan dan mencoba memahami perasaan istri.-      Meng”iya”kan apa yang dirasakan istri misalnya dengan mengatakan “Mamah sedih ya”, “Papa dah membuat mamah marah ya” –      Tidak mendengarkan-      menganggap remeh apa yang dirasakan istri. Misalnya mengatakan, “Mama gitu aja kok nangis/marah”-      bersikap defensif. Misalnya mengatakan, “Aku kan cuman bercanda”-      menyalahkan balik. Misalnya mengatakan “kan itu gara-gara mama juga”
Yang perlu dilakukan Yang sebaiknya dihindari
3 –   Mencoba memahami akar masalah dengan mengeksplorasi hal apa yang suami lakukan hingga istrinya terluka.-   Abaikan kata istri yang bersifat hiperbolis dan generalis, fokus menangkap inti masalah yang hendak disampaikannya. –      Merasa permasalahannya hal sepele yang tidak perlu dianggap penting dan merasa reaksi istri berlebihan.-      Bersikap defensif, menyalahkan balik, dan marah.
4 –   Suami meminta maaf“Oh hal tadi itu keterlaluan ya. Maaf ya ma, papa tidak tahu itu bisa melukai hati mama”.-   Menyatakan penyesalan, “Papa menyesal telah membuat mama sedih. –      Merasa tidak bersalah dan menganggap reaksi istri berlebihan.
5 –   Menyelesaikan akar masalahnya.-   Memenuhi kebutuhan istri.-   Tidak melakukan hal yang tidak berkenan di hati istri. –      Menganggap istri sudah tenang berarti masalah beres tanpa melakukan apa-apa untuk menyelesaikan akar masalah.

 

Dengan melakukan tahap 1 sampai dengan 5, hati sang istri pun jadi positif lagi dan merasa disayang. Kondisi ini membuat istri mempunyai energi lagi untuk mencurahkan kehangatan cintanya.

Yuk baca kisahnya –> http://catatansangmantanjomblo.com/2015/03/16/aku-ingin-dipeluk/

 

klik gambar untuk memperbesar

klik gambar untuk memperbesar

 

Aku Mengenal Diri, Maka Aku Mengenali Sosok Pasangan Hidup yang Kuinginkan

“Bagus banget, realistis, dan tidak mengawang-awang.” —Elya Wardah, MSDM Korps Relawan Salman ITB “Saya senang dengan bahasa teteh yang ringan dan tidak menggurui" _ Ginanjar Eka Arli, Blogger “Bagus dan nyaman dibaca. Disertai contoh-contoh konkret. Setelah baca buku ini seolah-olah kita jadi tahu, what should we do, untuk menuju pernikahan yang barokah.” —Viena Shofi anah, Penggemar Buku Pemesanan : 085722664373

“Bagus banget, realistis, dan tidak mengawang-awang.”
—Elya Wardah, MSDM Korps Relawan Salman ITB
“Saya senang dengan bahasa teteh yang ringan dan tidak menggurui” _ Ginanjar Eka Arli, Blogger
“Bagus dan nyaman dibaca. Disertai contoh-contoh konkret. Setelah baca buku ini seolah-olah kita jadi tahu, what should we do, untuk menuju pernikahan yang barokah.”
—Viena Shofi anah, Penggemar Buku
Pemesanan : 085722664373

Terkadang kita dihadapkan pada kondisi bimbang untuk menerima atau menolak seseorang. Ketika menolak, apalagi kita sudah menolak beberapa orang lainnya, membuat kita merasa terlalu pemilih. Ketika menerima, apalagi usia sudah semakin tua dan jarang ada yang bersedia menikah dengan kita, kita khawatir terlalu gegabah dan tergesa-gesa memutuskan. Meskipun begitu, memutuskan untuk menerima atau menolak lamaran seseorang harus berdasarkan ketenangan dan keyakinan dalam hati, apa pun kata orang. Kuncinya adalah mengenal diri sendiri.

Manfaat dari mengenal diri antara lain:

  • membantu kita melalui proses perkenalan, diskusi, dan berkompromi dengan calon pasangan.
  • Memudahkan kita mendeteksi apakah calon kita adalah sosok yang tepat atau bukan.
  • Kita bisa berpikir lebih rasional dalam membuat keputusan
  • Membuat kita mengetahui keinginan, harapan, kebutuhan kita. Hal ini menjadi semacam do’a yang bisa jadi Allah kabulkan.  Kita berikhtiar memahami kebutuhan diri dan biarkan Allah yang mengoreksinya.

Keputusan menerima maupun menolak seseorang harus berdasarkan ketenangan dan kemantapan hati.

Kuncinya adalah mengenal diri sendiri.

Kita jadi tahu apakah bisa hidup selaras bersamanya atau tidak.

Dengan mengenal diri, kita menjadi tahu hal-hal penting yang perlu diceritakan atau dikonfirmasikan kepada calon pasangan. Tentu tidak ada manusia yang sempurna. Tidak semua profil calon sesuai dengan yang kita harapkan, makanya akan ada proses diskusi dan kompromi. Dengan melalui proses ini kita dan calon pasangan bisa lebih siap mental, saling memahami dan mengetahui alasan untuk menikah.

Untuk melakukannya, berikut beberapa hal yang perlu dieksplore dari diri kita. Hasil pengeksploran dari tiap orang tentu akan berbeda karena perbedaan pemikiran, pemahaman, latar belakang budaya, lingkungan, pendidikan dalam keluarga, kebiasaan, dan pengalaman.

 

1. Kenali hal-hal yang diharapkan ada pada pasangan hidup.

Setiap orang pasti memiliki harapan mengenai sosok yang ia inginkan sebagai pasangan hidup. Umumnya orang menggunakan kata sifat yang general misalnya baik, shaleh. Namun, alangkah lebih baik bila kita memahami secara lebih spesifik kriteria pasangan yang menjadi harapan kita karena hal ini akan memudahkan kita mendeteksi apakah calon yang sedang berproses dengan kita memang sosok yang diharapkan atau tidak. Di sisi lain dengan mengetahui kriteria ini secara spesifik ini bisa menjadi semacam do’a yang bisa jadi dikabulkan Allah.

Untuk lebih jelasnya, silahkan simak kisah berikut ini:

Alkisah seorang wanita bernama Sasha. Ayahnya juga seorang yang aktif berorganisasi di luar. Sikap dan perhatian ayahnya kepada orang luar jauh lebih baik daripada kepada keluarganya sendiri.

Sasha seorang yang kurang memiliki kepercayaan diri. Ia jarang mengungkapkan pendapatnya karena khawatir tidak didengar. Namun, di  salah satu organisasi yang ia ikuti dia mulai berubah. Ia mulai nyaman untuk bersuara, kepercayaan dirinya tumbuh dan potensinya pun makin berkembang. Ternyata hal itu karena di organisasi tersebut memiliki budaya mendengarkan dan bersikap positif.

