“Bagus banget, realistis, dan tidak mengawang-awang.”
—Elya Wardah, MSDM Korps Relawan Salman ITB
“Saya senang dengan bahasa teteh yang ringan dan tidak menggurui” _ Ginanjar Eka Arli, Blogger
“Bagus dan nyaman dibaca. Disertai contoh-contoh konkret. Setelah baca buku ini seolah-olah kita jadi tahu, what should we do, untuk menuju pernikahan yang barokah.”
—Viena Shofi anah, Penggemar Buku
Pemesanan : 085722664373
Terkadang kita dihadapkan pada kondisi bimbang untuk menerima atau menolak seseorang. Ketika menolak, apalagi kita sudah menolak beberapa orang lainnya, membuat kita merasa terlalu pemilih. Ketika menerima, apalagi usia sudah semakin tua dan jarang ada yang bersedia menikah dengan kita, kita khawatir terlalu gegabah dan tergesa-gesa memutuskan. Meskipun begitu, memutuskan untuk menerima atau menolak lamaran seseorang harus berdasarkan ketenangan dan keyakinan dalam hati, apa pun kata orang. Kuncinya adalah mengenal diri sendiri.
Manfaat dari mengenal diri antara lain:
- membantu kita melalui proses perkenalan, diskusi, dan berkompromi dengan calon pasangan.
- Memudahkan kita mendeteksi apakah calon kita adalah sosok yang tepat atau bukan.
- Kita bisa berpikir lebih rasional dalam membuat keputusan
- Membuat kita mengetahui keinginan, harapan, kebutuhan kita. Hal ini menjadi semacam do’a yang bisa jadi Allah kabulkan. Kita berikhtiar memahami kebutuhan diri dan biarkan Allah yang mengoreksinya.
Keputusan menerima maupun menolak seseorang harus berdasarkan ketenangan dan kemantapan hati.
Kuncinya adalah mengenal diri sendiri.
Kita jadi tahu apakah bisa hidup selaras bersamanya atau tidak.
|
Dengan mengenal diri, kita menjadi tahu hal-hal penting yang perlu diceritakan atau dikonfirmasikan kepada calon pasangan. Tentu tidak ada manusia yang sempurna. Tidak semua profil calon sesuai dengan yang kita harapkan, makanya akan ada proses diskusi dan kompromi. Dengan melalui proses ini kita dan calon pasangan bisa lebih siap mental, saling memahami dan mengetahui alasan untuk menikah.
Untuk melakukannya, berikut beberapa hal yang perlu dieksplore dari diri kita. Hasil pengeksploran dari tiap orang tentu akan berbeda karena perbedaan pemikiran, pemahaman, latar belakang budaya, lingkungan, pendidikan dalam keluarga, kebiasaan, dan pengalaman.
1. Kenali hal-hal yang diharapkan ada pada pasangan hidup.
Setiap orang pasti memiliki harapan mengenai sosok yang ia inginkan sebagai pasangan hidup. Umumnya orang menggunakan kata sifat yang general misalnya baik, shaleh. Namun, alangkah lebih baik bila kita memahami secara lebih spesifik kriteria pasangan yang menjadi harapan kita karena hal ini akan memudahkan kita mendeteksi apakah calon yang sedang berproses dengan kita memang sosok yang diharapkan atau tidak. Di sisi lain dengan mengetahui kriteria ini secara spesifik ini bisa menjadi semacam do’a yang bisa jadi dikabulkan Allah.
Untuk lebih jelasnya, silahkan simak kisah berikut ini:
Alkisah seorang wanita bernama Sasha. Ayahnya juga seorang yang aktif berorganisasi di luar. Sikap dan perhatian ayahnya kepada orang luar jauh lebih baik daripada kepada keluarganya sendiri.
Sasha seorang yang kurang memiliki kepercayaan diri. Ia jarang mengungkapkan pendapatnya karena khawatir tidak didengar. Namun, di salah satu organisasi yang ia ikuti dia mulai berubah. Ia mulai nyaman untuk bersuara, kepercayaan dirinya tumbuh dan potensinya pun makin berkembang. Ternyata hal itu karena di organisasi tersebut memiliki budaya mendengarkan dan bersikap positif.
Pengalaman ini membuat Sasha mengharapkan sosok suami yang perhatian dan penyayang pada keluarga. Ia juga berharap sosok pendengar yang baik dan selalu bersikap positif. Itulah spesifikasi pria baik harapan Sasha.