Pengalaman ini membuat Sasha mengharapkan sosok suami yang perhatian dan penyayang pada keluarga. Ia juga berharap sosok pendengar yang baik dan selalu bersikap positif. Itulah spesifikasi pria baik harapan Sasha.

 

2. Kenali hal-hal yang ada dalam batas toleransimu.

Mengenali hal-hal apa yang ada dalam batas toleransi kita berfungsi untuk mengenali jenis karakter dari pasangan yang akan berpotensi menjadi konflik ketika hidup bersama dengan pasangan kita. Dengan mengenali batas toleransi tersebut, kita jadi bisa menghindari memilih calon yang memiliki kekurangan di area yang tidak bisa kita toleransi. Apalagi menikah kita niatkan untuk selamanya hidup bersama dengannya bukan?

Tentu saja tidak ada manusia yang sempurna. Jika kita menemukan kekurangan yang sulit untuk kita toleransi dari calon suami/istri maka sampaikanlah, diskusikanlah, kompromikanlah, dan negosiasikanlah. Apa hasilnya? Jalan tengah, solusi, dan kesiapan mengambil konsekuensi? Atau justru kebuntuan, keraguan, ketidaknyamanan, dan ketakutan? Lakukan proses ini sebelum menikah, karena setelah menikah berarti kita siap menerima pasangan kita sepaket beserta kelebihan dan kekurangannya.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

Alkisah seseorang pria bernama Amir. Ibu Amir adalah seorang yang gesit dan pandai memasak. Hal ini membuat Amir memandang bahwa istri yang baik ialah yang pandai mengurus rumah dan memasak. Ketika melihat wanita yang kamarnya berantakan ia jadi memiliki pandangan negatif terhadap wanita tersebut. Baginya wanita tersebut tidak bisa melayani suaminya dengan baik.

Amir sedang berproses dengan wanita bernama Mira. Dalam biodata, Mira mengungkapkan bahwa kelemahannya diantaranya ialah dia susah rapih dan tidak pandai memasak. Amir melihat Mira memiliki juga kelebihan yang ia harapkan. Amir tidak langsung mundur dalam proses ini, ia mencoba mengkompromikan poin ketidakrapihan dan ketidakpandaian memasak tersebut pada Mira.

Hasil dari proses ini bisa bermacam-macam, tergantung dari hasil kompromi dan kesiapan masing-masing dalam menerima konsekuensi dari kelebihan dan kekurangan pasangan. Misalnya:

  1. Mira tak yakin akan bisa mengubah kebiasaannya dalam waktu singkat. Amir pun tak yakin ia bisa bersabar. Amir jadi khawatir bersama Mira hidupnya hanya dipenuhi keluhan, ketidakpuasan, dan konflik. Akhirnya Amir pun mundur dari proses.
  2. Amir bersedia menerima kekurangan Mira dan siap untuk bersabar, yaitu bersabar untuk tidak banyak mengeluh, bersabar untuk mengiringi proses belajar Mira dengan sikap yang baik. Mendengar hal tersebut Mira pun bersedia memperbaiki kekurangannya tersebut. Mira berkomitmen untuk mengubah kebiasaannya dan menyiasati keadaan bila diperlukan mis. dengan merekrut ART (asisten rumah tangga).

Contoh lainnya yang kadang dipertanyakan pada calon:

– kebiasaan merokok

– shalat bolong-bolong atau tidak

 

3. Apa rencanamu ke depan

Setiap orang mungkin sudah memiliki rencana ke depan, ada yang berencana untuk melanjutkan kuliah, ada yang bekerja, ada yang prefer jadi IRT (ibu rumah tangga). Mengapa hal ini perlu kita ketahui? Karena hal ini akan berpengaruh pada kriteria calon yang kita tetapkan. Apakah rencana kita akan bisa selaras dengan rencana calon? Bila tidak, apakah rencana kita masih bisa dikompromikan. Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat contoh berikut ini:

  • Joni diterima kerja di sebuah perusahaan tambang dan akan ditempatkan di Kalimantan. Ia mencari calon istri yang bersedia diajak tinggal di sana.
  • Heru mendapat beasiswa kuliah di Perancis selama 2 tahun. Ia mencari calon istri yang tidak keberatan LDR (Long Distance Relationship) selama 2 tahun tersebut.
  • Lisa di keluarganya mendapat amanah untuk menjaga ibunya. Salah satu kriteria calon suaminya ialah dia bersedia tinggal di kota yang sama dengan tempat ibu Lisa tinggal.
  • Lia seorang yang terbiasa beraktifitas di luar. Salah satu kriteria calon suaminya ialah mengizinkannya untuk beraktivitas di luar tidak hanya menjadi IRT yang selalu di rumah.

Contoh kompromi atau negosiasi untuk kasus Joni:

Misalnya sang calon istri tidak bersedia dibawa tinggal di Kalimantan dan Joni masih ingin menikahinya, Joni menego calon istrinya untuk bersedia LDR dan dikunjungi tiap ia mendapat jatah libur. Bersediakah calon istrinya?

 

  1. Apa visi/misi hidupmu

Barangkali kita atau calon kita sudah memiliki visi/misi hidup. Tentu yang diharapkan misi itu terlaksana. Namun, apakah calon pasangan kita akan menjadi seorang yang mendukung atau setidaknya membolehkan. Atau justru calon pasangan kita justru akan menghambat bahkan melarang.

Untuk lebih jelasnya silahkan baca contoh kisah berikut.

Alkisah Firman sedang ta’aruf dengan Mira. Firman memiliki keprihatinan dengan dunia pendidikan terhadap orang di pelosok. Firman pun menceritakan hal ini dan misinya dalam dunia pendidikan kepada Mira. Ia juga menceritakan untuk mewujudkan misinya 2 kali dalam sebulan ia biasa pergi ke pelosok selama 3 hari untuk berbagi ilmu di sana. Ia ceritakan pengalamannya dan gambaran apa yang ia biasa lakukan dan alami dalam menjalankan misi tersebut.

Mendengar hal itu Mira menyatakan akan mendukung misi baiknya meski misi Mira sebenarnya bukan di bidang pendidikan melainkan di bidang seni. Mira tidak keberatan dan bisa mentoleransi bila nanti setelah menikah suaminya 2 kali dalam sebulan akan pergi selama beberapa hari.

 

5. Kondisi dan riwayat kesehatan

Kondisi dan riwayat kesehatan ini terutama yang berkaitan dengan penyakit berat. Hal ini perlu disampaikan karena akan berpengaruh pada penerimaan dan kesiapan mental calon. Misalnya kamu pernah mengalami sakit jantung, myoma (tumor kandungan), radang otak, kanker, magh kronis, dll. Sampaikanlah, kita akan lebih tenang bila tahu pandangan calon terhadap kondisi ini sejak awal.  Sekiranya calon kita menerima, ia jadi bisa menyiapkan mental sejak awal terhadap kondisi yang mungkin akan terjadi terhadap fisik kita kedepannya.

 

6. Bagaimana kondisi keluargamu

Kondisi keluarga juga bisa berpengaruh terhadap penerimaan dan kesiapan mental masing-masing. Kita bisa juga menuliskan kondisi keluarga ini dalam biodata. Yang perlu kita sampaikan mengenai kondisi keluarga antara lain:

  • Kedua orang tua masih adakah. Apakah keduanya kini bersatu/bercerai. Dimana keduanya tinggal. Bagi wanita yang orang tuanya sudah bercerai, tetap ayah kandungnya lah yang menjadi wali ketika proses ijab kabul.
  • Suku bangsa masing-masing orang tua dan bagaimana pandangan orang tua mengenai adat dari suku bangsanya. Apakah memegang teguh adat, atau moderat dan fleksible, atau sudah sama sekali tidak memegang teguh adat. Hal ini perlu disampaikan karena terkadang ada sebagian orang yang tidak prefer dengan suku tertentu terkait adat dan stigma orang mengenai suku tersebut.
 Wejangan ibu pada anak prianya:“kamu klo mo nyari calon istri cari yang sesuku ma kita lagi, hindari suku X, Y, atau Z” Meski suatu suku bangsa memiliki adat/stigma tertentu, kenalilah calon pasangan dan keluarganya secara langsung karena bisa jadi ia berbeda dengan stigma negatif suku tersebut dan atau keluarganya sudah moderat tidak memegang adat lagi.Tentu niat orang tua kita untuk kebaikan kita sendiri. Mereka hanya khawatir anaknya akan kesulitan. Jika kamu yakin dengan calon mu padahal sukunya yang tidak orang tua mu setujui. Hal yang pertama yang perlu dilakukan ialah eksplore prinsip dan budaya sang calon dan keluarganya. Jika kita sudah punya cukup data, kita bisa nilai apakah prinsip dan budaya mereka bisa diterima dan selaras atau akan menyulitkan dan berpotensi konflik. Jika ternyata bisa selaras, kamu bisa mencoba meredam kekhawatiran orang tuamu berdasarkan data hasil perkenalanmu dengan sang calon. Karena data inilah yang membuatmu yakin dengan apa yang akan kamu katakan dan perjuangkan. 
  • Kondisi ekonomi keluarga. Apa pekerjaan orangtua. Apakah kondisi keuangannya termasuk kurang, cukup, atau berlebih.

Ketika ada kejomplangan yang terlalu tinggi antara kondisi ekonomi orangtua kita dan orangtua calon hal ini bisa jadi penghalang. Tapi ini kembali lagi kepada cara pandang orang tua. Misalnya orangtua calon lebih memandang orang dari prinsip hidupnya dibandingkan kondisi ekonominya sehingga mereka tidak mempermasalahkan kondisi ekonomi orangtua kita.

  • Jumlah saudara dan apakah di antara saudara tersebut ada yang dalam tanggungan kita biaya hidup/ sekolahnya.

Ketika tidak ada tanggungan tentu tidak ada masalah, namun ketika ada tanggungan tentu harus siap dengan konsekuensinya kedepan.

  • Kebiasaan dalam keluarga

Apa kebiasaan yang khas dalam keluargamu. Hal ini perlu disampaikan agar calon tidak kaget dan lebih siap dalam menyesuaikan diri. Misalnya kita menyampaikan bahwa keluarga kita biasa berkomunikasi efektif dan jarang basa-basi. Atau keluarga kita setiap pagi semua orang akan bangun jam lima pagi bersama-sama membersihkan rumah sebelum semuanya berangkat, dan sebagainya.

kebiasaan mandi

7. Kenali karakter, keunikanmu, kelebihan, dan kekuranganmu.

Terkadang ini juga jadi hal yang akan saling dikompromikan. Sampaikanlah kekuranganmu karena yang susah itu menerima kekurangan. Setidaknya dari awal ia tidak kaget, siap untuk bersabar menerima dan mengiringi proses perubahanmu untuk menjadi lebih baik.

 

 compatibilitycompatible itu artinya karakter dan keunikan kamu bisa diterima dan disikapi dengan pas oleh dia, karakter dan keunikan dia bisa diterima dan disikapi dengan pas oleh kamu

 

Semoga bisa mendapatkan pasangan yang compatible, yaitu yang saling bisa menerima dan menyikapi karakter dan keunikan masing-masing dengan pas. Agar lebih terbayang maksud dari compatble silahkan lihat contoh pasangan Meri, Anjas, dan Joni berikut ini.

Karakter Meri Karakter Anjas Karakter Joni
Mudah menangis Merasa tidak enak bila membuat orang menangis, dan berusaha menenangkan dengan sikap penyayang Merasa wanita yang mudah menangis itu cengeng
Bersikap lembut, tidak suka menyelesaikan sesuatu dengan marah-marah Sifatnya kerasBila disikapi dengan keras, Anjas justru semakin keras. Tapi bila disikapi dengan lembut ia cenderung bisa kooperatif dan menjaga sikap Kalem
Cenderung berantakan Suka kerapihan tapi sudah terbiasa juga dengan kondisi berantakan Terbiasa rapi , merasa terganggu bila kondisi tidak rapih.Menurutnya istri yang baik harus bisa menjaga rumah selalu bersih dan rapi
Kurang percaya diri Pendengar yang baik dan responsive Tipe percaya diri, dan mendominasi pembicaraan
Suka berkegiatan social Suka berkegiatan social Memperbolehkan berkegiatan social
Dalam keluarganya tidak ada aturan ketat mengenai sikap manner.Kesehariannya kurang manner kecuali di dalam situasi yang menuntut untuk bersikap manner Kurang manner, biasa kentut dan ngupil sembarangan Bersikap manner. Bersentimen negatif dengan wanita yang tidak menjaga manner
Terkadang bertingkah konyol dan seperti anak kecil Terkadang bertingkah konyol Senang dengan wanita yang bersikap anggun
Gak pede dengan hidung yang pesek Gak masalah dan suka-suka aja dengan bentuk hidung pesek. Meski Anjas Mancung. Wanita pesek baginya tak menarik

Kira-kira dengan siapakah Meri compatible? Anjas atau Joni?

 

8. Bagaimana pandanganmu dalam agama, idealisme, prinsip hidup.

Sebagai gambaran simak contoh berikut:

Alkisah Ani saling mencintai dan merasa sudah menjadi soulmate dengan Chris. Tapi Ani sadar ia berbeda agama dengan Chris. Ani sadar Tuhan nya lah yang utama, ia tidak ingin pernikahannya menjadi dosa seumur hidupnya,  Ani pun memilih untuk tidak menikah dengan Chris.