2. Kenali hal-hal yang ada dalam batas toleransimu.
Mengenali hal-hal apa yang ada dalam batas toleransi kita berfungsi untuk mengenali jenis karakter dari pasangan yang akan berpotensi menjadi konflik ketika hidup bersama dengan pasangan kita. Dengan mengenali batas toleransi tersebut, kita jadi bisa menghindari memilih calon yang memiliki kekurangan di area yang tidak bisa kita toleransi. Apalagi menikah kita niatkan untuk selamanya hidup bersama dengannya bukan?
Tentu saja tidak ada manusia yang sempurna. Jika kita menemukan kekurangan yang sulit untuk kita toleransi dari calon suami/istri maka sampaikanlah, diskusikanlah, kompromikanlah, dan negosiasikanlah. Apa hasilnya? Jalan tengah, solusi, dan kesiapan mengambil konsekuensi? Atau justru kebuntuan, keraguan, ketidaknyamanan, dan ketakutan? Lakukan proses ini sebelum menikah, karena setelah menikah berarti kita siap menerima pasangan kita sepaket beserta kelebihan dan kekurangannya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
Alkisah seseorang pria bernama Amir. Ibu Amir adalah seorang yang gesit dan pandai memasak. Hal ini membuat Amir memandang bahwa istri yang baik ialah yang pandai mengurus rumah dan memasak. Ketika melihat wanita yang kamarnya berantakan ia jadi memiliki pandangan negatif terhadap wanita tersebut. Baginya wanita tersebut tidak bisa melayani suaminya dengan baik.
Amir sedang berproses dengan wanita bernama Mira. Dalam biodata, Mira mengungkapkan bahwa kelemahannya diantaranya ialah dia susah rapih dan tidak pandai memasak. Amir melihat Mira memiliki juga kelebihan yang ia harapkan. Amir tidak langsung mundur dalam proses ini, ia mencoba mengkompromikan poin ketidakrapihan dan ketidakpandaian memasak tersebut pada Mira.
Hasil dari proses ini bisa bermacam-macam, tergantung dari hasil kompromi dan kesiapan masing-masing dalam menerima konsekuensi dari kelebihan dan kekurangan pasangan. Misalnya:
- Mira tak yakin akan bisa mengubah kebiasaannya dalam waktu singkat. Amir pun tak yakin ia bisa bersabar. Amir jadi khawatir bersama Mira hidupnya hanya dipenuhi keluhan, ketidakpuasan, dan konflik. Akhirnya Amir pun mundur dari proses.
- Amir bersedia menerima kekurangan Mira dan siap untuk bersabar, yaitu bersabar untuk tidak banyak mengeluh, bersabar untuk mengiringi proses belajar Mira dengan sikap yang baik. Mendengar hal tersebut Mira pun bersedia memperbaiki kekurangannya tersebut. Mira berkomitmen untuk mengubah kebiasaannya dan menyiasati keadaan bila diperlukan mis. dengan merekrut ART (asisten rumah tangga).
Contoh lainnya yang kadang dipertanyakan pada calon:
– kebiasaan merokok
– shalat bolong-bolong atau tidak
3. Apa rencanamu ke depan
Setiap orang mungkin sudah memiliki rencana ke depan, ada yang berencana untuk melanjutkan kuliah, ada yang bekerja, ada yang prefer jadi IRT (ibu rumah tangga). Mengapa hal ini perlu kita ketahui? Karena hal ini akan berpengaruh pada kriteria calon yang kita tetapkan. Apakah rencana kita akan bisa selaras dengan rencana calon? Bila tidak, apakah rencana kita masih bisa dikompromikan. Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat contoh berikut ini:
- Joni diterima kerja di sebuah perusahaan tambang dan akan ditempatkan di Kalimantan. Ia mencari calon istri yang bersedia diajak tinggal di sana.
- Heru mendapat beasiswa kuliah di Perancis selama 2 tahun. Ia mencari calon istri yang tidak keberatan LDR (Long Distance Relationship) selama 2 tahun tersebut.
- Lisa di keluarganya mendapat amanah untuk menjaga ibunya. Salah satu kriteria calon suaminya ialah dia bersedia tinggal di kota yang sama dengan tempat ibu Lisa tinggal.