Beda kepala tentu tetap ada beda pandangan. Perbedaan dapat juga dari segi prinsip hidup, idealisme, dan sebagainya. Coba sampaikan pandangan kita, eksplore pula pandangan sang calon. Kita jadi tahu apakah kalian akan bisa hidup selaras atau justru akan banyak konflik. Selaras ini bukan berarti bahwa pandangan ini sama persis melainkan perbedaan ini tidak menjadi konflik, bisa saling menghormati dan membangun.

Ketika berdiskusi, perhatikan jawaban dan cara sang calon dalam merespon. Dari hal tersebut kita akan tahu apakah terbentuk diskusi yang membangun atau diskusi yang tidak sehat. Dari caranya menjawab dan isi jawabannya kita bisa juga melihat apakah ia seorang yang bijak, apakah ia merasa mantap atau ragu, dan sebagainya.

 

9. Kenali gaya hidupmu

Mungkin hal ini jarang ada orang yang menyampaikannya di biodata secara gamblang, misalnya hanya menuliskan kami hidup sederhana. Mengapa saya ingin membahas juga hal ini. Coba bayangkan kasus berikut:

Indra adalah seorang yang biasa hidup sederhana dan irit meski ia berasal dari keluarga yang mampu.  Orangtuanya memang mengajarkan bahwa yang utama adalah pendidikan, dan bila ada uang berlebih ia gunakan untuk hal produktif yang bisa menghasilkan uang lagi. Ia biasa beli baju di cimol (semacam pasar baju bekas dari luar negeri yang dijual dengan harga murah meriah). Ia cukup pandai memilih dan memiliki selera fashion yang baik. Makan meski hanya tahu, telur, tempe, sudah biasa. Andai makan di luar pun paling di warteg.

Istrinya Lia sebenarnya bukan dari keluarga yang kaya. Tapi pandangan ibunya memberikan yang terbaik untuk anak ialah memberi baju yang bermerek dan mahal. Setidaknya sebulan sekali ia dibelikan baju baru. Lia juga suka makan di café, sekali makan setidaknya habis Rp 30.000.

Indra bekerja freelancer, terkadang ia bisa menghasilkan cukup banyak uang terkadang tidak sama sekali. Namun, selama ini bisa dikatakan cukup. Ternyata Lia selama ini merasa suaminya tidak bisa memenuhi kebutuhannya, ia sudah berusaha berhemat dengan menggunakan merek baju kelas 2 dan hanya beli 3 bulan sekali. Makan ia coba mengirit dengan beli di warung tenda yang kisaran harganya belasan sampai dua puluh ribu sekali makan. Itupun suaminya mengarahkan untuk masak sendiri karena kondisi keuangan kurang memungkinkan bila harus selalu beli di luar. Ia merasa suaminya pelit dan merasa tidak bisa hidup senang. Sedangkan Indra, merasa uang sangat cepat sekali habis. Ia merasa Lia boros dan tidak pandai mengurus keuangan. Hal ini sering menjadi sumber/pemicu konflik di antara mereka.

Ukuran hemat bagi setiap orang berbeda, tergantung dari gaya hidup bukan tergantung dari banyaknya kekayaan seseorang/keluarganya.

gaya hidupGaya hidup seseorang bisa tercermin dari:

  • Makanan yang sehari-hari dimakan. Apakah harus selalu ada daging, apakah harus selalu lebih dari dua macam lauk pauk, dan sebagainya.
  • Jika sedang makan di luar, apa jenis tempat makan yang biasa dipilih : warteg, warung tenda, restoran, kafe.
  • Kebiasaan dalam membeli baju : beli dimana? berapa kali frekuensinya? berapa kisaran harganya?
  • Perawatan diri : kosmetik, salon.
  • Jalan-jalan : ke gunung, ke Bali, ke luar negeri, atau kemana?

Dengan kita mengetahui gaya hidup pasangan, kita dapat mendapat bayangan tentang gaya hidupnya setelah menikah. Jika gaya hidupnya sangat jomplang dengan gaya hidup kita, kita coba diskusikan dan kompromikan dengannya. Dari situ akan terlihat apakah ada jalan tengah yang sama-sama enak bagi keduanya ataukah tidak. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Dengan mengetahui dan mendiskusikan sejak awal kita bisa lebih mempersiapkan diri dan mental.

 

***

Setelah melalui tahapan ini, kita bisa mulai mengambil kesimpulan. Apakah kita bisa menjalin kehidupan yang selaras dan harmonis bersamanya? Bila jawabannya “Iya”, kamu bisa mantap untuk memilihnya. Bila jawabannya “Tidak”, kamu bisa mantap untuk menolaknya. Jangan lupa juga untuk terus melakukan shalat istikharah guna mohon petunjuk dari Allah. Bagaimana pun, Allah lebih mengenal diri kita, lebih tahu hal yang kita butuhkan, dan lebih tahu hal yang terbaik bagi kita.

 

Kita bisa menuliskan hasil pengenalan diri kita dalam bentuk tabel. Tabel berikut merupakan contoh cara merangkum hasil pengenalan diri, sebut saja ini Tabel Pengenalan Diri seseorang bernama Melani.

Yang bisa ditoleransi Yang tidak bisa ditoleransi
  • Berantakan
  • Kebiasaan kentut dan mengupil yang kurang manner
  • Penghasilan sekitar satu juta.
  • Pemarah
  • Merokok
  • Terlalu banyak menuntut , mengeluh, dan mengomel
  • Tidak mau terlibat membantu pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak
  • Pemarah
  • Merokok
  • Terlalu banyak menuntut , mengeluh, dan mengomel

Tidak mau terlibat membantu pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak

Visi Misi Pandangan keagamaan
Jadi istri dan ibu yang beraktualisasi diri dan bermanfaat bagi umat Islam , moderat
Yang diharapkan Rencana ke depan
  • pendengar yang baik
  • selalu merespon
  • penyayang
  • rajin shalat 5 waktu
  • teman gokil yang nyambung dan enak
  • orang bijak
  • tetap di Bandung karena harus jaga ibu dan ada misi di sini.
  • Freelance di yayasan
  • tetap di Bandung karena harus jaga ibu dan ada misi di sini.
  • Freelance di yayasan
Karakter Riwayat Penyakit
  • Sanguinis
  • Plegmatis
  • Santai
  • Toleran
  • Susah rapih
  • Tidak pintar memasak
  • Types (sekali)
  • Jarang sakit
  • Sakit ringan yang kadang ada: sakit kepala, flu
  • Ibu pernah kanker
  • Types (sekali)
  • Jarang sakit
  • Sakit ringan yang kadang ada: sakit kepala, flu

Ibu pernah kanker

Kondisi dan Budaya Keluarga Gaya Hidup
  • Ekonomi keluarga mencukupi
  • Tidak ada anggota keluarga yang perlu bantuan saya secara ekonomi
  • Orang tua sudah berpisah/cerai
  • Bapak jawa
  • Ibu Sunda
  • Tidak memegang kebiasaan adat istiadat suku
  • Tidak dituntut untuk rapi dan teratur/ dibebaskan untuk mengatur sendiri kapan sempat membereskan kamar/rumah.
  • Biasa menggunakan bahasa efektif, kurang basa basi
  • Tidak biasa saling menanyakan kabar
  • Biasa saling menolong antar saudara
  • Hidup sederhana
  • Biasa memasak sendiri
  • Makan di luar biasanya hanya ketika sedang bepergian
  • Jika makan di luar seringnya membeli makanan yang harganya belasan ribu/porsi atau di bawah harga tersebut.
  • Makan di tempat yang range harganya di atas Rp 20.000 hanya jika men/ditraktir
  • Sangat jarang membeli baju
  • tidak mempermasalahkan untuk memakai pakaian “turunan” dari sodara atau beli di pasar pakaian bekas.
  • Tidak suka memakai kosmetik
  • Hidup sederhana
  • Biasa memasak sendiri
  • Makan di luar biasanya hanya ketika sedang bepergian
  • Jika makan di luar seringnya membeli makanan yang harganya belasan ribu/porsi atau di bawah harga tersebut.
  • Makan di tempat yang range harganya di atas Rp 20.000 hanya jika men/ditraktir
  • Sangat jarang membeli baju
  • tidak mempermasalahkan untuk memakai pakaian “turunan” dari sodara atau beli di pasar pakaian bekas.

Tidak suka memakai kosmetik

 

Souvenir Pernikahan Go Green Benih Tanaman

iklan-suvenir-instagram-kebun-madani

UNIK – EDUKATIF – GO GREEN

dengan suvenir ini kamu telah turut membantu kampanye hijau 🙂

Di dalam tiap kemasan terdapat benih dan petunjuk menanam.
tersedia aneka pilihan benih tanaman.

subsidi ongkir untuk pemesanan minimal 500 pcs.

pemesanan
WA : 085722664373

fb : Kebun Madani
ig : kebunmadani
web : kebunmadani.com

souvenir go green benih tanaman

 

Bila Istri Rungsing

Untuk membuat istri yang lagi rungsing menjadi positif kembali, sang suami perlu mendengarkan perasaan-perasaan negatif yang dirasakan istri. Menunjukkan sikap pengertian, tidak mengabaikan, tidak meremehkan, tidak menganggap lebay.

Saat istri merasa didengarkan dan dimengerti, perasaan sang istri seakan dari “hujan” jadi “cerah” kembali

Saat istri merasa diabaikan, diremehkan, dianggap lebay, perasaan sang istri seakan dari “hujan” jadi “hujan badai” dan atau “hujan yang tak henti-henti

Mungkin salah satu jihad terbesar suami ialah mendengarkan perasaan negatif istri. Karena nama pria paling anti klo merasa disalahkan. Meski  poin yang ingin disampaikan sang wanita bukan menyalahkan sang pria.

Souvenir Nikah Benih Tanaman

iklan di web

Souvenir nikah benih tanaman. Dengan souvenir ini momen acara kamu turut membantu kampanye GO-GREEN. Info dan pemesanan 085722664373

Harga mulai dari Rp 1.500/scht. Setiap sachet berisi benih tanaman beserta petunjuk menanam.

Tersedia aneka pilihan benih tanaman. 1 pack isi 100 scht dengan kombinasi 4 macam benih yang bisa dipilih sendiri kombinasinya.

pilihan benih tanaman sayuran: kangkung, bayam hijau, bayam merah, sosin, sawi pakcoy, mentimun, seledri, selada, tomat, cabe, cabe rawit

dengan souvenir ini,momen acara kamu turut membantu kampanye GO-GREEN berkebun di rumah

Free atau subsidi ongkir untuk pembelian minimal 5 pack/500 scht(Tergantung kota tempat pengiriman) + bonus buku “Merajut Kebahagiaan Pernikahan” dengan menyebukan kode promo WDCY saat memesan.

info lebih lanjut dan pemesanan: WA 085722664373

 

cover depan CSMJ 2

 

Catatan Pernikahan 8 : Jangan Ikuti Ego Maka Kamu Akan Beruntung

ceritanya kemarin saya lagi PMS. Klo lagi PMS bawaannya kesel dan biasanya suami yg jadi “korban” (yang sabar ya suamiku 😀 )
tadinya masuk kamar, mo nangis di sana. tapi akhirnya memutuskan keluar kamar (bahu mana bahu???) , sambil berjalan kyk anak kecil ke arah suami. Aku pun duduk di pangkuannya, merangkulnya, dan menyandarkan kepala ke bahunya.
Tangisku pun tumpah sambil mencurahkan rasa kesal yang ada di hatiku. Suamiku merespon dengan tenang sambil sesekali mengusap punggungku. Usapan ini biasanya bisa cepat menenangkan aku.
Anakku melihatku, melihat kami. wajahnya tenang tampak kabita (pingin juga). Tiba-tiba ia mendekat dan nyelip di tengah kami. ia ingin ikut dipangku, ingin ikut dipeluk. Ia lanjut menonton film dalam pangkuan kami.
Entah, apa efek psikologisnya bagi anak. bila anak kami menangispun kami biasa memeluknya,mengusap punggungnya, menanyakan kondisinya. Nak, bginilah kami saat menyelesaikan masalah diantara kami. Mendengarkan dan memeluk. bukan bertengkar. Kelak bila sudah menikah jangan lupa peluk juga istrimu kala ia menangis, ia sedang sangat membutuhkanmu. Selesaikanlah masalah dengan cara yang penuh kasih sayang.

—-
Yang saya ceritakan diatas hanya ringkasan dan endingnya saja. sehari lebih sebelumnya kami mengalami proses yg menguji kesabaran dan menguji ego kami (walau demikian kami tidak bertengkar). Setelah pertarungan batin kami akhirnya memilih untuk tidak mengikuti ego. untuk keluarga kami. Sesuai tujuan kami, meraih keluarga samara.

Buahnya memang terasa manis. Rasul pernah menyampaikan jangan marah bahkan diulang hingga 3 kali. Bahkan kita bisa merasakan kebahagiaan(anggaplah surga dunia) dalam rumah tangga. Aku memaknainya
jangan ikuti ego maka kamu akan meraih surga dalam rumah tanggamu
jangan ikuti emosi maka kamu akan meraih surga dalam rumah tanggamu
jangan ikuti amarah maka kamu akan meraih surga dalam rumah tanggamu

– 10 Januari 2016 –

———–

Hari ini (14 jan 16) Tiba-tiba jadi ingin mencari haditsnya 😀

Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Ada seseorang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamseraya berkata: “Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Janganlah kamu marah.” Beliau mengulanginya berkali-kali dengan berkata: “Janganlah kamu marah.” (HR. Bukhari 6116, Ahmad 2/362)

Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata: Ada seseorang yang datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdan bertanya: “Wahai Rasulullah, tunjukilah aku sebuah amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab: “Jangan marah, dan bagimu surga.” (Shahih li ghairihi. HR. Thabarani, lihat Shahih Targhib 3/46)

orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran [3]: 134)

 

Catatan Pernikahan 7: Aku Ingin Dipeluk

aku ingin dipelukBila saya ada uneg-uneg dan belum disampaikan ke suami rasanya di pikiran ini si uneg-uneg selalu melintas, berputar seperti loop. setiap ia melintas tak terasa air mata ini meleleh.