- Lia seorang yang terbiasa beraktifitas di luar. Salah satu kriteria calon suaminya ialah mengizinkannya untuk beraktivitas di luar tidak hanya menjadi IRT yang selalu di rumah.
Contoh kompromi atau negosiasi untuk kasus Joni:
Misalnya sang calon istri tidak bersedia dibawa tinggal di Kalimantan dan Joni masih ingin menikahinya, Joni menego calon istrinya untuk bersedia LDR dan dikunjungi tiap ia mendapat jatah libur. Bersediakah calon istrinya?
- Apa visi/misi hidupmu
Barangkali kita atau calon kita sudah memiliki visi/misi hidup. Tentu yang diharapkan misi itu terlaksana. Namun, apakah calon pasangan kita akan menjadi seorang yang mendukung atau setidaknya membolehkan. Atau justru calon pasangan kita justru akan menghambat bahkan melarang.
Untuk lebih jelasnya silahkan baca contoh kisah berikut.
Alkisah Firman sedang ta’aruf dengan Mira. Firman memiliki keprihatinan dengan dunia pendidikan terhadap orang di pelosok. Firman pun menceritakan hal ini dan misinya dalam dunia pendidikan kepada Mira. Ia juga menceritakan untuk mewujudkan misinya 2 kali dalam sebulan ia biasa pergi ke pelosok selama 3 hari untuk berbagi ilmu di sana. Ia ceritakan pengalamannya dan gambaran apa yang ia biasa lakukan dan alami dalam menjalankan misi tersebut.
Mendengar hal itu Mira menyatakan akan mendukung misi baiknya meski misi Mira sebenarnya bukan di bidang pendidikan melainkan di bidang seni. Mira tidak keberatan dan bisa mentoleransi bila nanti setelah menikah suaminya 2 kali dalam sebulan akan pergi selama beberapa hari.
5. Kondisi dan riwayat kesehatan
Kondisi dan riwayat kesehatan ini terutama yang berkaitan dengan penyakit berat. Hal ini perlu disampaikan karena akan berpengaruh pada penerimaan dan kesiapan mental calon. Misalnya kamu pernah mengalami sakit jantung, myoma (tumor kandungan), radang otak, kanker, magh kronis, dll. Sampaikanlah, kita akan lebih tenang bila tahu pandangan calon terhadap kondisi ini sejak awal. Sekiranya calon kita menerima, ia jadi bisa menyiapkan mental sejak awal terhadap kondisi yang mungkin akan terjadi terhadap fisik kita kedepannya.
6. Bagaimana kondisi keluargamu
Kondisi keluarga juga bisa berpengaruh terhadap penerimaan dan kesiapan mental masing-masing. Kita bisa juga menuliskan kondisi keluarga ini dalam biodata. Yang perlu kita sampaikan mengenai kondisi keluarga antara lain:
- Kedua orang tua masih adakah. Apakah keduanya kini bersatu/bercerai. Dimana keduanya tinggal. Bagi wanita yang orang tuanya sudah bercerai, tetap ayah kandungnya lah yang menjadi wali ketika proses ijab kabul.
- Suku bangsa masing-masing orang tua dan bagaimana pandangan orang tua mengenai adat dari suku bangsanya. Apakah memegang teguh adat, atau moderat dan fleksible, atau sudah sama sekali tidak memegang teguh adat. Hal ini perlu disampaikan karena terkadang ada sebagian orang yang tidak prefer dengan suku tertentu terkait adat dan stigma orang mengenai suku tersebut.
Wejangan ibu pada anak prianya:“kamu klo mo nyari calon istri cari yang sesuku ma kita lagi, hindari suku X, Y, atau Z” Meski suatu suku bangsa memiliki adat/stigma tertentu, kenalilah calon pasangan dan keluarganya secara langsung karena bisa jadi ia berbeda dengan stigma negatif suku tersebut dan atau keluarganya sudah moderat tidak memegang adat lagi.Tentu niat orang tua kita untuk kebaikan kita sendiri. Mereka hanya khawatir anaknya akan kesulitan. Jika kamu yakin dengan calon mu padahal sukunya yang tidak orang tua mu setujui. Hal yang pertama yang perlu dilakukan ialah eksplore prinsip dan budaya sang calon dan keluarganya. Jika kita sudah punya cukup data, kita bisa nilai apakah prinsip dan budaya mereka bisa diterima dan selaras atau akan menyulitkan dan berpotensi konflik. Jika ternyata bisa selaras, kamu bisa mencoba meredam kekhawatiran orang tuamu berdasarkan data hasil perkenalanmu dengan sang calon. Karena data inilah yang membuatmu yakin dengan apa yang akan kamu katakan dan perjuangkan. |
- Kondisi ekonomi keluarga. Apa pekerjaan orangtua. Apakah kondisi keuangannya termasuk kurang, cukup, atau berlebih.