Wlo dalam suasana kesal dan berderai air mata, kadang saya merasa lucu dengan diri saya sendiri. Aku selalu menyembunyikan bahwa diriku ini sedang kesal, tapi aku sebenarnya ingin diketahui sedang kesal. aku ini cewek banget hihihihihi

Aku tahu solusinya aku harus menyampaikan uneg-uneg ini. Aku paham klo pria tidaklah peka dan ia memang “tidak akan tahu masalahnya” atau “harus berbuat apa” bila kita tidak menyampaikan. Rasanya ada pertarungan dalam diri ini, antara keinginan (kayaknya bawaan sebagai perempuan :D) agar “suami mencari tahu sendiri” dengan konsekuensi kondisi ini akan lama berakhir dan aku terkungkung dalam emosi negatif dan bisa berkembang menjadi sensitif. Atau “aku menyampaikan” karena begitulah mekanismenya dengan pria lalu masalah selesai.

Suatu malam akhirnya ketahuan bahwa aku sedang menangis. Seperti biasa suami akan memelukku dan mengusap-ngusap punggungku bila aku menangis. Ia tanya ada apa-apa. “gak ada apa-apa” jawabku dengan muka sembab. Rasanya geli ke diri sendiri juga, wanita wanita….” wlo ada apa-apa” tetap bilangnya “gak ada apa apa”. Memang saat wanita mengatakan “tidak ada apa-apa” bukan berarti memang tidak apa-apa” lihat sikapnya, intonasinya, mimiknya, dsb.

Sambil terus memelukku Ia berkata “maafkan aku bila ada salah ya ayhank”. Beberapa kali suamiku bertanya lagi ada apa, dan aku masih menjawab “tidak knapa2”. akupun mencoba berpikir lebih logis dan menahan perasaan “ine, klo kamu ga bilang nanti masalah ga akan beres, kamu akan terus berkutat dalam emosi negatif”. hmmm…

Butuh waktu beberapa lama untuk berkompromi dengan diriku sendiri dan menguatkan diri. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bilang. Sambil bibir menyeng-menyeng nangis mengungkapkan asa hati “Papa, kemarin tidur sendiri, ga mau meluk aku.TT” . Suamiku senyum-senyum dan nyengir-nyengir, “iya, kemarin kan mau berencana bangun dini hari (memang kebiasaan suamiku klo mau bangun dini hari tidur di tempat kerja, karpet, dll). Masih dengan bibir menyeng dan suara seperti anak kecil “… Aku ingin dipelukan papa dulu klo mo bobo 😦 “. “Iya…” Suami senyam senyum akhirnya tahu masalahnya “Sini-sini aku peluk”.

fiuhhhhhh rasanya lega banget sudah menyampaikan. Tangispun langsung berhenti. Tapi aku sambil tutup muka terutama mata yang bengkak karena kelamaan nangis, malu nangis-nangis karena sebenarnya ingin dipeluk aj. Bagiku ga sekedar “AJA” tapi pelukan ini penting, Setelah sesi tsb aku pun bisa stabil dan bersikap biasa lagi.

Catatan Pernikahan 6 : I Like The Way You Love Me

I like the way he loves me

Aku suka saat ia mengucapkan terimakasih setiap aku memberikan makanan, wlo hanya nasi dan telor dadar lagi.

Aku suka saat ia menahan marahnya dan melapangkan maafnya saat aku berbuat salah

Aku suka saat ia mengabari aktivitasnya, mengenalkanku pada teman-temannya.

Aku suka saat ia bersikap terbuka dan suka caranya menjaga perasaanku

Aku suka saat ia mengabari juga menanyakan kabar kami saat ia bepergian.

Aku suka saat ia memeluk dan menenangkanku kala ku sedang penuh emosi.

Aku suka saat ia menyahutku saat aku mulai bersuara, pertanda ia siap mendengarkan.

Aku suka saat ia membawakan semua barang saat kami bepergian dan aku tinggal merangkul tangannya

Aku suka bimbingannya padaku dalam membimbing anak kami

Aku suka kala ia mencukupi kebutuhanku.

Aku suka caranya menyayangiku

– Fathonah Fitrianti –

3 Desember 2015

Catatan Pernikahan 5 : Cintaku Padamu

foto nikahRasaku padamu tidak seperti rasa cinta yang pernah kurasakan
Bukan buncahan rasa
Bukan debaran hati kala bertemu
Bukan selalu terbayang wajahmu
Bukan hasrat-hasrat hati
Aku tak tahu apakah aku mencintaimu
Aku hanya merasa tentram bersamamu

Saat kita masih berteman sempat rasa “yang sering dinamakan” cinta itu menghinggapiku
Lalu aku berdo’a pada Allah “Ya Allah, netralkan saja hatiku ini padanya. Jika menyukaimu aku akan kehilanganmu lebih baik rasaku ini yang hilang”.
Aku tahu tabiatku saat menyukai seseorang sering membuat orang yang kusukai tak nyaman dan menjauh.
Allah pun mengabulkan do’aku, rasa itu hilang. Ajaibnya engkau justru jadi suamiku. Allah memang selalu punya cara, selalu punya skenario

Hingga kinipun aku tak tahu apakah aku mencintaimu
Aku tak merasakan sympton cinta ala sepasang kekasih dalam cerita.
Aku hanya merasa tentram bersamamu

Jangan tanya apakah aku cinta padamu, karena aku tak kan sanggup menjawabnya
Aku tak tahu apakah aku cinta padamu, tapi aku selalu ingin memelukmu tiap hari
Aku tak tahu apakah aku cinta padamu, tapi aku selalu melapangkan hatiku untuk memaafkanmu
Aku tak tahu apakah aku cinta padamu, tapi aku selalu hangat padamu meski sedang marah
Aku tak tahu apakah aku cinta padamu, tapi aku menikmati kebersamaan kita meski disaat sulit
Aku tak tahu apakah aku cinta padamu, tapi padamu aku kendalikan egoku tuk bahagia bersamamu
Aku tak tahu apakah aku cinta padamu, tapi air mataku berlinang saat terlintas pikiran seandainya maut memisahkan kita
Jangan tanya apa aku cinta padamu, cukup rasakan saja

Mungkin ini jawaban dari do’aku ketika masa pencarian jodoh
“Ya Allah, kelak jadikan rasaku pada suamiku secukupnya saja”
Aku tahu rasanya menderita karena cinta
Cinta kadang membuat kita terlalu takut, gelisah, ragu, dan lemah

Aku tak tahu apakah rasaku ini padamua
Aku hanya tentram bersamamu
Jangan tanya apa aku cinta padamu, cukup rasakan saja

Catatan Pernikahan 4 : Ujian Ekonomi

uangSejak kami berkenalan aku memang sudah tahu kondisi ekonominya. Tabungannya bisa dikatakan nol, gaji bulananya antara 900rb-1jt, terkadang dapat pemasukan tambahan dari menulis dan mengajar. Total pemasukanku juga kurang lebih mirip-mirip.