Ketika ada kejomplangan yang terlalu tinggi antara kondisi ekonomi orangtua kita dan orangtua calon hal ini bisa jadi penghalang. Tapi ini kembali lagi kepada cara pandang orang tua. Misalnya orangtua calon lebih memandang orang dari prinsip hidupnya dibandingkan kondisi ekonominya sehingga mereka tidak mempermasalahkan kondisi ekonomi orangtua kita.
- Jumlah saudara dan apakah di antara saudara tersebut ada yang dalam tanggungan kita biaya hidup/ sekolahnya.
Ketika tidak ada tanggungan tentu tidak ada masalah, namun ketika ada tanggungan tentu harus siap dengan konsekuensinya kedepan.
Apa kebiasaan yang khas dalam keluargamu. Hal ini perlu disampaikan agar calon tidak kaget dan lebih siap dalam menyesuaikan diri. Misalnya kita menyampaikan bahwa keluarga kita biasa berkomunikasi efektif dan jarang basa-basi. Atau keluarga kita setiap pagi semua orang akan bangun jam lima pagi bersama-sama membersihkan rumah sebelum semuanya berangkat, dan sebagainya.
7. Kenali karakter, keunikanmu, kelebihan, dan kekuranganmu.
Terkadang ini juga jadi hal yang akan saling dikompromikan. Sampaikanlah kekuranganmu karena yang susah itu menerima kekurangan. Setidaknya dari awal ia tidak kaget, siap untuk bersabar menerima dan mengiringi proses perubahanmu untuk menjadi lebih baik.
compatible itu artinya karakter dan keunikan kamu bisa diterima dan disikapi dengan pas oleh dia, karakter dan keunikan dia bisa diterima dan disikapi dengan pas oleh kamu |
Semoga bisa mendapatkan pasangan yang compatible, yaitu yang saling bisa menerima dan menyikapi karakter dan keunikan masing-masing dengan pas. Agar lebih terbayang maksud dari compatble silahkan lihat contoh pasangan Meri, Anjas, dan Joni berikut ini.
Karakter Meri |
Karakter Anjas |
Karakter Joni |
Mudah menangis |
Merasa tidak enak bila membuat orang menangis, dan berusaha menenangkan dengan sikap penyayang |
Merasa wanita yang mudah menangis itu cengeng |
Bersikap lembut, tidak suka menyelesaikan sesuatu dengan marah-marah |
Sifatnya kerasBila disikapi dengan keras, Anjas justru semakin keras. Tapi bila disikapi dengan lembut ia cenderung bisa kooperatif dan menjaga sikap |
Kalem |
Cenderung berantakan |
Suka kerapihan tapi sudah terbiasa juga dengan kondisi berantakan |
Terbiasa rapi , merasa terganggu bila kondisi tidak rapih.Menurutnya istri yang baik harus bisa menjaga rumah selalu bersih dan rapi |
|
|
|
Kurang percaya diri |
Pendengar yang baik dan responsive |
Tipe percaya diri, dan mendominasi pembicaraan |
Suka berkegiatan social |
Suka berkegiatan social |
Memperbolehkan berkegiatan social |
Dalam keluarganya tidak ada aturan ketat mengenai sikap manner.Kesehariannya kurang manner kecuali di dalam situasi yang menuntut untuk bersikap manner |
Kurang manner, biasa kentut dan ngupil sembarangan |
Bersikap manner. Bersentimen negatif dengan wanita yang tidak menjaga manner |
Terkadang bertingkah konyol dan seperti anak kecil |
Terkadang bertingkah konyol |
Senang dengan wanita yang bersikap anggun |
Gak pede dengan hidung yang pesek |
Gak masalah dan suka-suka aja dengan bentuk hidung pesek. Meski Anjas Mancung. |
Wanita pesek baginya tak menarik |
Kira-kira dengan siapakah Meri compatible? Anjas atau Joni?