Yah dulu sempat terpikirkan tidak akan berminat dengan orang yang bergaji di kisaran 1 jt. Rasanya tidak terbayang. Apalagi teman-teman banyak yang bekerja di perusahaan. Tapi ternyata ketika memutuskan menikah patokan ekonomi itu tidak sesaklek itu.

Terkadang ada yang bertanya kenapa aku bisa yakin ketika memutuskan menikah dengan suamiku. Saat aku mengenalnya yang kurasakan aku bisa merasa nyaman dengannya. Aku merasakan dia menyayangiku dengan cara yang penuh hormat. Kami bisa menjalin pola komunikasi yang nyaman. Kami bisa saling merasa nyaman dan tertarik.

Keluarga yang tentram, bahagia, dan penuh kasih sayang itulah yang kuharapkan. Dan kurasa bersamanya aku bisa mewujudkannya. Perkara ekonomi, mari kita bangun bersama.

Sebelum menikah aku pernah menanyakan padanya mengenai pandangannya tentang ekonomi keluarga. “Uang suami uang keluarga, uang istri milik sang istri” jawabnya. Ia meminta izin agar 10% penghasilannya disihkan untuk kegiatan sosial. Aku tidak mempermasalahkannya hanya berharap ia tetap mengkomunikasikan, dan bila keuangan keluarga kurang aku akan bantu. Itu yang kusampaikan.

Di awal menikah kami memutuskan tinggal di rumah orang tuaku agar lebih hemat biaya. Dengan kondisi uang yang ada alhamdulillah semuanya tercukupi.

Suatu hari ada masalah dengan pekerjaan suamiku, ia tak bekerja lagi, dan sedang merasa down. Ia mencoba berwirausaha bersama temannya, Aku coba modali. Aku punya tabungan Karena selama beberapa bulan pengeluaran keluarga dari suami, sedangkan uangku ditabung. mungkin kami kurang berhati-hati. Wal hasil banyak dana yang diharapkan jadi hal yang produktif dan menghasilkan seakan jadi terbuang percuma bahkan tak terdengar kabarnya.

Saat itu mendekati bulan-bulan anak kami lahir. Suamiku tetap beraktivitas, moga dalam aktivitasnya ia menemukan jalur rezeki. Alhamdulillah sesekali dapat penghasilan dari mengisi pelatihan menulis atau lomba menulis. Aku senang sekali menemaninya saat ia mengisi seminar.

Suamiku belum sampai mendapat penghasilan tetap. Wlo belum bisa cukup mensupport secara ekonomi ia selalu menunjukkan sayangnya dengan menemaniku kontrol, selama masa persalinan, dan membantu menjalani masa-masa pasca lahiran. Selama masa itu biaya hidup dan persalinan lebih banyak dari uang tabunganku.

Alhamdulillah suamiku dapat rezeki, ia mendapat undangan dari kedutaan besar Amerika untuk mengikuti acara “leadersip program” di sana. Bayi kami waktu itu baru berumur 2 bulan. Ia akan pergi ke Amerika selama 2 minggu, sebenarnya aku tak biasa ditinggal selama itu. Tapi aku tahu ini peluang, ia akan memerlukannya ntuk  menumbuhkan semangatnya, siapa tahu disana ia jadi punya banyak bahan cerita yang bisa ia tulis.

Dari sana ia mendapat uang saku yang lumayan. Kami memutuskan untuk mengontrak. uang saku yang ia dapatkan pas dengan harga rumah yang kami kontrak. Wlo untuk mengontrak menyedot semua uangnya kami merasa inilah pilihan yang terbaik. Belajar hidup mandiri, dengan kebijakan yang lebih leluasa dengan rumah yang kami tinggali.

selama satu dua bulan suamiku masih belum mendapat pekerjaan  dan aku melihat refreshing (main) nya sudah berlebihan. Akupun meledak (menangis) melihat ia yang tak move on. Aku mencurahkan kesedihan hatiku dalam pelukannya.

Beberapa hari setelah itu Alhamdulillah suamiku dapat pekerjaan dengan gaji lumayan. Sayangnya kesininya suasanya kerja disana terasa kurang kondusif ia pun mulai tak semangat kerja dan menyampaikan keinginannya untuk resign padaku. Melihatnya sudah tak merasa nyaman dan ingin bolos. Aku khawatir baik dia maupun perusahaannya jadi terdzalimiatau sama-sama merasa tidak nyaman. Akhirnya aku setujui keputusannya untuk resign.

Alhamdulillah ia masih dapat kerjaan tetap meski gaji bulanannya satu juta. setengah dari gaji sebelumnya. Tapi kurasa ia bisa lebih merasa nyaman sekarang. Sekarang sistem kerjanya diubah jadi lebih ringan namun gaji bulanannya berkurang jadi 750rb/bln. Ia selalu berikan semua uang gajinya padaku. Berapapun uang yang ia berikan selalu kuterima dengan riang dan ucapan terimakasih. Aku rasa ia akan bahagia bila melihatku bahagia. Bukankah yang dibuthkan orang agar terus terpacu ialah apresiasi.

Apapun kondisinya suami selalu ikut kegiatan sosial. Menjadi koordinator club, menghandle acara, atau memberi pelatihan. Kadang aku sendiri cemburu dengan kegiatannya tersebut dan merasa diduakan. Tapi aku tahu ia harus beraktivitas dan tetap beraktualisasi diri.

Dengan kondisi yang ada, penghasilanku pun digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Bukankah kita sedekah yang utama mulai dari yang terdekat dan membutuhkan. Bagiku tak masalah, aku hanya memintanya support jaga anak selama aku bekerja. Jadi sekarang kami saling giliran jaga anak. Aku membantu namun tetap aku jaga agar tidak sampai menggantikan perannya, suamiku harus tetap menjalankan tugasnya falam menafkahi.

Memang secara ekonomi ia tidak dapat menafkahi dengan cukup. Apakah ada rasa marah dan ingin memaksanya bekerja apapun yang penting uang cukup. Ya.. rasa itu sempat ada. Tapi aku tahan..karena seorang pria ingin bisa berhasil dengan cara yang ia pilih. Jadi aku tak memilihkan jalannya, sedikit menyarankan ya ada tapi tidak memaksakan, Biarkan ia menentukan jalannya sendiri. Aku sendiri memilik prinsip bahwa untuk menentukan pilihan hidup termasuk dalam hal pekerjaan kita perlu awali dengan mengenali diri. Aku sendiri memilih pekerjaan melihat dari misi yang diusung, kenyamanan kerja, dan fleksibilitas waktu. Berkaca pada diri aku jadi bisa memahaminya.

Apakah sempat ada rasa ingin menghardiknya.. ya sempat. Tapi aku tahu bukan celaan yang ia butuhkan, bukan tuduhan “pria takbertanggung jawab” yang ia butuhkan. Yang ia butuhkan ditumbuhkan semangatnya di support tiap ikhtiarnya.

Apakah sempat ada rasa ingin mengurangi bakti, ya rasa itu sempat ada. Namun bukankah baktiku pada suami itu tetap wajib wlo ia belum dapat sempurna memenuhi kewajibannya. Kala rasa itu hadir benar-benar perlu banyak beristigfar. Suamiku perlu baktiku agar bisa tumbuh semangatnya. Rasa hati ini dihadapkan pada kondisi dilematis. Rasa hati ingin marah namun justru harus memberikan dorongan positif pada suami.

Apakah aku pernah tergelincir, ya..
kadang aku salah memilih diksi dan sikap yang membuat suamiku justru  jadi down. Aku menyesalinya, dan harus berusaha mengevaluasi diri.

Kala aku sedang sangat sedih aku curahkan segala rasaku dan harapku pada Allah. Ya Allah ya aku marah tapi tiadalah aku mengharapkan keburukan bagi suamiku.Ya Allah berikanlah ia rezeki yang berkah dan banyak. dan jadikan ia orang yang bersyukur dan tawadhu.

Apakah aku menderita dengannya? tidak. Aku bahagia bersama suamiku. Banyak hal bersamanya yang membahagiakanku meski tidak berwujud materi. Kelembutan sikapnya, pengertiannya, penerimaan dan kesabarannya atas kekuranganku, kepeduliannya merupakan wujud dari cintanya. Aku tahu ia menyayangiku dan ingin banyak bisa memberi walau belum bisa. Suamiku selalu meyakinkanku insyaAllah nanti ada rezeki dan memintaku bersabar. Kini yang kulakukan hanya memberinya ruang dan dorongan untuk beraktivitas, bersilaturahim dan berkarya. Karena aku harap dari sana suamiku bisa beraktualiasasi diri dan bersemangat. Alhamdulillah dari karya dan kebiasaan silaturahimnya kadang Allah menyalurkan rezekinya.

Alhamdulillah wlo pas pasan hidup kami selama ini berkecukupan. Pas butuh pas ada rezekinya 😀 . Kata paman “rezeki yang berkah itu salah satu cirinya selalu terasa cukup”. Amiin moga selalu dapat rezeki yang berkah. Rasa syukur, ini kuncinya. Rasa cukup dan bahagiaitu terasa bila hati kita selalu bersyukur.

Lika-liku masalahekonomi ini tampaknya menjadi ladang pahala sendiri dalam pernikahan. Pahala bersabar, pahala untuk tetap bersikap supportif meski dilanda amarah, Pahala bersedekah pada keluarga, dan segudang pahala lainnya.

Ya Allah senantiasa lapangkanlah hati hamba, penuhi ia dengan kelembutan dan cinta. Bila ia rapuh kuatkanlah. Bila niatnya melenceng atau melemah maka luruskan dan kuatkan kembali ya Allah. Moga apa-apa yang aku lakukan menjadi amal yang diterima disisi engkau. Aku berharapkan suamiku ridha padaku.Aku berharap Engkau ridha padaku. Amiin…

Catatan Pernikahan 3 : Bersabar dengan Kekurangan Pasangan

Namanya kebiasaan bukan hal yg otomatis bisa berubah karena kebiasaan merupakan bentukan dari proses yang lama. Meski sudah 3 tahun lebih menikah kebiasaan untuk hidup rapih bagiku masih saja susah. dalam seminggu mungkin hanya sehari atau dua hari bisa rapi.

Semua orang tentu senang dengan kondisi rapi termasuk suami, namun ia sabar. kadang ia memutar otak menyediakan lemari, tempat sampah dimana-mana agar atau turut menata rumah membantu aq membiasakan diri lebih rapih.

Klo suami mengingatkan “Yhank, itu barangnya sudah beres dipake” (ini kode yang bila diterjemahkan artinya, sudah selesai silahkan disimpan kembali ke tempat yang seharusnya grin emotikon )
aq biasanya jawab dengan gaya becanda, pura-pura sedang mengingatkan diri sendiri “ckckck ine… ini harusnya disimpan dimana ne????”.
klo giliran suami yang lupa aq ingatkan juga dgn style becanda ala nada sinetron hihihi.
bagi kami ini cara saling mengingatkan yang menyenangkan

terimakasih suamiku telah sabar dengan kelemahanku
terimakasih suami telah sabar menuntunku

Catatan Pernikahan 2 : Amarahmu Jangan Menghalangi Kasih Sayangmu

Namanya baru menikah adanya penyesuaian tentu ada yg kadang kala menguras perasaan. Dulu saat marah sempat terlintas untuk menjauhi suami sebagai bentuk protes namun setelah dirasakan bukan.. Bukan ini yang kuharapkan. Aq ingin dan sangat butuh dipeluknya. Akhirnya kujernihkan pikiran, kubuang ego, kuredam rasa amarah lalu ku menghampirinya dan memeluknya. Kadang bila aku sedang menangis dan berdiam untuk menguasaii diri suamiku mencoba menenangkanku dengan mengusap-ngusap punggungku lalu dia mengatakan “aku butuh kasih sayang” maka aku akan berbalik menghadapnya dan memeluknya. Menangis dalam pelukannya.

Begitulah sampai sekarang, kala ku marah atau suami marah tidak menghalangi rasa sayang kami. Saat itu justru kami sangat butuh merasakan kasih sayang pasangan. Sangat perlu tahu bahwa kami ini masih disayangi. Kami marah namun kami tetap berpelukan.

Mudah… Tentu tidak… Pertarungan dalam diri itu ada. Syaitan selalu membisikkan agar kami mengurangi bakti kami pada pasangan, mencegah ekspresi sayang padanya. Inilah perjuangannya , inilah ibadahnya ketika menikah, berjuang melawan nafsu diri, ego diri menuju yang lebih maslahat bagi keluarga kami.

Semoga Allah senantiasa menghimpun kami dalam kasih sayang, dalam kebaikan
Amiin