8. Bagaimana pandanganmu dalam agama, idealisme, prinsip hidup.
Sebagai gambaran simak contoh berikut:
Alkisah Ani saling mencintai dan merasa sudah menjadi soulmate dengan Chris. Tapi Ani sadar ia berbeda agama dengan Chris. Ani sadar Tuhan nya lah yang utama, ia tidak ingin pernikahannya menjadi dosa seumur hidupnya, Ani pun memilih untuk tidak menikah dengan Chris.
Beda kepala tentu tetap ada beda pandangan. Perbedaan dapat juga dari segi prinsip hidup, idealisme, dan sebagainya. Coba sampaikan pandangan kita, eksplore pula pandangan sang calon. Kita jadi tahu apakah kalian akan bisa hidup selaras atau justru akan banyak konflik. Selaras ini bukan berarti bahwa pandangan ini sama persis melainkan perbedaan ini tidak menjadi konflik, bisa saling menghormati dan membangun.
Ketika berdiskusi, perhatikan jawaban dan cara sang calon dalam merespon. Dari hal tersebut kita akan tahu apakah terbentuk diskusi yang membangun atau diskusi yang tidak sehat. Dari caranya menjawab dan isi jawabannya kita bisa juga melihat apakah ia seorang yang bijak, apakah ia merasa mantap atau ragu, dan sebagainya.
9. Kenali gaya hidupmu
Mungkin hal ini jarang ada orang yang menyampaikannya di biodata secara gamblang, misalnya hanya menuliskan kami hidup sederhana. Mengapa saya ingin membahas juga hal ini. Coba bayangkan kasus berikut:
Indra adalah seorang yang biasa hidup sederhana dan irit meski ia berasal dari keluarga yang mampu. Orangtuanya memang mengajarkan bahwa yang utama adalah pendidikan, dan bila ada uang berlebih ia gunakan untuk hal produktif yang bisa menghasilkan uang lagi. Ia biasa beli baju di cimol (semacam pasar baju bekas dari luar negeri yang dijual dengan harga murah meriah). Ia cukup pandai memilih dan memiliki selera fashion yang baik. Makan meski hanya tahu, telur, tempe, sudah biasa. Andai makan di luar pun paling di warteg.
Istrinya Lia sebenarnya bukan dari keluarga yang kaya. Tapi pandangan ibunya memberikan yang terbaik untuk anak ialah memberi baju yang bermerek dan mahal. Setidaknya sebulan sekali ia dibelikan baju baru. Lia juga suka makan di café, sekali makan setidaknya habis Rp 30.000.
Indra bekerja freelancer, terkadang ia bisa menghasilkan cukup banyak uang terkadang tidak sama sekali. Namun, selama ini bisa dikatakan cukup. Ternyata Lia selama ini merasa suaminya tidak bisa memenuhi kebutuhannya, ia sudah berusaha berhemat dengan menggunakan merek baju kelas 2 dan hanya beli 3 bulan sekali. Makan ia coba mengirit dengan beli di warung tenda yang kisaran harganya belasan sampai dua puluh ribu sekali makan. Itupun suaminya mengarahkan untuk masak sendiri karena kondisi keuangan kurang memungkinkan bila harus selalu beli di luar. Ia merasa suaminya pelit dan merasa tidak bisa hidup senang. Sedangkan Indra, merasa uang sangat cepat sekali habis. Ia merasa Lia boros dan tidak pandai mengurus keuangan. Hal ini sering menjadi sumber/pemicu konflik di antara mereka.
Ukuran hemat bagi setiap orang berbeda, tergantung dari gaya hidup bukan tergantung dari banyaknya kekayaan seseorang/keluarganya.
Gaya hidup seseorang bisa tercermin dari:
- Makanan yang sehari-hari dimakan. Apakah harus selalu ada daging, apakah harus selalu lebih dari dua macam lauk pauk, dan sebagainya.
- Jika sedang makan di luar, apa jenis tempat makan yang biasa dipilih : warteg, warung tenda, restoran, kafe.
- Kebiasaan dalam membeli baju : beli dimana? berapa kali frekuensinya? berapa kisaran harganya?
- Perawatan diri : kosmetik, salon.
- Jalan-jalan : ke gunung, ke Bali, ke luar negeri, atau kemana?
Dengan kita mengetahui gaya hidup pasangan, kita dapat mendapat bayangan tentang gaya hidupnya setelah menikah. Jika gaya hidupnya sangat jomplang dengan gaya hidup kita, kita coba diskusikan dan kompromikan dengannya. Dari situ akan terlihat apakah ada jalan tengah yang sama-sama enak bagi keduanya ataukah tidak. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Dengan mengetahui dan mendiskusikan sejak awal kita bisa lebih mempersiapkan diri dan mental.
***
Setelah melalui tahapan ini, kita bisa mulai mengambil kesimpulan. Apakah kita bisa menjalin kehidupan yang selaras dan harmonis bersamanya? Bila jawabannya “Iya”, kamu bisa mantap untuk memilihnya. Bila jawabannya “Tidak”, kamu bisa mantap untuk menolaknya. Jangan lupa juga untuk terus melakukan shalat istikharah guna mohon petunjuk dari Allah. Bagaimana pun, Allah lebih mengenal diri kita, lebih tahu hal yang kita butuhkan, dan lebih tahu hal yang terbaik bagi kita.
Kita bisa menuliskan hasil pengenalan diri kita dalam bentuk tabel. Tabel berikut merupakan contoh cara merangkum hasil pengenalan diri, sebut saja ini Tabel Pengenalan Diri seseorang bernama Melani.
Yang bisa ditoleransi |
Yang tidak bisa ditoleransi |
- Berantakan
- Kebiasaan kentut dan mengupil yang kurang manner
- Penghasilan sekitar satu juta.
- Pemarah
- Merokok
- Terlalu banyak menuntut , mengeluh, dan mengomel
- Tidak mau terlibat membantu pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak
|
- Pemarah
- Merokok
- Terlalu banyak menuntut , mengeluh, dan mengomel
Tidak mau terlibat membantu pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak |
Visi Misi |
Pandangan keagamaan |
Jadi istri dan ibu yang beraktualisasi diri dan bermanfaat bagi umat |
Islam , moderat |
Yang diharapkan |
Rencana ke depan |
- pendengar yang baik
- selalu merespon
- penyayang
- rajin shalat 5 waktu
- teman gokil yang nyambung dan enak
- orang bijak
- tetap di Bandung karena harus jaga ibu dan ada misi di sini.
- Freelance di yayasan
|
- tetap di Bandung karena harus jaga ibu dan ada misi di sini.
- Freelance di yayasan
|
Karakter |
Riwayat Penyakit |
- Sanguinis
- Plegmatis
- Santai
- Toleran
- Susah rapih
- Tidak pintar memasak
- Types (sekali)
- Jarang sakit
- Sakit ringan yang kadang ada: sakit kepala, flu
- Ibu pernah kanker
|
- Types (sekali)
- Jarang sakit
- Sakit ringan yang kadang ada: sakit kepala, flu
Ibu pernah kanker |
Kondisi dan Budaya Keluarga |
Gaya Hidup |
- Ekonomi keluarga mencukupi
- Tidak ada anggota keluarga yang perlu bantuan saya secara ekonomi
- Orang tua sudah berpisah/cerai
- Bapak jawa
- Ibu Sunda
- Tidak memegang kebiasaan adat istiadat suku
- Tidak dituntut untuk rapi dan teratur/ dibebaskan untuk mengatur sendiri kapan sempat membereskan kamar/rumah.
- Biasa menggunakan bahasa efektif, kurang basa basi
- Tidak biasa saling menanyakan kabar
- Biasa saling menolong antar saudara
- Hidup sederhana
- Biasa memasak sendiri
- Makan di luar biasanya hanya ketika sedang bepergian
- Jika makan di luar seringnya membeli makanan yang harganya belasan ribu/porsi atau di bawah harga tersebut.
- Makan di tempat yang range harganya di atas Rp 20.000 hanya jika men/ditraktir
- Sangat jarang membeli baju
- tidak mempermasalahkan untuk memakai pakaian “turunan” dari sodara atau beli di pasar pakaian bekas.
- Tidak suka memakai kosmetik
|
- Hidup sederhana
- Biasa memasak sendiri
- Makan di luar biasanya hanya ketika sedang bepergian
- Jika makan di luar seringnya membeli makanan yang harganya belasan ribu/porsi atau di bawah harga tersebut.
- Makan di tempat yang range harganya di atas Rp 20.000 hanya jika men/ditraktir
- Sangat jarang membeli baju
- tidak mempermasalahkan untuk memakai pakaian “turunan” dari sodara atau beli di pasar pakaian bekas.
Tidak suka memakai kosmetik |